Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widiatmoko
"Simulasi merupakan suatu merupakan suatu teknik membangun model yang mampu merepresentasikan suatu sistem yang kemudian digunakan untuk memahami karaktenstik (behaviours) dan sistem tersebut.
Untuk membantu proses simulasi biasanya digunakan software software yang memang diperuntukkan untuk tujuan simulasi antara lain software tersebut adalah PROMODEL. Proses simulasi dengan bantuan PROMODEL diawali dengan terlebih dahulu membangun modei abstrak yang mampu merepresentasikan keadaan sesungguhnya dari sistem yang kemudian digunakan untuk mengetahui karakteristlk sistem yang dimodelkan.Salah satu keuntungan melakukan simulasi dengan menggunakan model abstrak adalah resiko yang akan dihadapi relatif kecil.
Pada skripsi ini akan diuraikan bagaimana suatu teknik simulasi dengan bantuan PROMODEL digunakan dalam industri manufaktur dengan tujuan untuk mengetahui suatu sistem manufaktur apakah akan mampu mencapai suatu spesifikasi yang ditentukan. Sistem yang dimodelkan dalam skripsi ini adalah proses pembuatan Frame Assy yang terdiri dari tiga komponen yaitu Holder Pad, Hopper, dan Frame Asf yang kesemuanya dibuat dalam proses injection yang kemudian dilakukan proses perakitan dengan komponen lain yang di suplay oleh pihak luar.
Dari hasil simulasi yang dilakukan diperoleh hasil yang cukup baik yaitu : penambahan operator pada proses perakitan akan menambah jumlah produk yang dihasilkan selain itu juga penurunan WIP (work in process)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S49908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widiatmoko
"Telah dilakukan sampling makrozoobentos di Sungai Cengek bagian hulu yang melintasi Desa Payaman, Kota Salatiga pada bulan April 2013. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengoleksi makrozoobentos, pada daerah sebelum percabangan, percabangan sebelah timur, dan percabangan sebelah barat. Sampel yang diperoleh diawetkan dengan alkohol 70% kemudian diidentifikasi di Laboratorium Taksonomi Hewan, Departemen Biologi FMIPA UI, Depok. Masing-masing pengambilan sampel dilakukan sebanyak dua pengulangan. Data hasil penelitian ditabulasi dan digunakan untuk penilaian kualitas perairan dengan indeks biotik.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh empat kelompok makrozoobentos yang dikelompokkan dalam Famili Heptageniidae, Libellulidae, Palaemonidae, dan Pachychilidae. Indeks eanekaragaman tergolong rendah, berkisar antara 0,42--0,9 dengan indeks dominansi berkisar 0,49--0,75. Berdasarkan indeks biotik diketahui bahwa kualitas perairan Sungai Cengek bagian hulu masuk ke dalam kategori perairan dengan kondisi yang baik, dengan nilai ASPT berkisar 6,25--6,5.

Sampling of macrozoobenthos has been held at the upstream of Cengek River that crosses Payaman Village, Salatiga City in April, 2013. Sampling was carried out by collecting macrozoobenthos at the area before branching, eastern branching, and western branching of Cengek River. Samples that collected was preserved by 70% ethanol, and identified in Laboratory of Animal Taxonomy, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Science, University of Indonesia, Depok . Each sampling was performed two repetitions. The data were tabulated and used to measure the water quality by biotic index.
Results of the research was found four group of macrozoobenthos that divided into family of Heptageniidae, Libellulidae, Palaemonidae, and Pachychilidae. The level of diversity rated low, ranged from 0,42 to 0,9 and dominancy index ranged from 0,49 to 0,75. Based on biotic index, the waterways quality of Cengek River upstream were divided into the fine condition river, with ASPT rate ranged from 6,25 to 6,5."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pungky Widiatmoko
"Definisi anak berbeda-beda menurut berbagai komunitas masyarakat yang ada. Menurut Undang-undang No.1 tahun 2000 tentang Pengesahan Konvensi ILO No. 182, dikatakan dalam pasal 2-nya bahwa "anak" berarti semua orang yang berusia dibawah 18 tahun. Sebagai seorang individu yang memiliki masa depan, tenaga kerja anak mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan tumbuh dan berkembang secara utuh, baik fisik maupun mental.
