Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiryawan
"Seberapa besar pengaruh tata letak mesin maupun sarana pendukung pabrik terhadap efektivitas dan efisiensi produksi selama ini masih sulit diketahui secara pasti. Yang jelas sejak suatu produk direncanakan untuk diproduksi langkah awal yang dilakukan salah satunya adalah penentuan tata letak pabrik dan aliran proses produksinya. Pada saat itu efisiensi produksi akan tercapai sesuai yang telah direncanakan, namun kondisi tersebut akan segera berubah mengingat perubahan-perubahan permintaan konsumen dan kebijakan pengelola pabrik akan selalu terjadi. Sayang antisipasi keadaan tersebut terkadang membawa ke perubahan tata letak pabrik yang justru menjadi penyebab menurunnya tingkat efisiensi produksi.
Hal itu juga dialami PT Delphi Automotive System Indonesia perusahaan perakit harness untuk kendaraan, dimana kenaikan permintaan dan kebijakan single show telah menimbulkan kondisi tata letak pabrik yang tidak lagi sesuai. Untuk itu dilakukan perancangan ulang pada produk harness S-truck yang memiliki kenaikan permintaan dan jumlah output produk paling tinggi.
Terlebih dahulu area produk yang lain dipisahkan untuk mempermudah perancangan, setelah itu proses perancangan ulang dilakukan dengan menggunakan teknik konvensional. Dimulai dengan perbaikan aliran material, perhitungan ulang penggunaan mesin, kebutuhan area produksi dan gudang, sena peralatan pemindah material. Terakhir dibuat gambar tata letak yang disarankan untuk diterapkan di perusahaan. Secara umum hasil dari perancangan ulang tata letak proses produk harness S-Tmck adalah sebagai berikut :
1. Proses Sub assy grommet, mounting, taping, inspeksi dan packing dipindah letaknya mendekati proses Komax dan Gudang untuk memperkecil jarak, sehingga terjadi pengurangan jarak pergerakan material sebesar 407 m.
2. Untuk memperkecil jarak perubahan pola tata letak teijadi dari pola L menjadi pola U
3. Tata letak yang tadinya cenderung berkonsep product layout berubah menjadi process layout untuk lebih mengoptimalkan proses dan mesin.
4. Perubahan jam kerja dan besarnya kenaikan permintaan dapat diatasi dengan penambahan beberapa mesin yaitu Komax dan Conveyor.
Metode perancangan ulang tata letak pada produk S-Truck diharapkan juga dilakukan pada area untuk produk yang lain untuk mendapatkan peningkatan efisiensi yang lebih signifikan.

The effect of machine and plant facilities for production affectivity and efficiency was not clearly known. All that we knew since a product was planned to produce, one of the first step that we will do is determining the plant layout and process flow. In that time the production efficiency should achieve according to the plan, but soon it would change since there are developing in production activity such as the fluctuation of customer order and also due to management decision. And such change will be come to every production activity whether- we like it or not. Unfortunately the anticipation of that condition sometime create a change in plant layout that cause level of production efficiency decrease.
PT Delphi Automotive system Indonesia a wiring hamess manufacturer company, also experience this condition, since the total order was dropped, management decided to reduce working hour from 16 hour/day ( 2 shift ) become 8 hour (1 shift ) but contrary in S-truck hamess the customer order was increased so this the urgent action was need to overcome this condition including changed the production layout.
During the re-layout process that used conventional technique, other plant section was separated. First step was improve material flow, than ' recount the machinery capacity, calculated the need of production and warehouse area and also the material movement tools and after design of layout was completed, it will be presented to the company. Generally the important result of Re-layout process for S-truck harness are :
1. In order to reduce material movement, process sub assy grommet, taping, inspection, and packing was moved closer to the Komax and warehouse area, cause elimination of material movement for 407 m long.
2. The pattern of layout was change -from ?L? shape to become ?U? shape. This change also reduce the distance of every workstation.
