Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 482 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wijaya
Abstrak :
Situasi konflik dalam aliran keagamaan (Islam) di Indonesia pada umumnya digolongkan pada pertentangan antara kelompok pembaharu (moderns) dan kelompok lama (tradisionalis). Meskipun sesungguhnya penggolongan tersebut tidaklah begitu tepat untuk melihat situasi konflik berbagai aliran keagamaan karena sesungguhnya kelompok pembaharu sendiri bukanlah jaminan untuk terus berjalannya suatu pembaharuan dalam arti yang sebenarnya. Tetapi setidaknya penggolongan seperti ini akan lebih mendekatkan penggambaran kondisi konflik dan ketegangan antar aliran keagamaan. Di Indonesia sejak dahulu kondisi ini diwakili oleh Muhammadiyah sebagai kelompok modernis dan Nahdatul Ulama (NU) sebagai kelompok tradisional (C. Geertz : 1960). Dalam perspektif Bergerian (1997:107), munculnya gerakan keagamaan merupakan sebagai bentuk konsekwensi logis dari transformasi pola-pola keagamaan berupa berubahnya definisi tentang realitas, dari kerangka sakral kepada kerangka rasional. Dengan kata lain definisi religius tentang kenyataan dalam berbagai sektor kehidupan bukan lagi satu-satunya definisi. Namun dengan kerangka rasional manusia dihadapkan kepada suatu bentuk pluralitas nilai, norma, makna dan simbol-simbol. Yang menjadi persoalan adalah transformasi pola-pola keagamaan ini sering menimbulkan konflik sosial baik dalam bentuk nyata maupun latent. Pada kasus Umat Islam di Kelurahan Sungai Buah Palembang gerakan keagamaan di daerah tersebut yang dipelopori oleh KH. Nashir Abdullah pada awalnya, dimotivasi oleh "Spirit" untuk pemumian ajaran agama (Islam) dan unsur-unsur tahayul, bid'ah dan khurafat. Kemudian permasalahan tersebut meluas dan melebar ke arah yang lebih substansial, seperti : puasa boleh merokok, wanita haid (menstruasi) atau nifas tetap wajib puasa dan lain sebagainya. Dari satu perbedaan kepada perbedaan lainnya mengakibatkan "ketegangan" dan munculnya kelompok sosial keagamaan yang baru dalam masyarakat setempat. "Ketegangan" (konflik latent) tersebut di satu sisi dilandasi oleh upaya untuk merekonstruksi dan memurnikan ajaran agama. Di sisi lain juga dilandasi oleh upaya untuk mempertahankan landasan kepercayaan dan penafsiran serta hegemoni kelompok dari masing-masing kelompok keagamaan (sekte) yang bersangkutan. Gerakan keagamaan itu pun secara terselubung membuat umat Islam di Kelurahan Sungai Buah terbagi menjadi tiga kelompok yang meliputi : 1. Kelompok modern yaitu kelompok yang sepenuhnya mengikuti ajaran KH. Nashir Abdullah, H. Achlawi dan diteruskan oleh Nasaruddin. 2. Kelompok yang berupaya memodifikasi ajarannya dengan mengadakan `sintesa' antara ajaran agama yang dipahami secara turun menurun dan tradisional dengan kritik kelompok H. Achlawy dan kawan-kawan. 3. Kelompok yang tetap komitmen terhadap ajaran leluhur atau pendahulu-pendahulunya tanpa peduli kritik dan kecaman dari kelompok H. Nashir Abdullah. Abdullah dan kawan-kawan. Bagi mereka Syirik, Bid'ah dan Khurafat bukanlah persoalan. Yang penting adalah bagaimana hubungan mereka dengan Tuhannya. Ketiga kelompok keagamaan ini memiliki karakter dan pola-pola rites yang khas serta berbeda satu sama lainnya. Dimana masing-masing kelompok tersebut mengklaim bahwa kelompok merekalah yang paling benar. Dengan menggunakan metode penelitian kwalitatif serta menggali data dengan melakukan wawancara secara mendalam dan melakukan observasi baik secara partisipatif maupun non partisipatif. Dapat diungkap bahwa masing-masing sekte selain mempunyai pola ritual yang berbeda satu sama lain, juga mengembangkan "Stereotype" dan "Prejudice" antara satu sekte dengan sekte lainnya maupun kepada penganut agama lainnya. Pendekatan teori fungsional yang menyatakan bahwa agama di dalam masyarakat memiliki dua fungsi yang meliputi fungsi integrasi (pemersatu) dan fungsi disintegrasi (pemecah) bukan saja berlaku pada kelompok masyarakat yang berbeda agama tetapi juga ternyata berlaku bagi kelompok keagamaan yang beragama sama. Dengan demikian pada umat Islam di Kelurahan Sungai Buah Palembang, munculnya gerakan keagamaan (sekte) bukan saja menyebabkan perubahan sosial dari bidang material berupa semakin banyaknya rumah ibadah yang dibangun oleh masing-masing kelompok, juga perubahan dalam aspek non material berupa modifikasi terhadap aspek perilaku keagamaan, pola ritus dan institusi keagamaan dari umat Islam di Kelurahan Sungai Buah Palembang.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9711