Konsep evaluasi pelaksanaan kebijakan publik dilihat dari faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaannya, dan diterapkan pada evaluasi pelaksanaan kebijakan perlindungan tenaga kerja anak di perusahaan pengrajin sepatu. Variabel yang diukur adalah kondisi kerja perusahaan tempat anak bekerja dan pelaksanaan kebijakan perlindungan tenaga kerja yang sudah ada. Untuk menilai keberhasilan kebijakan perlindungan tenaga kerja anak dalam meningkatkan kondisi kerja di perusahaan disusun kerangka berfikir dengan asumsi bahwa adanya kebijakan pedindungan tenaga kerja anak yang dituangkan dalam program-program perlindungan, maka kondisi kerja tenaga kerja di perusahaan akan bertambah baik dan kesejahteraannya akan meningkat.
Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif dengan menggunakan metode penelitian yang bersifat evaluatif melalui pendekatan kualitatif pada pengusaha pengrajin (home industry) sepatu yang memperkerjakan tenaga kerja anak di perusahaannya. Data dikumpulkan melalui wawancara secara terstruktur terhadap pengusaha, dan dilakukan uji silang dengan data yang diperoleh dari informan yang dianggap mengatahui dengan kondisi tenaga kerja anak di perusahaan sepatu seperti anak-anak yang bekerja itu sendiri, orang tua anak yang bekerja, ketua RT/RW dimana perusahaan berada, anggota LSM yang bergerak di bidang ketenagakerjaan dan aparat pemerintah yang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan bahwa tujuan kebijakan pedindungan tenaga kerja anak untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak yang bekerja masih belum tercapai. Program-program perlindungan tenaga kerja anak yang berkaitan dengan perlindungan waktu kerja dan waktu istirahat, pengupahan, jaminan sosial, keselamatan dan kesehatan kerja dan pemberian kesempatan belajar belum dapat diterapkan oleh perusahaan sepatu yang memperkerjakan anak.
Penelitian juga membuktikan bahwa belum terlaksananya kebijakan perlindungan tenaga kerja anak di perusahaan dipengaruhi oleh ketidak pahaman dan ketidak tahuan pengusaha karena kurangnya sosialisasi dan tidak tersedianya bahan informasi yang berhubungan dengan program perlindungan tenaga kerja anak di perusahaan. Penyimpangan yang terjadi terhadap ketentuan yang diatur dalam kebijakan perlindungan tenaga kerja anak juga di pengaruhi oleh lemahnya pengawasan aparat pemerintah yang menjadi agen kebijakan dan belum dijangkaunya sektor informal termasuk perusahaan pengrajin sepatu.
Ada dua alternatif yang disarankan untuk meningkatkan perlindungan tenaga kerja anak, yaitu pertama mempertahankan substansi kebijakan atau alternatif kedua melakukan perubahan tolok ukur substansi kebijakan. Kedua alternatif tersebut memerlukan penyesuaian atau perubahan dalam strategi implementasinya. Alternatif apapun yang akan dipilih keduanya harus didukung oleh upaya peningkatan kemampuan organisasi pengawasan ketanagakerjaan agar dapat berfungsi dengan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T9752
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Widiatmoko
"Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan disebarkan oleh nyamuk Aedes (Stegomyia). Demam Denggi (Dengue Fever) dan Demam Berdarah Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever/Dengue Shock Syndrome (DBD/DHF/DSS) terjadi lebih di 100 negara, dimana lebih dari 2,5 milyar manusia berisiko terinfeksi, diperkirakan 50 juta orang terinfeksi setiap tahun. Di Indonesia kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi setiap tahun. Pada tahun 1998 dan 2004 terjadi KLB yang cukup ekstrim dibeberapa propinsi di Indonesia, dengan jumlah kasus mencapai 79.480, tahun 2005 dilaporkan 95.000 kasus, dan pada tahun 2006 hingga bulan Nopember tercatat 73.000 kasus. Secara nasional propinsi DKI Jakarta menduduki posisi tertinggi, diikuti oleh propinsi Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan (Kusriastuti,2006).
