Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudhistirawaty
"ABSTRAK
Dalam upaya menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara efektif dan efisien, rumah sakit memerlukan sarana berupa peralatan medik maupun penunjang medik. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais dimana terdapat pasien-pasien dengan kondisi imunitas menurun dan memerlukan kondisi steril, maka peralatan steril diperlukan baik untuk menegakkan diagnosa, pengobatan maupun untuk pelayanan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang kegiatan sterilisasi di Instalasi Sterilisasi Sentral Rumah Sakit Kanker Dharmais dan untuk menilai utilisasi mesin sterilnya.
Penelitian ini adalah penelitian terapan, dengan metode telaah data melalui proses pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan Sentral Sterilisasi, melakukan pengukuran terhadap barang yang disteril dan melakukan perbandingan dengan kapasitas mesin dengan memakai asumsi. Kegiatan dilakukan dalam kunin waktu 18 September 1996 sampai 21 Oktober 1996
Dari hasil penelitian diperoleh data mengenai variabel-variabel yang berperan dalam suatu kegiatan sterilisasi, proses sterilisasi, dan hasil dari proses sterilisasi yang berupa volume barang steril. Juga dinilai persentase pemanfaatan mesin dibandingkan kapasitas mesinnya.
Kesimpulan Bari penelitian ini adalah kegiatan sterilisasi di Sentral Sterilisasi Rumah Sakit Kanker Dhafmais telah berjalan dengan cukup baik, hanya perlu dibuat Standar Operasional Prosedurnya. Volume barang steril yang dihasilkan berbeda untuk masing-masing ruangan pemakai dan juga berbeda antara dua mesin sterilisasi yang ada. Pemanfaatan mesin terlihat masih belum optimal, dengan persentase sekitar 30-54%.
Saran yang bisa disampaikan adalah membuat Standar Operasional Prosedur yang didasarkan pada alternatif cara pengoptimalisasian alat yang berupa pengaturan pergiliran, dan penggunaan alat secara bersama-sama, yang diharapkan waktu kerja mesin yang tersisa dapat dimanfaatkan untuk hal yang lain. Penelitian lain mengenai simulasi pengoptimalan mesin melalui pengaturan jadual sterilisasi diharapkan dapat dilakukan oleh peneliti lain.
Daftar Bacaan : 19 ( 1985- 1995)

ABSTRACT
Utilization Assesment of Sterilization Machines in Central Sterilization Installation Dharmais Cancer HospitalIn the effort to provide healthcare services in accord to the need of the society effectively and efficiently, a hospital needs medical and supporting equipments. In sterile condition of equipments was a necessity, either for making diagnosis, treatment or to support the healing process.
The main objective of this study is to get a picture about the sterilization process at the central sterilization installation of Dharmais Cancer Hospital and also to assert the utilization of its machines.
This is an application study by observing the activities the in central sterilization installation, measuring the sterilization volumes and making capacity comparison between the machines using assumptions. The activity was done from September 18 until October 21,1996.
The conclusion of this study were as followed : the sterilization activity was well managed , but a written standard operational procedures should be made. Sterilization volumes were different among the user room and also between that two existing machines. The Utilization was about 30-50 %, which is not optimal yet.
Suggestion is to make written standard operational procedures based on alternatives for the optimalization of the equipments such as making turn or time table for operating the machines together, so that the left over time of the running machines can still be utilized for other purpose. Another study using simulation for optimal machines regulation hopefully will be done.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistirawaty
"Latar Belakang: Alopesia androgenetik (AAG), merupakan kelainan rambut yang mengganggu secara psikososial bagi sebagian besar lelaki. Pengobatan yang ada saat ini masih terbatas. Kinin secara empirik telah digunakan sebagai zat penumbuh rambut. Namun belum ada penelitian untuk menilai mekanisme kerja dan efektivitas kinin topikal terhadap pertumbuhan rambut.