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijaya
Abstrak :
Aktifitas untuk mewujudkan keadaan aman dan sejahtera bangsa Indonesia untuk menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara adalah pembangunan unsur-unsur ketahanan nasional secara sinergis. Pembangunan kekuatan pertahanan dan TNI sebagai komponen utamanya dimaksudkan untuk mewujudkan keamanan nasional. Tetapi pembangunan sebagai implementasi Konsep Ketahanan Nasional hasilnya dapat mendua yakni meningkatkan ketahanan nasional atau sebaliknya menjadi ironi, biaya dan alokasi sumberdaya untuk pembangunan tidak sebanding dengan manfaatnya. TNI sebagai komponen utama kekuatan pertahanan didukung empat industri farmasi untuk memberikan pelayanan dan dukungan bekal kesehatan dalam implementasi kebijakan pertahanan. Masalahnya masih banyak prajurit yang sakit di daerah operasi, ada keluhan pelayanan dan dukungan obat, tidak bermanfaatnya inovasi, sementara itu pembangunan dan pengembangan industri farmasi terns dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis keberadaan industri farmasi TN1 mengenai efisiensi dan efektifitasnya untuk kepentingan pertahanan dalam rangka ketahanan nasional. Metode yang digunakan adalah penelusuran data dan survey. Penelusuran data dilakukan untuk mendapatkan data input dan output industri farmasi TNI serta kebutuhan obat di lingkungan TNI. Survei dilakukan untuk mendapatkan data kepentingan pengguna produk terhadap kinerja industri farmasi TNI. Teknik analisis efisiensi berdasarkan perbandingan nilai output terhadap nilai input dan penggunaan kapasitas produksi setiap tahun, mulai tahun 2000-2004. Analisis efektifitas berdasarkan perbandingan nilai output terhadap kebutuhan bekal obat dan perbandingan kepentingan pengguna produk terhadap kinerja industri farmasi TNI. Hasilnya menunjukkan tingkat efisiensi ekonomi dan teknis tahun 2000-2004 berfluktuasi masing-masing berkisar 30 -155% dan 5 - 62%, umumnya tingkat efisiensi kurang dari 100%. Tingkat efisiensi bergantung pada kebijakan penentuan jenis dan kuantitas produksi, semakin besar kuantitas produksi dan jenis produknya bernilai ekonomi tinggi semakin meningkat efisiensi. Rendahnya kuantitas produksi dan rendahnya nilai ekonomi produk menimbulkan rendahnya efisiensi. Hasil produksi hanya memberi kontribusi kurang dari 50% kebutuhan pelayanan kesehatan, dan ironisnya kebijakan produksi belum diarahkan untuk kepentingan dukungan operasi militer, sehingga kapasitas produksi banyak menganggur. Hasil survei kepentingan pada 118 tenaga medis menunjukkan kepentingan obat untuk dukungan operasi militer, distribusi, pemanfaatan produk, teknologi dan mutu bahan baku perlu diperhatikan dan ditingkatkan. Berdasarkan kondisi belum efektif dan belum efisien, analisis kekuatan dan kelemahan menunjukkan industri farmasi TNI lemah dan terancam yang disebabkan kebijakan suprasistem yang belum memberdayakannya sesuai tujuan dan kapasitas pembangunannya. Dengan demikian dapat disimpulkan dari sudut pandang implementasi kebijakan pertahanan dan ketahanan nasional, keberadaan industri farmasi TN1 belum efektif dan belum efisien, Iemah dan terancam. Untuk itu disarankan, dalam jangka pendek ada kebijakan pemberdayaan kemampuan produksi dan distribusinya. Dalam jangka panjang industri farmasi TNI direvitalisasi dan diintegrasikan oleh Departemen Pertahanan R1 agar efisien dan efektif melayani kepentingan pertahanan dan kepentingan nasional di bidang kesehatan.