Perumusan masalah: penyakit DBD yang muncul disuatu daerah dipengaruhi oleh dinamika respons antara kondisi lingkungan yang mendukung perkembangbiakan vektor dengan variabilitas cuaca musiman
Pertanyaan penelitian: 1.Apakah ada hubungan antara variabilitas cuaca musiman dengan perkembangan kasus DBD di DKI Jakarta? 2. Apakah ada perbedaan jumlah rata-rata kasus DBD pada daerah dengan kondisi fisik permukiman yang tidak homogen? 3. Berapa ambang batas variabel cuaca yang signifikan terhadap perkembangan Kasus DBD di DKI Jakarta?
Tujuan umum: membuat model peringatan dini DBD untuk wilayah Jakarta Timur dalam bentuk peta tematik potensi kasus demam berdarah dengue.
Tujuan khusus: 1.Mengetahui pola perkembangan kasus DBD di wilayah Jakarta Timur. .Mengetahui variabilitas cuaca musiman di wilayah Jakarta Timur. 3.Mengetahui kondisi pemukiman yang rentan terhadap munculnya DBD. 4. Mengetahui hubungan antara variabel cuaca musiman dengan kejadian kasus DBD. 5.Membuat model peringatan dini DBD berdasarkan variabel cuaca musiman.
Manfaat penelitian: 1.Pengembangan ilmu pengetahuan hubungan variabilitas cuaca musiman dengan perkembangan kasus DBD, 2. menentukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan penyakit DBD, 3. masukan bagi Pemerintah daerah untuk pencegahan, penanganan, dan penanggulangan DBD 4. pengembangan kajian ilmu kesehatan lingkungan.
Penelitian di wilayah Jakarta Timur, dengan pertimbangan wilayah ini cukup mewakili variasi keragamaman dalam arah utara-selatan, dan timur-barat. Metode yang dipergunakan adalah deduktif retrospektif (ex post facto), melalui lima tahap kegiatan, yaitu tahap explorasi, uji homogenitas wilayah pemukiman, pemodelan, validasi, dan pemetaan hasil pemodelan.
Hasil penelitian: kasus DBD di wilayah Jakarta Timur mempunyai pola distribusi yang juling kanan (positively skewed), dan menunjukkan pergeseran usia penderita beresiko tinggi, dari usia 4-11 bulan (1979-1998) menjadi usia 15-44 tahun, dengan kecenderungan jumlah kasus yang juga semakin meningkat. Secara klimatologis suhu udara rata-rata berkisar antara 23-31°C, optimum untuk perkembangbiakan dan aktifitas nyamuk, yaitu antara 27-28°C (Koopman, 1991; Ridad, 2007). Kelembapan relatif udara rata-rata cukup tinggi (>70%) hampir sepanjang tahun. Curah hujan dan hari hujan menunjukkan siklus musiman yang nyata pada periode musim hujan yang berlangsung pada bulan Nopember-April, dan periode musim kemarau yang berlangsung pada bulan Mei-Oktober. Munculnya kasus DBD dapat dijelaskan dengan nilai indeks cuaca musiman (IC_DBD) dengan tingkat akurasi 81%. Nilai ambang batas IC_DBD peringatan dini DBD adalah pada kondisi Potensial (78-104). Nilai IC_DBD, cenderung tinggi pada periode menjelang musim hujan hingga awal musim kemarau (Oktober-Mei) dengan puncaknya terjadi pada bulan Januari. Siklus DBD terjadi pada periode Desember hingga Juli, dengan puncaknya terjadi pada bulan April.
