Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yani Sofiani
"Diabetes Melitus merupakan penyakit kronik yang dapat dikendalikan, hal ini menjadi bagian penting untuk memperlambat terjadinya komplikasi. Upaya pengendalian dapat berjalan efektif bila dilandasi oleh tingginya Awareness Diabetisi akan penyakitnya termasuk dalam monitoring kadar glukosa, alat monitoring gula darah yang ada dimasyarakat saat ini masih membutuhkan sampel darah menjadi masalah tersendiri bagi Diabetisi.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Disease Awareness Diabetisi melalui pengembangan model konsep pengelolaan diri Model SOFIANI dengan bantuan alat pendeteksi kadar glukosa darah non-invasif. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, tahap 1 pengembangan model kondep pengelolaan diri, tahap 2 pengembangan alat pendeteksi kadar glukosa darah non-invasif, dan tahap 3 uji coba model dengan desain eksperimen yang melibatkan 59 responden pada tahap 3, pada tahap 2 melibatkan 344 responden. Analisis data menggunakan paired t test dan general linier model repetead measure.
Hasil analisis diperoleh data terdapat peningkatan skor Diabetes Self Cara Management, penurunan tingkat stres dan kadar HbA1c pada kelompok intervensi pada variabel outcome, sedangkan pada variabel intermediate terlihat penurunan kadar glukosa darah puasa yang efektif sejak minggu 6, peningkatan waktu melakukan aktifitas dan kepatuhan dalam menggunakan terapi. Kesimpulan Model SOFIANI dapat meningkatkan disease awareness dengan indikator variabel outcome dan intermediate. Saran manajemen keperawatan memberikan kebijakan agar model SOFIANI ini dapat digunakan untuk terlaksananya asuhan yang berkesinambungan Continuity of care.

Diabetes mellitus is a chronic disease which can be controllable, and that is being an important part to delay the complication. Control efforts, which, guided by a higher awareness of the patients, can run effectively. Especially the patient 39 s awareness of disease prognosis and blood glucose monitoring. Blood sugar monitoring devices which exist in the community still need a blood sample, in the examination process, and this is being a problem for people with diabetes.
The purpose of this study was to increase the disease awareness among diabetic patients through the concept of self management model SOFIANI equipped with the non invasive blood glucose monitoring tool. This study consisted of the three following steps 1 the development modelofself management concept, 2 the development of non invasive blood glucose detector, and 3 the experimental design for the testing model. A total of 344 respondents was involved in the second stage of this study, while a total of 59 respondents participated in the third stage of this study. Paired t test and General Linear Model with repeated measurement were used for data analysis.
The results of this study were to identified the increaseof diabetes self care management DSCM score, the decrease of stress and HbA1c levels among intervention group, especially for outcome variables.While in the intermediate variables the effectively decrease of blood glucose started from weeks 6, the increasing amount of time for exercise and the adherence towards therapy. Conclusion SOFIANI Model can increase disease awareness with the outcome and intermediate variables as an indicator. This model might be considered by nursing management in the hospital to be implemented to create the continuity of nursing care.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
D2312
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yani Sofiani
"ABSTRAK
Diabetes Mellitus merupakan suatu sindroma klinis kelainan metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia yang berlangsung lama. Salah satu komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi adalah neuropati dimana pada tahap lanjut dapat dilakukan tindakan amputasi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran analisis hubungan karakteristik dan budaya pasien Diabetes Mellitus ( DM ) yang mengalami amputasi kaki dengan kualitas hidup. Pada penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan croossectiona. Jumlah responden 76 pasien di wilayah DKI Jakarta. Variabel independen dalam penelitian ini adalah karakteristik pasien DM yang mengalami amputasi kaki (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin, lama menderita DM, lama mengalami amputasi, jenis amputasi dan komplikasi lain yang diderita pasien) dan faktor budaya (rasa optimis dalam mengendalikan gula darah dan suku bangsa), sedangkan variabel dependen adalah kualitas hidup. Analisis bivariat menggunakan ANOVA dan Chi Square dengan alfa (< 0.05) menunjukkan ada hubungan tingkat pendidikan dengan kualitas hidup (p value 0.019) dan ada hubungan jenis amputasi dengan kualitas hidup (p value 0.0005). Pada analisis regresi logistic ganda didapatkan 2 variabel yang berpengaruh terhadap kualitas hidup yaitu tingkat pendidikan dan jenis amputasi. Pasien DM yang mengalami amputasi kaki yang berpendidikan tinggi memiliki kualitas hidup 23 kali lebih baik dibandingkan pasien DM yang mengalami amputasi kaki yang berpendidikan rendah setelah dikontrol variabel jenis kelamin, jenis amputasi, rasa optimis dan komplikasi dan pasien DM yang mengalami amputasi kaki dibawah mata kaki memiliki kualitas hidup 602 kali lebih baik dibandingkan pasien DM yang mengalami amputasi kaki diatas mata kaki setelah dikontrol variabel jenis kelamin, tingkat pendidikan, rasa optimis dan komplikasi. Saran pada penelitian ini adalah perawat perlu senantiasa melakukan deteksi dini terhadap kondisi kaki pasien DM dan selalu memotivasi pasien agar selalu melakukan perawatan kaki dengan rutin.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is a clinical syndrome of metabolism disorder, which is signed by a prolonged hyperglycemic. DM could lead to a chronicle complication called neuropathy, whereas in a further phase, amputation will be the last action need to be taken. This research was conducted to get analytical pictures of relation between characteristics and culture of patient with diabetic foot amputation with their quality of life. With correlation descriptive design, this research involving 76 respondents of patient in DKI Jakarta. Independent variables in this research are characteristics of patient with diabetic foot amputation(age, education level, gender, how long have they been living with DM, how long have they been living with foot amputation, type of amputation, and other complication that the patients have) and factor of culture (optimisms in controlling glucose level in blood and race). The independents variable was the quality of life. Bivariat analysis using ANOVA and Chi Square with alpha (<0.05) had showed that there ware a correlation between level of education and the quality of life (p value 0.019) and a correlation between type of amputation and the quality of life (p value 0.0005). Logistics regression analysis showed that two dominant factor to the quality of life there are type amputation and education level. Patient with diabetic foot amputation with higher education level have quality of life 23 times better than the patient with diabetic foot amputation with a lower education level after controlled with variable of gender, type of amputation, optimism and complication. Patient with DM that had amputation below their ankle have 602 times better quality of life than they who had amputation over their ankle after controlled with variable of gender, type of amputation, optimism and complication. Hopefully, this research will inspire nurses for advice the patient to a routine treatment for their foot and early detection complication."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library