Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Widiarti
"Perawat yang melanjutkan studi dapat mengalami tingkat kelelahan dan stress yang tinggi karena menghadapi tekanan akademik disertai beban pekerjaan. Stress akademik dan kelelahan kerja dapat memberikan dampak pada permasalahan fisik dan mental, serta kinerja yang buruk. Meskipun perawat sebagai mahasiswa keperawatan menerima pembelajaran mengenai stress dan kelelahan, namun sebagian besar mahasiswa tidak dapat mengenali gejala tersebut pada diri mereka sendiri. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran stress akademik dan kelelahan kerja (burnout) berdasarkan karakteristik perawat yang melanjutkan studi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi target dalam penelitian ini adalah perawat yang masih aktif bekerja sambil melanjutkan studi di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Teknik pengambilan sampling yang digunakan teknik probability sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 119 responden dari mahasiswa keperawatan S1 Ekstensi dan S2 tahun 2021-2022. Pengukuran tingkat stress akademik menggunakan kuesioner Student-Life Stress Inventory (SLSI) dan tingkat burnout kerja menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory Human Service (MBI-HSS. Data dianalisis dengan uji analisa univariat, dan didapatkan bahwa 80 perawat mengalami stress akademik sedang (67.2%), diikuti kelelahan kerja (burnout) sebanyak 91 perawat mengalami burnout tingkat sedang (76.5%). Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat stress akademik sedang, diikuti dengan tingkat burnout sedang sehingga perlu dianalisa setiap karakteristik dari setiap komponen. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan untuk memperhatikan kebutuhan mahasiswa seperti konseling, dan pelayanan keperawatan memberikan layanan dukungan.

Nurses who continue their studies can experience high levels of fatique and strss due to facing academic pressure combined with workload. Academic stress and work fatique can have an impact on physical and mental problems, as well as poor performance. Even though nurses as nursing students receive learning about stress and fatique, most students cannot recognize these symptoms in themselves. The aim of this research is to determine the description of academic stress and work fatique (burnout) based on the characteristics of nurses who are continuing their studies. This research is a descriptive research. The target population in this research are nurses who are still actively working while continuing their studies at the Faculty of Nursing, Muhammadiyah University, Jakarta (UMJ). The sampling technique used was probability sampling, with atotal sample of 119 respondens from undergraduate and postgraduate extension nursing students in 2021-2022. Measurement of academic stress levels used the Student-Life Stress Inventory (SLSI) questionnaire and work burnout levels used the Maslach Burnout Inventory Human Service (MBI-HSS) questionnaire. Data were analyzed using univariate analysis tests, and it was found that 80 nurses experienced moderate academic stress (67.2%), followed by work fatique (burnout) as many as 91 nurses experienced moderate levels of burnout (76.5%). These results indicate that the level of academic stress is moderate, followed by a moderate level of burnout so it is necessary to analyze each characteristic of each component. It is hoped that this research can be used as input material for educational institutions to pay attention to student needs such as counseling, and nursing services providing support services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Widiarti
"Intracerebral Hemorrage (ICH) merupakan perdarahan di dalam jaringan otak yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Sehingga pasien dengan intracerebral hemorrage di rekomendasikan dirawat di Intensive Care Unit (ICU) karena dapat mengalami peningkatan Intracranial pressure (ICP), serta komplikasi seperti hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral, dan risiko perdarahan lebih lanjut. Penanganan pasien intracerebral hemorrhage di ICU yang memerlukan bantuan jalan nafas atau intubasi dengan pemasangan ETT, tindakan operasi (misalnya; Ventrikuloperitoneal Shunt), penghisapan lendir maupun prosedural invasif lain dapat menjadi sumber nyeri selama perawatan. Nyeri pada pasien selama perawatan di ICU dapat berdampak pada organ tubuh lain, seperti; hiperventilasi, peningkatan kebutuhan oksigen, gangguan tidur. Oleh karena itu, diperlukan intervensi, salah satunya dengan penerapan foot massage. Tujuan dari laporan kasus ini untuk menganalisa asuhan keperawatan kritis pada Tn S (78 tahun) dengan nyeri akut pasca tindakan VP Shunt dan trakeostomi dengan penerapan foot massage menggunakan Behavioral Pain Score (BPS) Ventilator sebagai alat ukur nyeri. Intervensi dilakukan selama 20 menit (masing-masing 10 menit setiap kaki), sekali sehari selama lima hari, evaluasi dilakukan 30 menit pertama dan kedua, lalu setiap jam selama shift setelah intervensi. Evaluasi akhir dilakukan dari hari pertama sampai hari kelima didapatkan hasil penurunan nyeri dari BPS 6 menjadi BPS 3. Hal ini sesuai berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Momeni, et al (2021) pada tiga kelompok intervensi yang dilakukan oleh perawat, keluarga, dan kelompok kontrol. Dimana setelah di evaluasi pada hari kelima didapatkan skor rata-rata penurunan nyeri pada kelompok yang diberi intervensi oleh perawat (BPS dari 4.48 menjadi 3.36), sedangkan intervensi oleh keluarga (BPS 4.76 menjadi 2.96), dibandingkan kelompok kontrol yang tetap mengalami nyeri lebih banyak.

Intracerebral haemorrage (ICH) is bleeding within the brain tissue caused by ruptured blood vessels. So that patients with intracerebral haemorrhage are recommended to be treated in the Intensive Care Unit (ICU) because they can experience increased Intracranial pressure (ICP), as well as complications such as cerebral hypoxia, decreased cerebral blood flow, and the risk of further bleeding. Handling intracerebral haemorrhage patients in the ICU that require airway assistance or intubation with ETT insertion, surgery (e.g. Ventriculoperitoneal Shunt), mucus removal or other invasive procedures can be a source of pain during treatment. Pain in patients during treatment in the ICU can have an impact on other organs, such as; hyperventilation, increased oxygen demand, sleep disturbance. Therefore, interventions are needed, one of which is the application of foot massage. The purpose of this case report is to analyse critical nursing care in Mr S (78 years old) with acute pain after VP Shunt and tracheostomy with the application of foot massage using Ventilator Behavioral Pain Score (BPS) as a pain measurement tool. The intervention was carried out for 20 minutes (10 minutes each foot), once a day for five days, the evaluation was carried out the first and second 30 minutes, then every hour during the shift after the intervention. The final evaluation was carried out from the first day to the fifth day, the results showed a decrease in pain from BPS 6 to BPS 3. This is in accordance with research conducted by Momeni, et al (2021) on three intervention groups carried out by nurses, families, and control groups. Where after being evaluated on the fifth day, it was found that the average score of pain reduction in the group given intervention by nurses (BPS from 4.48 to 3.36), while intervention by the family (BPS 4.76 to 2.96), compared to the control group who still experienced more pain. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library