Kesimpulan: 1. kasus DBD di wilayah Jakarta Timur mempunyai pola distribusi yang juling kanan (positively skewed), dan menunjukkan adanya pergeseran usia penderita yang beresiko tinggi terhadap DBD, dari usia 4-11 bulan (1979-1998) menjadi usia 15-44 tahun, dengan kecenderungan jumlah kasus yang juga semakin meningkat; 2. Variasi musiman suhu dan kelembapan udara relatif stabil dan optimum untuk perkembangan nyamuk, kecuali faktor hujan mempunyai siklus yang nyata pada musim kemarau dan penghujan; 3. Rata-rata jumlah kasus DBD pada kondisi permukiman di Jakarta Timur tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%, 4. Variabilitas cuaca musiman dapat dipergunakan sebagai precursor terhadap kasus DBD dengan tingkat akurasi 81% dengan jeda waktu 2 (dua) bulan; 5. Peta potensi DBD mempunyai ambang batas pada kondisi Potensial (78-104) dengan relasi terhadap kasus sebesar 400-599 kasus.
Saran: Model ini dapat dimanfaatkan dan dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah daerah, instansi terkait, peneliti, dan masyarakat luas di daerah endemik DBD sebagai referensi kebijakan pencegahan, penanganan, dan penanggulangan DBD.

Dengue is a disease caused by viruses and transmitted by Aedes mosquito (Stegomyia). Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever/Dengue Shock Syndrome (DBD/DHF/DSS) occurred in more than 100 countries, more than 2,5 billion people at risk and estimated 50 millions people infected every year. In Indonesia, Unusual Event of Dengue Haemorrhagic Fever cases happen annually. In 1998 and 2004 extreme Unusual Events occurred in some of Indonesian provinces with 79.480 cases, in 2005 with 95.000 cases and in January to November 2006 with 73.000 cases. Nationally, DKI Jakarta is at the first level experienced the epidemic, followed by East Java, West Java, Central Java and South Sulawesi (Kusriastuti, 2006).
Problem formulation: The DHF that occurred at a certain area is specifically influence by the dynamical response between environmental conditions that support vector breeding and seasonal weather variability.
Research question: 1. Is there any corresponds between seasonal weather variability and the growth of Dengue Haemorrhagic Fever in DKI Jakarta? 2. Is there any differences in the number of Dengue Haemorrhagic Fever occurrences over non homogeny settlement area ? 3. How much is the threshold of weather variables significance with the growth of Dengue Haemorrhagic Fever in DKI Jakarta?
General purpose: creating a Dengue Haemorrhagic Fever early warning model of East Jakarta area by creating thematic maps of Dengue Haemorrhagic Fever potency.
Special purposes: 1. Understanding the growth pattern of Dengue Haemorrhagic Fever in East Jakarta. 2. Understanding seasonal weather variability of East Jakarta. 3. Understanding the mean number of DHF case that occurred at non homogeny settlement condition, 4. Understanding corresponds between seasonal weather variables and Dengue Haemorrhagic Fever cases. 5. Creating a Dengue Haemorrhagic Fever early warning model based on the seasonal weather variables.
Benefits: 1. Developing the study on the correlation between seasonal weather variability and the growth of Dengue Haemorrhagic Fever cases. 2. Determining prevention and control methods of Dengue Haemorrhagic Fever disease. 3. Giving input for local governments to prevent and control the Dengue Haemorrhagic Fever 4. Developing study on the environment health. Study at East Jakarta area is considering that the area is represents enough for East-West and South-North variability variation. Deductive retrospective (ex post facto) method is used, divided into five stages including exploration, homogeneity test of settlement area, modeling, validation and model mapping.
Results: Dengue Haemorrhagic Fever cases distribution pattern in East Jakarta is positively skewed and shows age shifting of high risk patient, from 4-11 months (1979-1998) to 15 ? 44 years, with tendency to become increased in quantity. Climatologically, the average temperature is at 23-31°C, optimum for mosquito?s activity and growth at about 27-28°C (Koopman, 1991; Ridad, 2007). Average relative humidity is high enough (>70%) almost at the whole year. Precipitation rate and rain days amount clearly shows seasonal cycle at the rainy season period at November to April and dry season period at May to October. The emerging of Dengue Haemorrhagic Fever cases could be explained by seasonal weather index value (IC_DBD) which accuracy reaches 81%. Threshold value of IC_DBD for issuing early warning is at the potential condition (78-104). IC_DBD value is relatively high at the formerly rainy season to the formerly dry season (October to May) and reaches its top value at January. Dengue Haemorrhagic Fever cycle occur at December to July and peak at April.