Metode: Kajian in silico molecular docking dan molecular dynamic simulation dilakukan untuk menilai afinitas kinin terhadap enzim 5α-reduktase dengan kontrol finasterid. Uji hambatan kinin terhadap 5α-reduktase secara in vitro dinyatakan sebagai nilai IC50 kinin, dengan finasterid sebagai pembanding. Pada percobaan in vivo, 28 ekor mencit C57BL/6 dibagi secara acak menjadi 7 kelompok terdiri dari 4 ekor. Kelompok (A) testosteron (alopesia),yang di suntik 1 mg testosteron secara subkutan,(B) testosteron+finasterid 2%(C) kelompok normal, dan kelompok (D-G) testosteron+kinin 0,5%,1%,1,5% dan 2 %. Dioles bahan uji sesuai kelompok setiap hari selama 28 hari. Luas dan panjang rambut dinilai secara visual setiap minggu. Pemeriksaan histologi (morfologi dan kepadatan folikel rambut), pemeriksaan imunohistokimia kaspase-3, pemeriksaan ELISA PGE2 dan pemeriksaan MDA dilakukan setelah 28 hari. Hasil : Hasil in silico menunjukkan kinin mempunyai afinitas yang cukup baik terhadap 5β-reduktase, meskipun lebih rendah dibanding finasterid (ΔG kinin -31,67 kj/mol dan ΔG finasterid -42,89 kj/mol dari hasil penambatan molekuler; serta ΔG kinin -6,32±12,84 kj/mol dan ΔG finasterid -11,17±18,92 kj/mol dari hasil simulasi dinamika molekuler. Hasil pengukuran hambatan enzim 5α-reduktase didapatkan IC50 kinin 10,6 ±1,40 uM dan IC50 finasterid 0,623 ± 0,14 nM. Luas area pertumbuhan rambut semua kelompok perlakuan kinin lebih luas dibandingkan kelompok alopesia dan berbeda bermakna pada pada minggu ke-3 dan ke-4. Gambaran histopatologi morfologi rambut semua kelompok didominasi fase anagen . Rasio anagen: telogen kelompok perlakuan kinin lebih tinggi dibandingkan kelompok alopesia. Kepadatan folikel rambut kelompok perlakuan kinin lebih tinggi secara bermakna daripada kelompok alopesia. Kinin 0,5%, 1%, dan finasterid menurunkan ekspresi kaspase-3. PGE2 meningkat pada semua kelompok perlakuan kinin, tertinggi pada kinin 2%. dan berbeda bermakna terhadap kelompok alopesia. Pemberian kinin tidak mampu menurunkan kadar MDA.
Kesimpulan: Pemberian kinin pada mencit jantan yang diinduksi testosteron mempunyai efek menumbuhkan rambut, meningkatkan kepadatan folikel rambut. Kinin menghambat enzim 5α-reduktase, meningkatkan kadar PGE2, menurunkan ekspresi Kaspase-3, tetapi tidak menurunkan MDA. Kinin potensial dikembangkan sebagai penumbuh rambut.
Background: Androgenetic alopecia (AGA), is a hair disease which lead to negative psychological effects in most of its sufferers. Currently, treatments of AGA are limited to topical minoxidil and oral finasterid, which possess many side effects. Quinine had empirically used as herbal hair grower, but its mechanism of action and effectiveness are not studied yet.
Methods: Molecular docking was done to analyse the inhibition affinity of the 5β-reductase enzyme of both quinine and finasteride as control. Further, an in vitro test for inhibition of 5α-reductase was carried out by measuring the IC50 on both compounds. The experimental study used male C57BL/6 mice aged 7 weeks. Mice were randomly divided into 7 groups of 4 animals, namely (A) testosterone (alopecia group) which was performed subcutaneous injection of 1 mg testosterone on the back of mice (B) testosterone+2% finasterid, (C) normal group, (D-G) testosterone+0.5%, 1% , 1.5% and 2% quinine. Application of the test material on the back of the mice was carried out daily for 28 days. Hair growth assessment was done visually by assessing hair growth area every week. Histologic examination ( hair morphology and density of hair follicles), immunohistochemical examination of caspase-3, ELISA examination for PGE2, and lipid peroxidase by MDA examination were carried out after 28 days.
Results: The results of molecular docking showed that quinine had a good affinity for 5β-reductase, but it was lower than finasterid (ΔG quinine = -31.67 kJ/mol vs ΔG finasterid = 42.89 kJ/mol and from dynamic simulation ΔG quinine -6,32±12,84 kj/mol and ΔG finasteride -11,17±18,92 kj/mol). The IC50 of quinine was 10.6 ± 1.40 uM, while finasterid was 0.623 ± 0.14 nM.The area of hair growth in the quinine treatment group was wider than the alopecia group and showed significance on the 3rd and 4th week. Histopathological features all of the groups was dominated by the anagen phase. The anagen:telogen ratio of the alopecia group was lower than that of the quinine group. The density of hair follicles in the treatment group and the alopecia group was statistically significant.The administration of 0.5% and 1% quinine, as well as finasterid, decreased the expression of caspase-3. PGE2 was increased in the quinine treatment group and significant compared to the alopecia group. MDA levels were higher in quinine compared to alopecia group.
Conclusion: Quinine was efficacious in promoting hair growth in AGA mouse models. It is inhibited 5α-reductase enzyme, increasing PGE2, decreasing caspase-3. However it was unable to suppress MDA levels. Hence, topical quinine has the potential to be further developed into a herbal medicine for hair growth."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library