3. The layout concept change from ?product layout? into ?process layout.
4. And as result, the problem that happened due to change of working hour and increase of customer requirement can be solved by adding some machinery (Komax and Conveyor).
This Re-layout activity for S-truck harness will also be implemented for the other products to get more significant increase of production efficiency.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T10092
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuana Wiryawan
"Program Pembangunan Kesehatan bertujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kualitas kehidupan yang dilakukan sejak dini. Kesehatan ibu hamil dan kondisi saat melahirkan sangat berperan dalam menentukan kesehatan hasil kehamilan tersebut. Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan suatu negara adalah angka kematian bayi dan angka kematian ibu. Sampai saat ini angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) I995 AKI di Indonesia adalah 373 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu dapat dicegah bila komplikasi kehamilan dan persalinan dapat diketahui secara dini. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan, dan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Keadaan yang ada sekarang ini meskipun cakupan pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan sudah cukup tinggi, namun pada akhirnya ibu-ibu kembali memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam pemilihan penolong persalinan adalah umur ibu, pendidikan ibu, adanya gangguan saat hamil, paritas, sosial ekonomi, tempat tinggal dan pekerjaan. Penelitian ini menggunakan data Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil SKRT 2001. SKRT 2001 dilakukan serentak di seluruh wilayah Indonesia kecuali Maluku, Papua dan Nanggroe Aceh Darussalam.
Unit analisis adalah ibu hamil yang dijumpai pada saat penelitian dan dilakukan wawancara dengan ketentuan sejak tahun 1998 sampai dengan 2001 pernah hamil dan melahirkan baik lahir mati maupun lahir hidup. Dengan ketentuan tersebut, ibu yang berhasil ditemui sebanyak 738 orang, setelah dilakukan penggabungan dengan data Susenas 2001 Modul dan dengan kriteria ibu pernah hamil dan melahirkan pada periode 1998-2001 diperoleh sampel sebanyak 191.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 76% ibu telah memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan. Masih cukup banyak (44%) ibu-ibu yang memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Faktor umur ibu dan ada atau tidaknya gangguan saat hamil tidak mempengaruhi pemilihan penolong persalinan. Pemeriksa kehamilan berhubungan bermakna secara statistik dengan pemilihan penolong persalinan (p=0.001), demikian juga dengan faktor pendidikan dan daerah tempat tinggal. Ibu-ibu yang berpendidikan rendah, golongan tidak mampu dan tinggal di daerah perdesaan cenderung memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Ibu-ibu yang tinggal di daerah perdesaan mempunyai kemungkinan 1.19 kali untuk memilih non tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dibandingkan dengan ibu-ibu yang tinggal di perkotaan. Faktor daerah tempat tinggal merupakan faktor yang paling dominan menentukan pemilihan penolong persalinan.
Berdasarkan hasil diatas maka faktor yang dapat di intervensi adalah faktor penolong persalinan dengan meningkatkan kerjasama antara tenaga kesehatan dengan non tenaga kesehatan, dan menyediakan tempat persalinan sampai ke daerah perdesaan sehingga mudah di jangkau oleh masyarakat.

Relationship between Pregnancy Examiner and Social Demographic Factors Pregnant Woman with Delivery Assistant in IndonesiaHealth Development Program has targeted to increase quality of human resources and quality of life at early. Health of pregnant women and her condition when delivering have important role to health condition of her pregnancy. One of the health level indicators of a country is infant mortality rate and maternal mortality rate. In Indonesia, maternal mortality rate (AKI) still high, as the result of Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, AKI in Indonesia is 373 per 100.000 live births. Maternal mortality could be prevented if complication on pregnancy and delivery can be detected in early. This can be done by conducting pregnancy examination and choose health provider as delivery assistant. Although pregnancy: examination that has been covered by health provider is high, but when they delivery more of them to chose traditional birth attendant to assist their delivery.