The activity to implement the National Resilience Concept to provide national security and prosperity is synergistic development of national power elements. The main objective of development of the Indonesian Military (TNI) as the core of national defense force is to provide national security. The result of development as the implementation of National Resilience Concept may be ambiguous namely to improve the national resilience or it may be irony. The expense and allocation of resource for the development is not balance with the benefit thereof. Indonesian Military as the core of defense force is supported by four pharmacy industries to provide the service and medical support in implementing the defense policy However there are still many sick warriors in operation area, complaint on service and medicine support, the absence of benefit on innovation while the pharmacy industry building and development are continuously made. The objective of this research is to analyze the existence of the Indonesian Military pharmacy industry. It is focused on its efficiency and effectiveness for the interest of the national defense and security. The method of this research is data research and survey. The analysis on efficiency is based on the ratio of output value to input value and the use of annual production capacity, as of 2000-2004. Meanwhile the analysis on effectiveness is based on the ratio of output value to the need of medicine and findings of survey of the interest of the users of Indonesian Military pharmacy industry products. The findings there of indicate that the economical and technical efficiency level of 2000-2004 fluctuates around respectively 30-155% and -62% and generally speaking the efficiency level is less than 100%. The efficiency level depends on the policy on production type and quantity determination. The higher the production quantity and economic value of product type, the higher the efficiency. The low production quantity and economic value of product result in the low efficiency. The production contributes only less than 50% of the need of medical service and ironically the production policy is not yet directed to the interest of support for military operation, so that many production capacities are not utilized. The findings of survey on 118 medical workers indicate that it is necessary to take into account and improve the medicine interest to support the military operation, distribution, product utilization, technology and raw material quality. The analysis on strength and weakness indicates that Indonesian Military pharmacy industry is still weak and threatened because of the supra system policy that does not empower it in accordance with the objective and capacity of development. The conclusion of this research indicate that the existence of Indonesian Military pharmacy industry in implementation of defense policy and national resilience is not effective and efficient, weak and is threatened. In short term it requires the empowerment policy to utilize production capacity and product distribution to provide medical support and medical service. 1n long term it is suggested that the Ministry of Defense of the Republic of Indonesia should revitalize and integrate it for efficiency and effectiveness of national interest and defense interest in medical sector.
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T20303
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wijaya
Yogyakarta: Dit. Jen Kebudayaan Departemen P dan K, 1977
792.9 WIJ k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
James Wijaya
Abstrak :
The work presented in this thesis is divided two subjects. First, devoted to the behavior, mechanic model, simulation and analysis of plate tectonics under excitation force approximated. Approach of an Earthquake are assumptions on the nature of the rupture process, review the evidence for the essential importance of the flow under plate with the modes of deformations. Earthquake is primarily a mechanical process which appears as genuire rupture of crust and the earth behaves as an elastic body during the short time span of the phenomena. The friction has probably a fundamental role in the mechanics of the earthquakes. Rock mechanicians consider an earthquake as a stick-slip event controlled by the friction properties of the fault. During an earthquake, on the nature of the fault and on the effect of trapped fluids within the crust at seismogenic depth, fault zone head seismic waves are generated by a shear-dislocation source and then propagated through the