Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusril
"Berdasarkan SK Bupati Tanah Datar No. 12/BTD-2004 maka dimulai pelaksanaan Puskesmas Unit Swadana di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat pada bulan Maret 2004, dimana kebijakan ini memberikan kewenangan dalam mengolah pendapatan fungsional secara mandiri untuk membiayai kegiatan operasional dan pemeliharaan serta upaya peningkatan mutu pelayanannya.
Penelitian bersifat Cross Sectional, unit analisis adalah Puskesmas Unit Swadana di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat yaitu Puskesmas Lima Kaum I, Sungayang dan Tanjung Emas.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa dengan kebijakan menjadi unit swadana pendapatan Puskesmas Unit Swadana meningkat cukup tinggi dimana Puskesmas Lima Kaum I tertinggi peningkatan pendapatannya dari Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang.
Pendapatan yang diperoleh sudah dapat menutupi seluruh biaya operasional dan pemeliharaan puskesmas dan bahkan berlebih yang berarti ada cadangan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengernbangkan puskesmas unit swadana lebih baik. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan nilai Cost Recovery didapatkan Puskesmas Lima Kaum I = 126,38 %, Puskesmas Tanjung Emas 122,01 % dan Puskesmas Sungayang 118,56 %. Namun nilai Cost Recovery ini barulah tahap recovery biaya operasional dan pemeliharaan sedangkan kondisi sebenarnya dengan memperhitung¬kan biaya investasi, gaji dan subsidi lainnya belum diketahui. Sistem pembayaran terbesar secara tunai dan askes/gakin, namun masih ditemukan adanya pembayaran gratis terbanyak di Puskesmas Tanjung Emas.
Penerimaan sebelum swadana terbesar berasal dari retribusi karcis namun setelah menjadi unit swadana sudah hampir berimbang antara pendapatan dari karcis dan pelayanan kesehatan lainnya bahkan di Puskesmas Lima Kaum I penghasilan dari karcis lebih kecil dari penghasilan dari tindakan pelayanan kesehatan lainnya.
Utilisasi pengguna jasa dari retribusi di Puskesmas unit Lima Kaum I berasal dari tindakan medik dasar, konsultasi kesehatan, pengujian kesehatan dan i emakaian ambulance, di Puskesmas Sungayang potensinya dari pemeriksaan dokter gigi dan pertolongan persalinan dan di Puskesmas Tanjung Emas dari pemeriksaan dokter spesialis dan tindakan laboratorium.
Upaya penerimaan Puskesmas dari retribusi bayar setelah pembentukan unit swadana di Puskesmas Lima Kaum I sudah baik tetapi di Puskesmas Sungayang dan Tanjung Emas masih belum maksimal, padahal sebelum swadana puskesmas Lima Kaum I masih belum maksimal upaya penerimaannya.
Kebijakan tarif hanya bersifat makro, tarif secara mikro belum diperbo!ehklan untuk dilaksanakan oleh Puskesmas. Namun dari pentarifan yang ada sudah cukup mendukung pelaksanaan kebijakan swadana yang dilaksanakan.
Persepsi waktu tunggu yang lama masih ditemukan terbanyak pada unit pendaftaran dan obat. Persepsi terhadap biaya pelayanan kesehatan yang dianggap maha! tidak begitu banyak, persepsi mahal terbanyak ditemukan pada pemeriksaan penunjang di Puskesmas Tanjung Emas.
Persepsi terhadap pelayanan petugas sudah balk namun masih ditemukan adanya persepsi kurang baik pada pelayanan petugas terbanyak dibagian pendaftaran di Puskesmas Lima Kaum dan Sungayang.
Persepsi terhadap sikap petugas cukup baik namun masih ditemukan masih ada persepsi pengguna jasa yang tidak puas terhadap sikap petugas terutama di bagian pendaftaran dan obat di Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang.
Kondisi kebersihan dan kenyamanan puskesmas baik, walaupun masih ditemukan tidak nyaman terhadap toilet yang tersedia.