Some of the studies reported that factors that have role in choosing the delivery assistant are age, education, pregnancy disorder, parity, social economic, living place, and occupation. In the data of SKRT 2001 that factors have not been studied. SKRT 2001 conducted in all Indonesian regions, except Maluku, Papua, and Nanggroe Aceh Darrusalam.
Analysis unit is mother that found when this study in conducted and carried out interview with pre requirement from 1998 to 2001 ever pregnant and delivered alive or death. By this pre requirement, number of mother that can be found is 738 mothers, after combine with Susenas Modul 2001 data and based on the criteria; it was got samples 191 mothers.
Results of the analysis showed that 76% mothers have checked their pregnancy to health provider. Much of mothers (44%) choose traditional births attendants as delivery assistant. Age and pregnancy disorder are factors that did not influence on choosing delivery assistant. Pregnancy examiner has significant statistical relationship with delivery assistant (p=0,001), also education and living stay factor. Mother who has low education, poor and living in village tends to choose traditional birth attendants as delivery assistant. Mother who lives in villages has probability 1.19 times to choose traditional births attendants as delivery assistant compared to mother which living in urban area. Living stay factor is the most dominant factor in choosing delivery assistant.
Based on the result, this study recommends the factor that can be an intervention is delivery assistant, especially to increase coordination between health provider with traditional birth attendants and preparing place of delivery in the villages.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T11197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nizam Jim Wiryawan
"This article focuses on organizational or institutional transformational changes as the central and most consequential contextual aspects of transition economies moving away from centrally planned macro-economic policy to embracing an open market approach. In spite of the difficulties in carrying out changes due to internal resistance, change is seen by many as inevitable and mandatory. This article studied the drivers and consequences of organizational change, and the result of the literature studied shows that organizational changes in technical and administrative fields are differentially driven by firms' motivation to change related to their past performance, opportunity and internal capabilities to change, namely firm's ownership, managers' attitude and participative culture. While change definitely has direct positive impacts on firms' performance, its implementation should take a pragmatic approach to dampen resistance from within the organizations."
2006
MUIN-XXXV-8-Agust2006-20
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nizam Jim Wiryawan
"In Indonesia, the privatization of some state owned firms have met strong external and internal stakeholders'resistance causing delay or even failure in spite-of-th-fact that privatization has swept the world. Starting in the UK in the early 1980s, privatization has spread to other developed and developing countries. This essay attempts to investigate the process if privatization in Indonesia when compared with the expereicne of other countries vis a vis country specific characteristics and strategies related to the privatization transactions as well as the acquiring parties' strategy. With regard to these variables, differences are noted between the practices in the former eastern block countries, developed and developing countries inclusive of in Indonesia."
[Place of publication not identified]: Manajemen Usahawan Indonesia, 2003
MUIN-XXXII-03-Mar2003-35
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bangkit A. Wiryawan
Jakarta: CCS, 2008
330.951 BAN z
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nizam Jim Wiryawan
"Etika bisnis memainkan peranan penting dalam dasawarsa 1980-an, sehingga dasawarsa ini sering disebut sebagai era etika bisnis. Pasang naik etika bisnis di Amerika Serikait dimulai pada awal tahun 1960-an, ketika rakyat Amerika mulai menuntut adanya pertanggungjawaban moral dari penguasa selaku pelaku bisnis.
Dalam bab I, diuraikan mengenai etika secara umum, yaitu sebagai bagian ilmu filsafat yang menelaah masalah apa yang baik serta apa yang buruk, dalam hubungannya dengan tindakan, tingkah laku maupun penilaian manusia. Dasar kesadaran etis serta aliran-aliran besar dalam etika yaitu aliran utilitarisme dan deontologi, dibahas dalam bab ini. Inti dari kesadaran etis adalah kesadaran akan perbuatan yang mengandung nilai yang diterima oleh masyararakat secara obyektif sebagai standar ukuran moral.