modeled earth medium. Wave propagation theory is used to solve the problem at hand for wave motion response, which is found as the superposition of the mean and scattered wave response. Second, devoted model of the wave propagation, an important modeling tool of fault zone properties at depth can be provided by accurate simulations of seismic fault zone head and trapped waves for realistic structures. Analytical solutions for seismic wave fields generated by double-couple sources at material discontinuities in plane-parallel structures. Extensive 2D studies of the dependency of fault zone wave motion on basic media properties and source receiver geometries show that there are significant trade offs between propagation distances along the structure, fault zone width, impedance contrasts, source location within. And the most important applications of the theory of structural dynamics is in analyzing the response of the structures to ground shaking caused by an earthquake. The study for earthquake response of linear SDF systems to earthquake motions concerned the displacement, velocity and acceleration. Then we introduced the response spectrum concept, which is central to earthquake engineering, together with procedures to determine the peak response of systems directly from the response spectrum.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T9957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wijaya
Abstrak :
Analisis burial geohistory merupakan salah satu bahan kajian dalam analisis cekungan secara kuantitatif yang terintegrasi selain thermal history dan analisis hydrocarbon generation. Data dasar yang dihasilkan berupa parameter tektonik sedimentasi yang kemudian digambarkan dalam bentuk rekonstruksi sejarah pemendaman. Selain itu akibat pembebanan sedimen, maka terjadi perubahan porositas dan permeabilitas yang berpengaruh terhadap aliran fluida dalam batuan. Sehingga arah migrasi dan keberadaan hidrokarbon di daerah penelitian dapat ditafsirkan. Perubahan proses sedimentasi yang terjadi di daerah penelitian dapat dikaji dari data di setiap sumuran. Pada awal pengendapan Formasi Belumai sampai dengan akhir pengendapan Formasi Baong Tengah (10,1 juta tahun lalu) terbentuk endapan transgresif. Sistem pengendapan tersebut ditandai dengan kecepatan sedimentasi yang lebih lambat dibanding kecepatan penurunan dasar sedimen. Endapan regresif terjadi sejak awal pengendapan Formasi Baong Atas yang ditandai percepatan sedimentasi sangat besar (4-5 kali kecepatan sebelumnya). Proses tersebut terjadi karena berkaitan dengan aktivitas tektonik Miosen Tengah, sedangkan batuan sumber berasal dari Bukit Barisan yang telah terangkat sejak 12 juta tahun lalu. Periode selanjutnya terjadi perlambatan sedimentasi tetapi sedimen masih regresif dan berakhir pada 4,5-4,8 juta tahun lalu (akhir pengendapan Formasi Seurula bagian bawah). Proses pengendapan yang terjadi sejak 17,8 juta tahun lalu tersebut di atas mengalami perpindahan pusat sedimentasi (depocentre) yang dikendalikan oleh aktifnya patahan regional. Batuan dasar paling dalam (depocentre) bergeser dari timur ke barat (tengah daerah penelitian) bersamaan dengan pengendapan Formasi Baong Atas. Sehingga formasi tersebut mempunyai ketebalan awal maksimum di bagian tengah daerah penelitian (775 m) (Sumur SW-5). Batuan dasar paling dalam di SW-5 tersebut berlangsung terus sampai sekarang, sehingga berpengaruh terhadap keberadaan hidrokarbon di sumur tersebut. Posisi Formasi Belumai yang menumpang di atas batuan dasar paling dalam telah menyebabkan berkurangnya porositas dan permeabilitas batuan, sehingga tidak memungkinkan adanya migrasi hidrokarbon ke SW-5. Seandainya hidrokarbon dapat terbentuk di bagian bawah formasi tentunya telah bermigrasi ke selatan. Hal ini disebabkan aliran fluida akibat kompaksi sangat berhubungan dengan faktor ekspulsi dan sangat berpengaruh terhadap proses diagenesa serta migrasi hidrokarbon. Faktor ekstensi kerak ternyata paling besar dijumpai di Sumur SW-6 (1,054) sedangkan sumur yang lain berkisar antara 1,01-1,03. Faktor ekstensi kerak tersebut hanya berpengaruh terhadap awal pembentukan cekungan di daerah penelitian, yaitu dengan terbentuknya depocentre di SW-6. Periode berikutnya deformasi tektonik lebih berpengaruh terhadap perubahan bentuk arsitektonik cekungan. Hal ini terbukti Sumur SW-5 yang menempati cekungan paling dalam sejak 9,6 juta tahun lalu faktor ekstensi keraknya lebih kecil dibanding SW-6. ......Burial geohistory analysis is one of the integrative method in quantitative basin analysis as same as