Sebagai suatu kebijakan, pelaksanaan puskesmas unit swadana membawa banyak manfaat bagi pengguna jasa dimana adanya peningkatan mutu pemeriksaan dan pelayanan kesehatan serta mutu obat. Bagi petugas adanya kemendirian dalam perencanaan keuangan dan kemantapan sumber daya manusia. Dalam pelaksanaannya konsep swadana yang dilaksanakan bukanlah murni swadana melainkan lebih pada upaya pembentukan Puskesmas yang dapat memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasanya. Perlu dikembangkan lebih lanjut karena diharapkan dimana yang akan datang puskesmas swadana merupakan prototipe puskesmas ideal yang dapat memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu bagi masyarakat sehingga memiliki dampak positif yang cukup besar, baik bagi puskesmas maupun bagi masyarakat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nofiarni Yusril
"Latar Belakang : Benzopyrene polycyclic aromatic adalah agen karsinogenik yang ditemukan dalam asap rokok. Benzo a pyrene Diol Epoxide BPDE adalah salah satu metabolit benzopyrene. Perokok kretek adalah orang yang merokok minimal 1 rokok kretek per hari selama minimal 1 tahun tanpa atau kurang dari 20 nya merokok dengan rokok putih. Kami meneliti kadar BPDE dalam darah perokok kretek dibandingkan dengan bukan perokok.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang mengikutsertakan 32 subjek sehat yang merokok kretek dan 32 subjek sehat bukan perokok. telah menandatangani lembar persetujuan diperiksakan kadar CO ekshalasi dengan menggunakan alat pengukur CO portabel kemudian diambil sampel darah untuk diukur kadar BPDE-protein adducts. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan statistical package for social sciences SPSS 21.
Hasil : Total 64 responden yang dibagi menjadi 32 subjek perokok kretek dan 32 kontrol diperiksakan kadar BPDE-protein adducts dan kadar CO ekshalasi. Karakteristik subjek didapatkan sebanyak 59,4 usia perokok kretek di atas 45 tahun dan 56,3 mempunyai latar belakang pendidikan tinggi sedangkan pada kelompok kontrol 87,5 berusia di bawah 45 tahun dan 75 mempunyai latar belakang pendidikan tinggi. Kadar BPDE-protein adducts pada subjek perokok kretek sebesar 12,15 8,87-33,55 ng/ml dan kadar pada kelompok kontrol sebesar 11,4 3,87-13,27 ng/ml, p=0,004. Faktor yang mempengaruhi kadar BDPE-protein adducts pada perokok kretek berdasarkan analisis multivariat adalah pola hisapan p=0,002 dan derajat adiksi p = 0,047 . Terdapat hubungan yang bermakna secara statistis antara kadar BPDE-protein adducts dengan kadar CO ekshalasi pada perokok kretek p=0,003,r=0,512.
Kesimpulan : Kadar BPDE-Protein adducts pada perokok lebih tinggi dibanding bukan perokok dengan pola hisapan dan derajat adiksi menjadi faktor yang mempengaruhi.

Background: Benzopyrene polycyclic aromatic is a carcinogenic agent found in cigarettes smoke. Benzo a pyrene Diol Epoxide BPDE is one of the benzopyrene metabolite. Kretek cigarette smoker isa person who smokes at least 1 cigarette per day for at least 1 year with no or less than 20 of amount and time of white cigarettes smoking. We investigated the BPDE serum level in kretek cigarette smokers compared to non smokers.
Method: This is a cross sectional study of which 32 'healthy ' kretek cigarette smokers and 32 'healthy ' non smoker were enrolled in this study. We collected blood sample and we analyzed the BPDE level and also their exhale carbon monoxide CO level during expiration. Serum BPDE level were assayed using ELISA kit. The data obtained were tested using statistical package for social sciences SPSS 21.
Results: A total of 32 kretek smokers subjects and 32 controls was underwent examination of BPDE protein adducts level and exhalation CO levels. Characteristics of the subjects obtained was 59.4 kretek smokers aged over 45 years and 56.3 have a high education background, while in the control group 87.5 were aged under 45 years and 75 have high educational backgrounds. The levels of BPDE protein adducts in the kretek smokers subject was 8.87 to 33.55 ng ml and the levels in the control group was 11.4 3.87 to 13.27 ng ml, p 0.004. The factors which influence the levels BDPE protein adducts in smokers cigarettes the most by multivariate analysis were sucking pattern p 0.002 and the degree of addiction p 0.047 . There was a statistically significant relationship between the level of BPDE protein adducts with exhalation CO levels in kretek smokers p 0.003 .
Conclusion: Serum BPDE protein adductslevel higher in smokers compared nonsmokers with suction pattern and degree of addiction are influence factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library