Bab II, membahas tentang bisnis serta masalah-masalah etis pada tingkat makro. Dibahas di dalam bab ini mengenai prinsip-prinsip bisnis yang berkaitan dengan etika. Umpamanya prinsip pengejaran laba serta prinsip pengambilan keputusan. Usaha pengejaran laba serta pengambilan keputusan seringkali mengalami perbenturan dengan nilai-nilai etika. Nampak dalam uraian bab II ini, bagaimana bisnis mampu mengembangkan nilai-nilai yang mendekati standar etis, dan melaksanakan langkah-langkah penyesuaian diri sebagai tanggung jawab sosial terhadap masyarakatnya. Secara makro, maka bisnis berkewajiban untuk tidak membahayakan lingkungannya. Usaha-usaha bisnis dalam menunaikan tanggung jawab sosial hendaknya tidak ditujukan sebagai amal serta kemampuan kualitas manusia. Di dalam bab II dibahas mengenai bisnis berdimensi etis dalam praktek berbentuk Perusahaan Inti Rakyat (PIR), yaitu di bidang agroindustri jamur di Dieng, serta di bidang persusuan di kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Dari studi kasus kedua PIR, secara makro dibahas tentang masalah-masalah etis intern dan ekstern. Misalnya, bagaimana usaha pencapaian laba, masalah penyuapan, masalah persaingan, masalah dampak lingkungan serta penyuapan. Refleksi filsafat berbentuk pedoman etis memberikan kesimpulan bahwa adanya tindakan bisnis yang kurang bijaksana akan mencetuskan konflik social. Seorang pengusaha wajib mencari titik imbang antara hasrat mencari keuntungan di satu pihak dengan realitas social yang ia hadapi.
Dalam bab IV yang merupakan bab penutup akan diuraikan analisis etika bisnis seyogyanya dilakukan dengan kerangka dasar Pancasila, di mana setiap silanya bermakna untuk membentuk insan bisnis yang berdimensi religius dan etis. Etika bisnis Pancasila menolak keuntungan materi semata-mata tanpa memperdulikan segi-segi rohaniah, serta membuang jauh prinsip untung sendiri tanpa memperdulikan sesama manusia. Tingkah laku para pelaku bisnis tidak dapat dilepaskan dari lingkungan dasar Pancasila di mana mereka terintegrasikan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S16152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrida Wiryawan
"Dalam skripsi ini akan dikemukakan paham penyangkalan adanya Tuhan dalam pandangan F.W. Nietzsche. Dalam menguraikan pemikirannya tentang ateisme, Nietzsche bertolak dari realitas masyarakat pada waktu itu, ia melihat keadaan kebudayaan Jerman sudah merosot,.nilai manusia yang hakiki sudah tampak hilang. Nietzsche menyaksikan suatu desintergrasi kehidupan, suatu keruntuhan kebudayaan. Dalam bukunya The Birth Of' Tragedy from The Spirit of Music, nampak kekecewaannya yang mendalam. Melalui agama Kristen, bangsa Yahudi dianggapnya telah memutarbalikkan nilai-nilai manusia. Manusia yang baik adalah manusia yang hidup melarat, menderita dan tidak kuasa. Sedangkan bagi Nietzsche sendiri nilai manusia adalah suatu tindakan yang menonjolkan nilai-nilai biologia seperti kekuatan, keberanian dan keganasan. Situasi kebudayaan Jerman ketika itulah yang mempengaruhi jalan pikiran Nietzsche, dan ia ingin membebaskan manusia dari segala hal yang membuat manusia menjadi lemah dan tidak berdaya, dengan demikian Nietzsche menemukan arti kehidupan manusia. Dalam pandangannya tentang manusia, ia melihat manusia dalam kehidupan yang nyata, eksistensial. Manusia dalam bentuk konkrit adalah badan. Badan mempunyai arti yang penting bagi kehidupan manusia, dan berkat badannya manusia dapat menyempurnakan dirinya. Tetapi manusia bukanlah semata-mata terdiri dari badan saja, tetapi juga mempunyai jiwa, dan jiwa hanya sebuah nama saja dalam badan manusia. Dalam badan manusia