thermal history and hydrocarbon generation analysis. The resulted data is sedimentation tectonic parameter which is displayed as burial geohistory reconstruction. Because of sedimentary loading, there was a change in porosity and permeability which were influence the fluidity flow in the rock. Therefore the migration pathway and hydrocarbon occurrence in the study area can be predicted. The sedimentary process changes in the study area can be assessed from the data in the well transgressive sediment was formed since the early time of Belumai Formation deposition until the end of Middle Baong Sedimentation (10.1 Million Years Ago). This depositional system was characterized by slower sedimentation rate than rate of base sedimentation subsidence. Regressive deposition took place in the early sedimentation of Upper Baong Formation characterized by huge sedimentary acceleration (4-5 times from previous rate). This process correlated with Middle Miocene tectonic activity. The source rocks came from the uplifted Barisan Mountain since 12 MYA. In the next period, reducing of sedimentation rate occurred and finished at 4.5 - 4.8 MYA (in the end of Lower Seurula Formation deposition), but the sediment was still in regressive phase. Centre of sedimentation (depocentre) of mentioned above sedimentation process began since 17.8 MYA, was moved from the original position. The movement was controlled by activation of regional fault. The deepest basement (depocentre) moved from East to West (middle part of study area), at the same time as deposition of the Upper Baong Formation. Therefore, this formation has early maximum thickness (775 m) in the middle part of the study area (SW-5 Well). The basement in SW-5 well is still the deepest in the study area until present-day. It influence the hydrocarbon occurrence in this well. The Belumai Formation which is immediately overlies the deepest basement has porosity and permeability decrease that made it was not possible for oil to migrated to SW-5 well. if the hydrocarbon could be generated by the lowest part of the Belumai Formation, it would migrated to the South. In this case because the fluidity flows as a result of compaction is very correlate with expulsion factor and strongly influence to diagenetic process and hydrocarbon migration. The highest value of crustal extension (1.054) is occurred in SW-6 Well,whilst in others wells are in range of 1.01 to 1.03. The crustal extension just influenced the early forming sedimentary basin in the study area. It influenced the depocentre in SW-6. In the next period, architectural form of sedimentary basin was more influenced by tectonic deformation. It is proved by the position of SW-5 (it's crustal extension value lower than SW-6) which occurred in the deepest part of the basin since 9,6 MYA.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T9967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiguna Wijaya
Abstrak :
Fenomena hubungan internasional pasca perang dingin diwarnai dengan beragam masalah yang semakin kompleks dan multi-dimensional, saling terkait satu dengan yang lain. Masalah lingkungan hidup, khususnya menyangkut masalah keanekaragaman hayati yang bersinggungan dengan faktor ekonomi merupakan salah satu contohnya. Adanya berbagai kepentingan negara-negara di dunia dalam keterkaitan antar isu ekonomi dan lingkungan hidup ini menimbulkan serangkaian polemik, seperti yang ditimbulkan oleh kesepakatan TRIPs (Trade-Related Aspects of intellectual Property Rights) dari WTO (World Trade Organization). Indonesia sebagai salah satu negara anggota WTO yang juga memiliki potensi sumber keanekaragaman hayati yang besar menghadapi dilema dalam polemik ini. Masalah tersebut menjadi fokus penelitian dalam tesis ini. Sebagai titik tolak penelitian maka dibuat dalam bentuk pertanyaan penelitian, yaitu : 1. Bagaimana keterkaitan kesepakatan TRIPs dengan isu lingkungan hidup, khususnya masalah keanekaragaman hayati? 2. Bagaimana upaya diplomasi lingkungan hidup Indonesia menanggapi keterkaitan tersebut ? Untuk membantu menjawab pertanyaan penelitian dan sekaligus merupakan justifikasi ilmiah atas penelitian yang dilakukan, maka digunakan berbagai pemikiran dari teori-teori hubungan internasional yang relevan. Untuk menelaah masalah lingkungan hidup yang sifatnya semakin global dan tidak lagi hanya semata menjadi isu lokal maupun regional, dilandasi oleh pemikiran-pemikiran dalam paradigma model masyarakat global. Selain itu, pemikiran dalam teori sistem dunia juga digunakan untuk membantu menjelaskan hahwa kapitalisme global merupakan salah satu penggerak utama hubungan internasional saat ini. Berbagai pemikiran dalam teori-teori diplomasi juga dijadikan acuan untuk membantu menjabarkan upaya diplomasi yang dilakukan Indonesia dalam menanggapi keterkaitan antar isu ekonomi dan lingkungan hidup dalam kesepakatan TRIPs. Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis dengan pendekatan kualitatif. Pengkajian dalam penelitian ini didasarkan pada berbagai materi dan data-data yang berhubungan dengan topik bahasan, melalui analisa data primer dan sekunder dari berbagai dokumen, buku, laporan, jurnal, dan surat kabar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua pertanyaan penelitian terjawab. Keterkaitan kesepakatan TRIPs dengan lingkungan hidup, khususnya masalah keanekaragaman hayati menyangkut pasal 27 dan 28 dari kesepakatan yang mengatur tentang subyek materi yang dipatenkan yang melibatkan unsur-unsur materi genetis di dalamnya. Hal ini dapat menimbulkan berbagai implikasi, seperti hak paten atas mahluk hidup dapat mendorong monopoli atas mahluk hidup yang dipatenkan, mendorong terjadinya erosi keanekaragamn hayati, berpotensi mendorong terjadinya praktekpraktek bio-piracy, para pelaku bioteknologi lebih diakui ketimbang masyarakat adat lokal. pemerintah Indonesia dalam kerangka negosiasi WTO, termasuk forum negosiasi TRIPs pemerintah Indonesia telah membentuk "Tim Nasional untuk Perundingan Perdagangan Multilateral dalam Kerangka WTO", sesuai dengan Keppres No. 104 tahun 1999 tanggal 1 September 1999. Tim Nasional ini terdiri dari berbagai unsur departemenl lembaga terkait. Menanggapi keterkaitan antar isu ekonomi dan lingkungan hidup dalam berbagai forum negosiasi TRIPs, pemerintah Indonesia juga melakukan upaya diplomasi lingkungan hidup, yaitu upaya diplomasi dengan mengintegrasikan aspek lingkungan hidup secara lebih komprehensif. Walaupun secara bilateral diplomasi lingkungan hidup Indonesia menanggapi polemik TR1Ps masih belum optimal, akan tetapi dalam konteks conference diplomacy secara multilateral dalam berbagai forum negosiasi TRIPs, diplomasi lingkungan hidup Indonesia dalam skala tertentu dapat dikatakan berhasil. Hal ini dikaitkan dengan masih belum tercapainya keputusan final negosiasi TRIPs, karena masih adanya conflict of interest antara kelompok negara maju dart negara berkembang dalam forum negosiasi TRIPs yang secara langsung maupun tidak langsung turut dipengaruhi oleh upaya diplomasi Indonesia tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Burhan Wijaya
Abstrak :
Penelitian ini mengungkap bahwa prajurit marinir yang di-BKO-kan (diperbantukan) ke Polri dalam menangani aksi mahasiswa (yang berubah menjadi aksi massa) sebetulnya mendapat tugas baru yang bertentangan dengan tugas pokoknya, sehingga mereka mengalami konflik peran. Deutsch (1973) menyatakan bahwa suatu konflik dapat terjadi kapanpun bila aktivitas yang saling bertentangan terjadi. Prajurit marinir besar kemungkinan pada awalnya merasa stres dengan tugas baru tersebut, seperti yang dikatakan oleh Kahn (1964) bahwa stres kerja dapat disebabkan karena terdapat hambatan dalam menjalankan peran pada pekerjaannya. Agar prajurit marinir tetap dapat melaksanakan tugasnya maka mereka melakukan perilaku coping. Lazarus (1991) mendefinisikan coping yang merupakan upaya kognisi dan perilaku yang khusus mengatur tuntutan-tuntutan internal atau eksternal yang dinilai individu sebagai situasi yang membebani. Kenyataan yang ada menggambarkan bahwa pada saat prajurit marinir menjalankan tugas tersebut mampu melaksanakan dengan baik dan mendapat simpati dari masyarakat. Peneliti menduga bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan prajurit marinir berhasil menjalankan tugasnya. Diduga terdapat 3 faktor yang berperan dalam keberhasilan tersebut, yaitu faktor identitas kelompok atau semangat korsa atribusi atau cara penanganan dan aktualisasi diri. Pada identitas kelompok, bahwa kelompok merupakan bagian dari individu dan adanya proses psikologis juga akan membentuk perilaku kelompok (Hogg & Abrams, 1990). Untuk atribusi, menurut Jones & Davis (1965) selalu terdapat prekondisi. Ada 2 kondisi yang spesifik, yang pertama aktor (dalam bertindak) harus memiliki pengetahuan perilaku yang diobservasi dan yang kedua memiliki kemampuan untuk menampilkannya. Sedangkan aktualisasi diri menurut Erich Fromm (1993) bahwa orang yang mampu mengaktualiasikan diri dengan baik salah satunya adalah mampu memberikan penghargaan yang tinggi terhadap dirinya dan mampu bersikap lebih menghargai pada orang lain, bukannya