Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Willy Kristianto
"Sinamaldehid merupakan senyawa kimia yang banyak digunakan dalam bidang industri dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut strukturnya, sinamaldehid merupakan senyawa tak jenuh, yang dapat memicu produksi ROS dalam tubuh. ROS ini dapat bereaksi dengan DNA atau protein dan membentuk DNA Adduct. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terbentuknya DNA Adduct 8-OHdG akibat kerusakan oksidatif DNA yang disebabkan oleh paparan sinamaldehid. Studi in vitro dilakukan dengan mereaksikan 2`-deoksiguanosin dengan sinamaldehid melalui reaksi Fenton-like. Reaksi dilakukan pada pH 7,4 dan 8,4, pada suhu 37 °C serta waktu inkubasi 7 dan 12 jam. Studi in vivo dilakukan dengan menggunakan kelompok tikus putih (Rattus norvegicus) yang dikenai paparan sinamaldehid (200 mg/kg BB) dan CuSO4 (10 mg/kg BB) selama 28 hari. Sampel urine diambil setiap minggunya. Analisis pembentukan 8-OHdG dilakukan menggunakan instrumen LC-MS/MS dengan kromatografi fase terbalik. Fasa gerak yang digunakan adalah campuran ammonium asetat 20 mM pH 4 dan asetonitril dengan gradien elusi. Hasil studi in vivo menunjukkan bahwa paparan sinamaldehid, Cu(II), dan H2O2 dapat menyebabkan pembentukan 8-OHdG, dengan produk terbanyak pada pH 7,4 dan waktu inkubasi 12 jam. Hasil studi in vivo menunjukkan bahwa paparan sinamaldehid dan Cu(II) dapat menyebabkan pembentukan 8-OHdG. Waktu pemaparan yang lebih lama menunjukkan peningkatan kadar sinamaldehid dalam urine tikus.

Cinnamaldehyde is a chemical compound that is widely used in industrial fields and is easily found in everyday life. According to the structure, cinnamaldehyde is an unsaturated compound, which can trigger the production of ROS in the body. This ROS can react with DNA or proteins and form DNA adducts. This study aims to analyze the formation of 8-OHdG DNA Adduct due to oxidative DNA damage caused by exposure to cinnamaldehyde. In vitro studies were carried out by reacting 2`-deoxiguanosine with cinnamaldehyde, Cu(II), and H2O2 through a fenton-like reaction. The reaction was carried out at pH 7.4 and 8.4, at 37 °C and incubation times of 7 and 12 hours. In vivo studies were carried out using a group of white mice (Rattus norvegicus) which were exposed to cinnamaldehyde (200 mg/kg BW) and CuSO4 (10 mg/kg BW) for 28 days. Urine samples are taken every week. Analysis of the formation of 8-OHdG using an LC-MS/MS instrument with reverse phase chromatography. The mobile phase used was a mixture of 20 mM ammonium acetate pH 4 and acetonitrile with elution gradient. The results of in vivo studies showed that exposure to cinnamaldehyde, Cu(II), and H2O2 can cause the formation of 8-OHdG, with the most products at pH 7.4 and 12 hours incubation time. The results of in vivo studies indicate that exposure to cinnamaldehyde and Cu(II) can cause the formation of 8-OHdG. Longer exposure times showed increased levels of cinnamaldehyde in rat urine."
Depok: Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Kristianto
"Latar belakang: Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak dan mematikan di dunia. Di antara terapi yang ada, kemoterapi menggunakan doksorubisin menjadi salah satu terapi yang digunakan pada kasus kanker payudara. Doksorubisin memiliki sifat antikanker, yakni dapat memicu apoptosis pada sel kanker. Namun doksorubisin memiliki sifat toksisitas yang tinggi, yakni mengganggu sistem metabolisme tubuh hingga kardiotoksisitas. Di sisi lain, andrografolida yang merupakan salah satu bahan alam, memiliki sifat antikanker pula dengan menekan proliferasi dan memicu apoptosis sel kanker. Pada penelitian ini dilakukan kombinasi andrografolida dan doksorubisin untuk mengamati peran kombinasi ini dalam menurunkan progrsifitas kanker payudara yang ada pada tikus yang diinduksi 7,12-dimetilbenz(a)antrasen (DMBA).
Metode: Penelitian eksperimental ini menggunakan tikus Spargue-Dawley yang diinduksi DMBA untuk menginduksi kanker pada payudara tikus. Setelah terbentuk nodul tumor sebesar ~5 cm3, dilakukan terapi dengan andrografolida, doksorubisin, atau kombinasi keduanya. Terapi dilakukan selama 28 hari atau sampai volume tumor mencapai ~2 cm3. Selama terapi, tikus ditimbang berat badannya dan volume tumornya diukur dengan jangka sorong. Setelah mencapai akhir terapi, tikus dinekropsi dan tumor diambil. Tumor kemudian dianalisis histopatologinya dan kadar ekspresi cleaved caspase-3 dengan uji western blot.
Hasil: Berat badan tikus meningkat ketika tikus diterapi dengan kombinasi andrografolida dan doksorubisin (p < 0,5). Volume tumor ditemukan menurun pada semua kelompok terapi (p < 0,01). Kombinasi derajat histopatologi ditemukan menurun pada kelompok kombinasi. Jumlah sel mast dan ekspresi cleaved caspase-3 meningkat pada semua kelompok terapi.
Kesimpulan: Kombinasi andrografolida dan doksorubisin berhasil menekan progresivitas kanker payudara tikus

Introduction: Breast cancer is the most common and deadly type of cancer in the world. Among the existing therapies, chemotherapy using doxorubicin is one of the therapies used in cases of breast cancer. Doxorubicin has anticancer properties, which can trigger apoptosis in cancer cells. However, doxorubicin has high toxicity, from disrupt metabolisms and cardiotoxicity. On the other hand, andrographolide, which is a natural ingredient, also has anticancer properties by suppressing proliferation and triggering apoptosis of cancer cells. In this study, a combination of andrographolide and doxorubicin was carried out to observe the role of this combination in reducing the progression of mammary cancer in 7,12-dimethylbenz(a)anthracene (DMBA) induced rats.
Methods: This experimental study used Spargue-Dawley rats which given DMBA to induce mammary cancer in rat. After the formation of a tumor nodule of ~5 cm3, treatment was carried out with andrographolide, doxorubicin, or a combination of both. Therapy was carried out for 28 days or until the tumor volume reached ~2 cm3. During therapy, the rats were weighed and the tumor volume was measured with a caliper. After reaching the end of therapy, rat were necropsied and tumors removed. Tumors were then analyzed histopathologically and levels of cleaved caspase-3 expression was measured by western blot test.
Results: Rats' body weight increased when rats were treated with the combination of andrographolide and doxorubicin (p < 0.05). Tumor volume was found to be decreased in all treatment groups (p < 0.01). The combination of histopatological grades was found to be decreased in the combination group. Mast cell count and cleaved caspase-3 expression increased in all treatment groups.
Conclusion: The combination of andrographolide and doxorubicin succeeded in suppressing the progression of rat breast cancer
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library