terdapat unsur kekuatan, keberanian dan kehendak untuk berkuasa, yang merupakan daya pendorong hidup atau hawa nafsu yang universal yang juga merupakan ukuran tingkah laku manusia. Kehendak untuk berkuasa merupakan kenyataan yang besar tentang dunia ini, dengan dasar kehendak untuk berkuasa ini Nietzsche secara terang-terangan menyangkal adanya Tuhan. Konsep Tuhan yang disangkal adalah konsep Tuhan dalam agama Kristen, kemudian baru konsep Tuhan dalam agama-agama yang lain. Konsep Tuhan bagi Nietzsche berasal dari keterikatan suatu perasaan. Bila manusia tiba-tiba dihadapkan kepada suatu perasaan yang lebih besar dari dirinya maka keamanannya akan terancam, ia was-was akan dirinya dan mengarahkan pandangannya kepada orang yang lebih besar yang ia sebut Tuhan. Agama muncul karena manusia mengalami perpecahan dalam dirinya. Di satu pihak manusia itu lemah, di lain pihak merasa kuat, lalu kuasa dipersonifikasikan menjadi Tuhan. Dalam melancarkan kritik-kritiknya terhadap agama, ia meli-hat kenyataan ketika itu, terutama para pemimpin agama mengajarkan tentang ajarannya. Nietzsche merasa muak kepada para pendeta yang mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang berdosa. Dan Nietzsche memperingatkan kepada manusia agar waspada terhadap bangunan yang dinamakan dengan gereja. Bagi Nietzsche semua ini adalah palsu, karena agama sering mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berdosa, manusia yang mau menjalami hidup dalam serba penuh dosa ini, adalah manusia yang tolol, yang tidak berharga. Nietzsche menolak Tuhan dimana dikatakan dalam karyanya The Gay Science, bahwa Tuhan telah mati, dan kitalah yang membunuhnya. Bertalian dengan Kebencian kepada Tuhan, ia juga membenci moral Kristen karena moral tersebut membuat manusia-manusia menjadi budak, dalam agama Kristen memuji mereka yang rendah hati, menyelamatkan yang sakit dan menderita, melindungi yang lemah. Moral budak ini nampak dalam gerakan demokrasi. Pada hakikatnya manusia itu tidak ada yang sama, manusia itu berbeda-beda. Penilaian yang baik dan buruk sudah tidak berlaku dan diganti dengan unggul dan hina. Dalam menerima kematian Tuhan Nietzsche mengharapkan akan datangnya manusia adi (Ubermenrsch), kerena manusia adi inilah yang dapat dan berani mengubah semua nilai. Dalam manusia adi terdapat unsur keberanian, kekuatan, kecerdasan dan kebanggaan. Dengan menerima matinya Tuhan, maka manusia akan menjadi bebas dan manusia dapat menentukan arah tujuan hidupnya bahwa manusia harus mencipta, itulah hakikat manusia. Walaupun Nietzsche menolak Tuhan yang kekal, namun ia mengakui juga adanya kekekalan dalam pengertian siklis. Sehubungan dengan pemikiran ini. ia mengatakan bahwa kebenaran itu tidak ada yang absolut. Secara pribadi Nietzsche menderita atas pikiran-pikiran tentang kematian Tuhan yang terbukti dalam surat-surat dan dalam tulisan-tulisan. misalnya dalam buku Thus Spake Zarathustra dapat dilihat betapa kerinduan itu dapat terbaca, dalam sebuah aphorismenya ia memanggil Tuhan kembali. Jadi apa yang dikemukakan dalam pandangan ateisme Nietzsche bukanlah masalah yang spekulatif, melainkan pengukuhan eksistensi. Dalam pembahasan tentang ateismenya Nietzsche tidak berharap untuk menemukan penyelamatan manusia tetapi hanya dalam prahara, bukan menyarankan surga yang abadi malahan menyarankan pengulangan kembali kesengsaraan manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Wiryawan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
S19386
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johar Wiryawan