mengambil sikap yang bertentangan. Pembuatan alat ukur diperoleh dari hasil elisitasi terhadap beberapa anggota marinir yang memenuhi persyaratan. Setelah dilakukan uji coba maka alat ukur yang digunakan adalah dalam bentuk kuesioner yang mengukur faktor identitas kelompok, atribusi dan aktualisasi diri. Sedangkan faktor standar keberhasilan diperoleh dari kuesioner yang dibuat oleh Tracy (1981). Pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling, subyek adalah Brigade infanteri BS Marinir jakarta dan Brigade infanteri-1 Marinir Surabaya. Pemilihan sampel ini atas dasar asumsi bahwa pasukan infanteri seringkali diperbantukan menangani aksi unjuk rasa dan pasukan tersebut tergolong pasukan yang paling siap untuk diterjunkan di lapangan karena keberadaan mereka di garis paling depan. Jumlah sampel adalah 211 responden. Untuk mendapatkan faktor-faktor berdasarkan dugaan peneliti maka dilakukan analisis faktor. Sedangkan untuk menguji validitas dan reliabilitas item-item dalam kuesioner digunakan perhitungan internal consistency dan tehnik reliabilitas Cranbach Alpha, sedangkan untuk melihat masing-masing sumbangan variabel digunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan adanya 4 faktor yang berperan memberikan pengaruh pada standar keberhasilan yaitu: faktor atribusi, identitas kelompok, eksistensi (aktualisasi diri) dan persepsi terhadap tugas. Adapun faktor yang memberikan sumbangan terbesar adalah atribusi dan identitas kelompok. Untuk penelitian berikutnya, disarankan membandingkan dengan aparat lain selain marinir agar dapat ditemukan dan ditegaskan faktor-faktor temuan lain yang lebih berperan.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T9719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marta Hendra Wijaya
Abstrak :
Telah dipelajari pengaruh koefisien friksi terhadap pembentukan relief timbul pada proses coining secara eksperimen dan simulasi FEM. Dalam penelitian ini digunakan Tembaga murni standar AISI 14300, dimana dart basil pengujian tekan didapatkan karakteristik material ini memiliki persamaan Stress-Strain σ = 588,25 ε^0,3453 Dengan analisa ring test diperoleh kondisi koefisien friksi m = 0,05; 0,22; 0,3 dan 0,42 terhadap variasi kekasaran permukaan (metode dry sand blasting) yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil pengujian cetak (coining test) menggunakan dies berlubang menunjukkan pengaruh negative koefisien friksi terhadap pembentukan relief timbul pada hasil cetak Selanjutnya diperoleh pula bahwa kekasaran permukaan dies lebih dominan menentukan besarnya nilai koefisien friksi antar muka dies-blank pada kondisi kekasaran permukaan (Ra) blank lebih dari 0,4 µm.
The influence of friction coefficient wherein the formation of projection relief in coining process is experimentally and FEM simulation analyzed. By using compression test of pure Copper AISI 14300 give the constitutive materials equation σ = 588.25 ε^0,3543 Ring compression test and FEM simulation are used to estimate the friction coefficient value of any die-blank surface roughness, its obtained m value, 0.05, 0.22, 0.3 and 0.42. Using cavities-dies with any friction condition of coining test refers to tend a negative influencing in the formation of projection relief results. Also obtained that friction value of die-blank surface depend on die surface roughness (Ra) wherein blank surface greater than 0.4 µm.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T9813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Wijaya
Abstrak :
This randomized double-blind placebo-controlled trial aimed to compare the efficacy of daily iron supplementation and multi-micronutrient supplementation both daily and weekly basis on increasing iron status among 284 apparently healthy Indonesian infants aged 6-12 mo. Infants were randomly assigned to receive either daily 1 RDA multi micronutrient supplement (n = 72), weekly 2 RDA multi micronutrient supplement (n = 70), daily ferrous sulphate 10 mg (n = 72), or placebo (n = 70) for wk. Blood hemoglobin, plasma ferritin, plasma zinc, and plasma C-reactive protein concentrations were measured prior to intervention and after 23 wk of supplementation. At baseline, 58.1% of subjects were anemic, 28.2% were iron deficient, and 11.2% were zinc deficient. After 23 wk of supplementation, both daily 1 RDA multi micronutrient and iron supplemented groups had significantly increased blood hemoglobin and plasma ferritin concentration, furthermore reducing the percentage of anemia and iron deficiency. However, the changes of hemoglobin were not