Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuniar Sukmawati
Abstrak :
LATAR BELAKANG: Di Indonesia faktor yang mempengaruhi terkendalinya gejala putus opiat belum diketahui. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut dapat dipakai untuk prognostik terkendalinya gejala putus opiat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian hal tersebut. METODE: Penelitian kohor historikal pasien ketergantungan opiat yang dirawat inap di RS Ketergantungan Obat 1 Januari 2000-31 Desmber 2001. Semua pasien wanita (60 orang) yang memenuhi kriteria inklusi diambil, dan pasien laki-laki diambil 130 secara sistematik dari 914 pasien laki-laki yang masuk kriteria inklusi. Analisis data dengan survival analysis menggunakan cox proportional hazard untuk mencari perhitungan pengendalian gejala putus opiat. HASIL: Waktu yang diperlukan untuk terkendalinya gejala putus opiat antara 3 - 16 hari dengan rata-rata 9 hari. Umur terbanyak 21-30 tahun dengan rata-rata 23 tahun. Umur termuda pertama kali menyalahgunakan opiat adalah 12 tahun, lama penyalahgunaan antara 6 bulan sampai 15 tahun, cara pakai sebagian besar (88,4%) menggunakan jarum suntik. Kebanyakan adalah pengangguran (54,2%). Faktor pemberian terapi tidak bermakna secara statistik dalam pengendalian gejala putus opiat. Gender laki-laki lebih mudah terkendali 1,71 kali dibanding gender perempuan (CI 95% 1,17; 2,49; p O,006). KESIMPULAN: Perempuan lebih susah dikendalikan gejala putus opiatnya, oleh karena itu memerlukan perhatian lebih banyak dibandingkan gender laki-laki.
Gender and Risk That Can Handle Opiate Withdrawal Syndrome for Opiate DependencyBACKGROUND: Factors can influence opiate withdrawal syndrome in Indonesia there is no detail data. With the most important factor, could be better to manage them especially when they are being hospitalized. METHODS: Cohort historical study about opiate dependence patients who are being hospitalized in Drug Dependence Hospital Jakarta from January 1st 2000 to December 31st 2001. All the women include in criteria as a sample (60 patients), and 130 male patients as a sample with systematic sampling from 914 patients can include in criteria. Data analysis with the survival analysis, using cox proportional hazard to find number of controlled opiate withdrawal syndrome. RESULTS: The opiate withdrawal syndrome can be controlled in 3 - 16 days and 9 days in average. The range of age is 2151 to 30 years old and 23 years old in average. The youngest age using opiate is 12 years old. The length of abuse is between 6 month to 15 years, using needle is 88,4 %, mostly is jobless (54,2%). Treatment factor is not significant statistically. Men is easier to control, it's about 1,71 times than women (CI 95 % 1,71;2,49, p = 0,006) CONCLUSIONS: Women need more attention to get at the best results opiate withdrawal syndrome.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T7055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Sukmawati
Abstrak :
ABSTRAK
Permasalahan NAPZA secara global menjadi persoalan hampir di semua Negara. Pecandu Narkotika, dan Korban Penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani Rehabilitasi Medis maupun Rehabilitasi Sosial. Perawatan Rehabilitasi Medis NAPZA memerlukan waktu lama dan biaya yang tinggi, perlu mengetahui faktorfaktor yang menjadi beban biaya. Penelitian ini menggunakan desainpotong lintang.. Dari 68 Pasien Rehabilitasi Medis NAPZA, 79,4 % mengalami komplikasi, rata-rata lama dirawat 180 hari, biaya rata-rata Rp.20.512.370,-, dan tidak terbukti ada hubungan antara karakteristik pasien dengan biaya rehabilitasi Medis NAPZA. Program Rehabilitasi di RSKO terdiri 3 tahap. Komponen biaya yang paling besar adalah tahap Rehabilitasi sebanyak 87,2%, tahap Detoksifikasi/EMP sebanyak 12,07 %, sedang tahap After Care 0.72 %. Komponen biaya terbesar pada tahap Rehabilitasi adalah Akomodasi, yang kedua adalah Obat. Pada tahap Detoksifikasi/EMP komponen biaya paling tinggi.adalah obat. Asuransi Kesehatan Sosial tidak menjamin biaya Rehabilitasi Medis NAPZA. Studi merekomendasikan sustainabilitas layanan Pasien Rehabilitasi Medis NAPZA.
ABSTRACT
The drug abuse has become a problem globally. Addicts and the victims related to drugs abuse have to be admitted to the medical rehabilitation as well as social rehabilitation. Medical rehabilitation is expensive so that it?s important to know factors that affect the cost. This crossectional study was using quantitative method. The result showed that out off 68 rehabilitation patients, 79,8 % had complication, on average 180 treatment days, and average of cost was Rp.20.512.370,-,. There was no relationship between patients charactheristic and the cost. The rehabilitation program in RSKO consists of 3 stages, namely Rehabilitation (87,2 %), Detoxification (12,07 %), and After Care (0,72%). Accomodation, followed with the treatment cost are two largest cost component in rehabilitation stage. The highest cost of detoxification was for medication. The social health insurance do not cover any treatment for drug abuse rehabilitation. To sustain program in the future, advocacy to policy made is needed.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39110
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library