"Telah dilakukan pembuatan paduan Al Cu dengan proses metalurgi serbuk (powder metallurgy). Bahan diperoleh dari Merck, kemurnian > 98,5 % untuk serbuk Al , sedang serbuk Cu, kemurnian > 99,7 %. Kedua serbuk tersebut dicampur dengan berbagai variasi komposisi persen berat, terdiri dari Al - 90,40% Cu, Al - 70, 19% Cu, Al - 33,33% Cu, Al - 0% Cu, Al - 3% Cu, Al - 5% Cu. Proses pembentukan dilakukan dengan menggerusnya selama 3 jam. Kemudian dilakukan proses pembentukan dengan cara cetak tekan menggunakan hidrolik press dengan tekanan 7 ton dan selanjutnya di Sinter/pembakaran pada temperatur 400°C, 500°C, 600°C. Heat treatment dilakukan selama 1 jam pada temperatur 540°C, quenching dalam media air. Karakterisasi meliputi analisis fasa dengan XRD, kekerasan, densitas serta kandungan unsur paduan dengan XRF. Hasil analisis fasa memperlihatkan adanya fasa Al2Cu yang ditunjukkan oleh puncak difraksi dengan orientasi (220), (310), (130). Fasa Al3Cu2 bidang orientasi (111), (205), (102) sedang fasa Al4Cu9, oleh puncak difraksi (330), (411 ), (600), (442) , pada temperatur sinter >- 500°C, densitas (appaerent density) meningkat dengan bertambahnya prosentase Cu,dan kenaikan temperatur sinter untuk komposisi Cu relatif kecil, nilai densitas :2,23gr/cm3 - 6,44gr/cm3 . Kekerasan cenderung meningkat tajam untuk temperatur sinter 600°C bisa mencapai 797 ,5 HV, khususnya untuk paduan komposisi (Al - 70, 19% Cu), hasil analisis kandungan unsur dengan XRF, semakin tinggi temperatur sinter ternyata prosentasi kandungan Al mengecil, kecuali untuk paduan Al - 0% Cu, kenaikan temperatur sinter menyebabkan kandungan Al justru naik, walaupun kenaikannya relatif kecil."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T39961
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sony Aria Wiryawan
"ABSTRAK
Polyethylene terephthalate (PET) merupakan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik dengan berat jenis berkisar antara 0.92-0.96 dan akan mengeras bila dipanaskan. Berdasarkan karakteristik fisik dari PET, dalam studi ini telah dilakukan penelitian limbah botol plastik PET sebagai bahan baku pembuatan agregat kasar ringan dan menggunakannya dalam campuran beton ringan. Agregat kasar ringan dihasilkan dari pembakaran botol PET, hasil pembakaran diperoleh agregat dengan bentuk tidak beraturan dan bersudut dengan tekstur permukaan halus. Karakteristik geometrik agregat ringan tersebut menyerupai agregat kasar pada umumnya. Pengujian sifat fisik agregat diperoleh berat jenis sebesar 1,316, penyerapan air 1,140%, berat isi 820 kg/m3, dan keausan agregat 28,40%. Dari pengujian kuat tekan hancur agregat terhadap 2 ukuran spesimen kubus diperoleh kuat tekan hancur agregat plastik kubus (5_5_5) cm lebih besar 1,06 kali dibandingkan dengan kubus (15_15_15) cm. Namun dalam perhitungan rancang campur beton ringan nilai kuat tekan hancur agregat kubus (15_15_15) cm yang digunakan. Dalam studi ini, agregat ringan plastik dan agregat halus normal (pasir alam) diklasifikasikan berdasarkan ukuran spesimen kubus yang digunakan yaitu kubus beton (5_5_5) cm dan (15_15_15) cm sehingga diperoleh beton ringan agregat bergradasi normal dan beton ringan agregat bergradasi modifikasi. Dari hasil pengujian beton ringan agregat plastik meliputi pengujian beton segar dan beton yang telah mengeras memperlihatkan beton segar agregat plastik mempunyai kelecakan yang baik, berat isi kering 1742 kg/m3, kuat tekan ratarata beton ringan bergradasi normal (263,333 ? 270,757) kg/cm2 dan kuat tekan rata-rata beton ringan bergradasi modifikasi (228,374 ? 