Conclusions: 1. Dengue Haemorrhagic Fever cases distribution pattern in East Jakarta is positively skewed and shows age shifting of high risk patient, from 4-11 months (1979-1998) to 15 ? 44 years, with tendency to become increased; 2. Seasonal variation of temperature and humidity are relatively stable and optimum for the growth of the mosquito, with exception of clear rain factor at the rainy and dry season; 3. There is no significance differences in the mean number of occurrences of DHF cases at 95% significant level degree ; 4. Possibility of the seasonal weather variability as a precursor for Dengue Haemorrhagic Fever cases with accuracy reached 81% with 2 (two) months break; 5. Threshold for the Dengue Haemorrhagic Fever thematic maps is at the potential condition (78-104) corresponds with 400-599 Dengue Haemorrhagic Fever cases.
Suggestions: This model possible to be utilized and further developed by local governments, related institutions, scientist and society at the endemic area of Dengue Haemorrhagic Fever as a reference for prevention and control policy for the fever."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25027
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Widiatmoko
Depok: Universitas Indonesia, 1998
S33838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F. Eko Widiatmoko
1985
S29648
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heru Widiatmoko
"Berlakunya Keputusan Menteri Tenaga Kerja no. 150 tahun 2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian di Perusahaan memberikan peranan yang besar dalam meningkatkan kedudukan pekerja yang lebih baik dibandingkan dengan peraturan yang mengatur sebelumnya, khususnya pasal 26 tentang pengunduran diri pekerja. Namun pada kenyataannya proses hukum yang terjadi mengalami penyimpangan-penyimpangan. Maksud dari pasal 26 ini adalah bahwa pekerja yang mengundurkan diri secara baik atas kemauan sendiri berhak atas uang penghargaan masa kerja dan ganti kerugian. Namun demikian yang terjadi di masyarakat adalah banyak pekerja jika tidak disenangi atau disukai oleh perusahaan atau pimpinan kemudian ditekan atau dipindahkan sehingga pekerja tersebut terpaksa mengundurkan diri. Proses seseorang yang mengundurkan diri tersebut merupakan salah satu suatu objek yang menarik untuk dibahas terutama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhinya berdasarkan landasan teori-teori yang ada. Di satu sisi pekerja tersebut sudah tidak dapat mempertahankan hubungan kerja dengan perusahaan di sisi yang lain pekerja tersebut tidak ingin adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Untuk mengoptimalkan penulisan ini, penulis menggunakan metode penelitan lapangan dan kepustakaan. Dari hasil penelitian tersebut diungkapkan bahwa pada prakteknya seseorang yang bekerja sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerjanya dimana di dalamnya terjadi interaksi antara individu maupun antara kelompok. Dalam Proses interaksi yang terjadi dalam hubungan kerja ini seringkali timbul konflik-konflik maupun perselisihan yang menyebabkan pekerja tersebut tidak nyaman untuk bekerja hingga mempengaruhi produktifitasnya. Di sisi lain perusahaan tidak menginginkan jumlah produksinya menurun karena rendahnya produktifitas pekerjanya. Oleh karena itu dalam penulisan ini dibahas mengenai tinjauan sosiologis terhadap pasal 26 Kepmenaker no. 150 tahun 2000 ini dengan berusaha menilai dan menganalisa terhadap permasalahan-permasalahan yang ada terutama analisa kasus yang terjadi."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004
S26315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuwono Widiatmoko
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
S38290
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Andi Widiatmoko
"ABSTRAK
Tesis ini membahas keterkaitan antara pengalokasian anggaran di bidang infrastruktur terhadap produk domestik bruto Indonesia selama jangka waktu tahun 1982 sampai dengan 2012. Latar belakangnya adalah akumulasi modal di negara-negara berkembang yang relatif kecil, padahal kebutuhan modal sangat besar, yang salah satunya digunakan untuk pengadaan sarana prasarana di bidang infrastruktur. Penelitian ini menggunakan alokasi anggaran di bidang infrastruktur yang disediakan oleh pemerintah pusat dan diolah menggunakan regresi berganda time series. Sebagai variabel dependen adalah produk domestik bruto Indonesia sedangkan variabel independen terdiri atas infrastruktur bidang transportasi, infrastruktur bidang pembangunan desa dan kota, infrastruktur bidang pertambangan dan energi. Variabel kontrol yang digunakan adalah PMDN, PMA, dan tenaga kerja yang bekerja di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen berpengaruh signifikan dan positif terhadap produk domestik bruto Indonesia. Nilai elastisitas setiap bidang infrastruktur terhadap produk domestik bruto berbeda-beda. Elastisitas terbesar adalah bidang transportasi, kemudian bidang pertambangan dan energi, dan yang ketiga adalah bidang pembangunan desa dan kota. Sedangkan untuk variabel kontrol, variabel tenaga kerja yang bekerja mempunyai kontribusi yang paling besar diantara variabel kontrol yang lain.