significantly different among the treatment groups. Changes of hemoglobin were significantly higher in daily 1 RDA multi micronutrient group than in placebo group when initial blood hemoglobin was low. The change of plasma ferritin concentration in both daily 1 RDA multi micronutrient and iron groups was significantly higher than in other groups. Hemoglobin and ferritin concentrations of weekly 2 RDA multi micronutrient group were not significantly increase, but there were significantly increased in the subjects with low concentration of blood hemoglobin or plasma ferritin. Proportion of infants with zinc deficiency was increased significantly in iron group Daily I RDA multi micronutrient and daily iron supplementation are efficacious in improving the concentration of blood hemoglobin and plasma ferritin and reducing the percentage of infants with anemia and iron deficiency of Indonesian infants aged 6-12 months in a rural community. However, there was an increasing proportion of infants with zinc deficiency in daily iron supplementation. The efficacy of daily 1 RDA multi micronutrient supplementation was higher among the children with blood hemoglobin < 110 g/L Efficacy of weekly 2 RDA multi micronutrient supplementation on the concentration of blood hemoglobin and plasma ferritin of all subjects was not found, but it affected in children with low concentration of blood hemoglobin or plasma ferritin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
T10075
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Mulyana Wijaya
Abstrak :
Dalam beberapa proyek konstruksi sering ditemui kegiatan identik yang berulang-ulang (repetitive), seperti dalam proyek pembangunan jalan babas hambatan, penanaman pipa saluran, gedung bertingkat banyak, dan lain-lain. Dari fenomena kegiatan ini menunjukkan kurva pengalaman (learning curve), dimana kegiatan berulang-ulang ini memberikan kontribusi terhadap proses pengembangan pengalaman dan pada gilirannya produktfitasnya akan naik. Apabila sekelompok tenaga kerja melakukan pengulangan kegiatan pekerjaan akan meningkatkan keterampilan pemakaian peralatan, pengetahuan metode kerja dan lebih mengenal lingkungan kerja, hal ini akan mengurangi waktu atau biaya per-cycle sesuai dengan meningkatnya jumlah cycle. Pengaruh proses pengembangan pengalaman terhadap produktifitas pada produksi industri manufaktur mempunyai perbedaan dimana faktor pengaruh yang mempengaruhi proses perubahan input ke output relatif simpel dimana lokasi pekerjaan tidak berpindah-pindah, pekerjaan kontinyu, pekerjaan didominasi oleh mesin-mesin, proses pengulangan jangka panjang. Sedangkan pada proyek konstruksi di lapangan, faktor pengaruh yang mempengaruhi proses perubahan input ke output relatif komplek dimana produktifias sangat bervariasi pada setiap proyek konstruksi yang erat hubungannya dengan durasi, intensitas, pengetahuan, kemampuan (skill), informasi, equipment, kondisi lingkungan dan iklim pada pekerjaan dilapangan. Penelitian ini memberikan gambaran bahwa pengulangan kegiatan konstruksi akan memberikan kontribusi terhadap proses pengembangan pengalaman tenaga kerja yang selanjutnya dapat dilihat pada Kurva Pengalaman. Hasil-hasil temuan penelitian ini adalah adanya pengaruh beberapa variabel pada proses pengembangan pengalaman terhadap produktifitas tenaga kerja pada pengulangan aktifitas konstruksi yang disajikan dalam bentuk model matematik, yang dapat dimanfaatkan sebagai alat manajemen yang sangat efektif, untuk memperkirakan dan pengendalian proyek. Hasil-hasil penelitian tersebut diperoleh dari 72 sampel yang dapat dikumpulkan dari salah satu kegiatan konstruksi dalam proyek pembangunan jalan tol Tangerang-Merak dan memenuhi persyaratan statistik, sampel tersebut diperoleh dari dokumen catatan harian (historical data) hasil produksi kerja gabungan dari 2 (dua) group yang waktunya bersamaan dalam melaksanakan perbaikan tanah lunak dengan metode Vertical Sand Drain yang merupakan aktifitas identik pada konstruksi yang berulang- ulang yang masih relatif jarang dalam proyek pembangunan jalan. Metode analisa yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisa multivariate. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah, analisa korelasi dan analisa regresi berganda (multiple regression). Semua analisa tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan paket Software Statistical for Social Science Release 9.0 atau SPSS Release 9.0 for Windows 95.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T10157
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>