263,333) kg/cm2. Kuat tekan beton yang didapat dengan menggunakan kuat tekan mortar maksimum masih dibawah kuat tekan target rencana sebesar 287,2 kg/cm2, modulus elastisitas sebesar (104612-104642) kg/cm2, Poisson?s Ratio (0,2201-0,2212). Berdasarkan pada hasil kuat tekan beton ringan terjadi penurunan kekuatan untuk beton ringan dengan spesimen kubus ukuran (5_5_5) cm sebesar 0,97 kali lebih kecil dibandingkan dengan beton ringan spesimen kubus ukuran (15_15_15) cm, hal ini diperkirakan terjadi karena agregat plastik dengan gradasi yang lebih kecil mempunyai porositas yang besar sehingga berpengaruh pada kuat tekan beton ringan yang dihasilkan. Besarnya porositas yang terjadi pada agregat dengan gradasi yang lebih kecil dikarenakan pola pemecahan yang berulang-ulang pada saat mendapatkan gradasi agregat tersebut dan diperkirakan timbul retak-retak pada struktur dalam agregat. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengujian porositas dimana untuk agregat ringan ukuran (6.35-4.75) mm porositasnya sebesar 28,37% sedangkan agregat ringan ukuran (25,4-9,5) mm porositasnya hanya sebesar 12,67%.

ABSTRACT
Polyethylene terephthalate (PET) is classified as thermoplastic polyester that is commercially produced by condensation system. PET is used as the basic raw material to produce plastic bottle with specific gravity ranging between 0.92-0.96 and will become hardened when it has heated. Based on physical characteristic of PET, this study has been done an investigation about PET as basic raw material for lightweight coarse aggregates and the usage of these aggregates in lighweight concrete. Lightweight coarse aggregates for lightweight concrete produced from burned plastic PET bottle. The shape of aggregates were irregular and angular with smooth surface. The geometric characteristic of aggregates were generally look like of coarse aggregate. The test results of physical properties of aggregates such as specific gravity is 1,316, density is 820 kg/m3, and the resistance of abration is 28,40%. Aggregates crushing strength result of lightweight coarse aggregate show on a size cube of (5_5_5) cm has strength larger by 1,06 times compared to a size cube of (15_15_15) cm, but in the calculation of lighweight concrete mixture were used the aggregates crushing strength of cube (15_15_15) cm. In this study, lightweight coarse and fine aggregate were classified according to the size of concrete cube so there are two different type of lightweight concrete, a modification and normal grade. Based on test of lightweight concrete including fresh and hardened concrete show that the fresh concrete has good workability, dry weight of concrete 1742 kg/m3, the average strength of lightweight concrete with a normal grade were ranging between (263,333-270,757) kg/cm2 and a modification grade were ranging between (228,374-263,333) kg/cm2, strength of concretes results with the used that have maximum strength mortar were still below the target strength equal to 287,2 kg/cm2, modulus of elasticity was ranging between (104612-104642) kg/cm2, and Poisson?s ratio was ranging between (0,2201-0,2212). Based on the result of compressive strength of lightweight concrete, the decrease in strength of concrete cube (5_5_5) cm was occured because of the aggregates that were used have relatively high porosity. High porosity was occured because of repeatedly crushing process to get smaller aggregates, and its process would cause fracture in interstructure of aggregates. The result of porosity test show that lightweight coarse aggregate with size (6.35-4.75) mm or the smaller ones has porosity 28,37% compared by coarse aggregate with size (25,4-9,5) mm that has porosity only 12,67%."
2006
S35863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>