ABSTRACT
As infrastructure sectors is essentials in maintaining economic growth, the shortage of domestic capital accumulation in Indonesia to finance its infrastructure development led the author to discuss relationship between budget allocation on infrastructure sectors and gross domestic product in Indonesia since year 1982 to 2012. Multiple regression of time series data has employed to analyze the relationship between budget allocation on infrastructure sectors and gross domestic product. Hence, gross domestic product set as dependent variable while growth of infrastructures of transportation, urban and rural development, energy and mining sectors set as independent variables.
Furthermore, basically gross domestic product is not affected by single variable, but many. Among others are domestic investment, foreign investment, and labor. In this thesis, those variables set as control variables. The result shows that all independent variables have strong and positive relationship with Indonesian gross domestic product during the observed period. Infrastructure of transportation sector shows highest elasticity, followed by energy and mining sectors, and urban and rural development as the second and third, respectively. The result also shows that among control variables, growth of labor contributes more to gross domestic product."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T38888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudo Widiatmoko
"ABSTRAK
Pantai Utara kota DKI Jakarta (Pantura Jakarta) termasuk ke dalam kawasan strategis. Kawasaan Pantura Jakarta memiliki banyak permasalahan diantaranya adalah penurunan tanah dan banjir pasang air laut (banjir Rob). Strategi pengamanan pantai Jakarta merupakan alternatif penataan kawasan strategis Pantura Jakarta. Pembangunan Giant Sea Wall (GSW)/ dinding laut raksasa dengan menggunakan mekanisme Public Private Partnership (PPP), merupakan salah satu sekenario alternatif dari penataan kawasan strategis pantura Jakarta. Namun dengan besarnya probabilitas kegagalan proyek dengan sekala besar yang menggunakan mekanisme PPP, penting untuk mengkaji dan merencanakan Manajemen Risiko termasuk rencana mitigasi risiko pada proyek ini dengan melakukan simulasi monte carlo pada model finansial yang diintegrasikan dengan pengaruh risiko untuk menentukan Expected Value of Project yang dibandingkan dengan batasan batasan yang dapat diterima para stakeholder untuk menjadi pertimbangan bagi pengambil keputusan.

ABSTRACT
North coast city of Jakarta (Jakarta northern coast) are included in the strategic region. Northern Coast Jakarta has a lot of problems include land subsidence and sea water flooding (flood Rob). Jakarta coastal protection strategy is an alternative arrangement of a strategic area north coast of Jakarta. Development of Giant Sea Wall (GSW) / giant sea wall by using the mechanism of Public Private Partnership (PPP), is one of the alternative scenario of structuring a strategic area north coast of Jakarta. However, the magnitude of the probability of failure of projects with large scale that uses the mechanism of PPP, it is important to assess and plan for risk management including risk mitigation plan in the project by performing monte carlo simulation on a financial model that is integrated with the influence of risk to determine the Expected Value of Project compared to limits of acceptable limits stakeholders to be considered for decision makers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45514
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>