Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 85 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wawan
Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat RI, {s.a.}
324
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh paradigma militer Turki yang masih beranggapan bahwa militer masih mendominasi berbagai aspek dalam sosial politik Turki sebagaimana pada masa awal pemerintahan Republik. Kudeta lima jam membuktikan kapabilitas Erdogan yang mampu mengalahkan dominasi militer di Turki sehingga kondisi ini mengharuskan militer Turki untuk melakukan penyesuaian dengan gaya kepemimpinan dan sistem politik Erdogan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Data diperoleh melalui kajian kepustakaan terhadap berbagai media cetak dan digital seperti buku, artikel ilmiah, dan laporan mengenai dinamika militer di Turki serta berbagai perubahan kebijakan pada militer Turki pasca kudeta 2016. Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah transisi demokrasi Huntington dan Strong State Francis Fukuyama. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Adaptasi militer Turki dapat dilihat dari tiga dimensi yaitu Adaptasi Ideologi, Adaptasi Konstitusi dan Adaptasi Organisasi Militer (Restrukturisasi Organisasi). Pada Adaptasi Ideologi Sekuler-Kemalis di Tubuh Militer menitik beratkan pada ketegangan antara ideologi Pro Islam-Konservatif dengan ideologi Kemalist Sekuler. Pada Adaptasi konstitusi terjadi beberapa perubahan yakni melemahnya kewenangan dan keterlibatan militer dalam sistem politik di Turki, sehingga kewenangan yang diberikan terhadap militer hanya sebatas pada pertahanan negara saja. Pada Adaptasi Organisasi Militer, Erdogan mengambil kebijakan yang cukup ekstrem yaitu untuk mengembalikan konteks militer ke barak. Fenomena ini memperlihatkan bahwa terdapat peningkatan kontrol pemerintahan sipil terhadap Angkatan Bersenjata Turki pasca percobaan kudeta terjadi pada tahun 2016. ......This research is motivated by the Turkish military paradigm which still thinks that the military still dominates various aspects of Turkey's social politics as in the early days of the Republican government. The five-hour coup proved Erdogan's capability to defeat military domination in Turkey, so that this condition required the Turkish military to make adjustments to Erdogan's leadership style and political system. The method used in this research is qualitative. The data was obtained through a literature review of various print and digital media such as books, scientific articles, and reports on military dynamics in Turkey as well as various policy changes to the Turkish military after the 2016 coup. The theory used in this research is Huntington's democratic transition and Francis Fukuyama's Strong State.  This study concludes that Turkey's military adaptation can be seen from three dimensions, namely Ideological Adaptation, Constitutional Adaptation and Military Organizational Adaptation (Organizational Restructuring). The Adaptation of Secular-Kemalist Ideology in the Military Body focuses on the tension between Pro-Islamic-Conservative and the Secular Kemalist. In the adaptation of the constitution, several changes occurred, namely the weakening of the authority and involvement of the military in the political system in Turkey, so that the authority given to the military was only limited to national defense. In the adaptation of the Military Organization, Erdoğan took a quite extreme policy, namely to return the military context to the barracks. This phenomenon shows that there has been an increase in the control of the civilian government over the Turkish Armed Forces after the attempted coup occurred in 2016.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Susetyo
Jakarta: Narasi, 2008
890 WAW r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Christiawan
Abstrak :
Teks drama karya dramawan pribumi hingga saat ini tidaklah cukup banyak tersedia sehingga para pekerja teater kita beralih mengkomsumsi teks drama terjemahan asing. Kehadiran teks drama asing yang diterjemahkan cukup diminati oleh kelompok-kelompok teater di Indonesia, membuktikan bahwa teks-teks-drama asing yang disadur turut mendukung pertunjukan-pertunjukan panting dalam panggung teater modem Indonesia. Para sutradara-penulis Indonesia tidak menerima begitu saja kehadiran teks-drama asing dengan konteks budaya sumbernya, dengan daya kreatifnya para pekerja teater kita nencoba untuk berkompromi dan berinisiatif dalam menemukan padanan tafsir budaya yang serasi antara teks drama asing dan teks saduran pribumi pada pertunjukan-pertunjukan mereka. Dalam konteks tersebut para pekerja teater di Indonesia memiliki kesadaran untuk menggali kembali sumber-sumber budaya yang telah ada. Pandangan tersebut bukanlah sebuah sikap yang negatif pada teks drama asing. Namun hal tersebut penulis pandang sebagai sebuah kepekaan Baru dari pekerja teater modern Indonesia dalam menerima pengaruh budaya sumberlasing maupun terhadap potensi budaya sasaranllokal-tradisionalnya. Meski banyak teks drama asing dipentaskan di panggung teater modern Indonesia namun secara .bentuk mereka tampil dalam bentuk wajah teater pribumi. Dengan kesadaran tetap berpijak pada tradisi milik sendiri, paling tidak mereka sadar bahwa mereka telah melestarikan budaya bangsanya. The Glass Menagerrie [1944] adalah salah satu adikerya Tennessee Wiliams yang menjadi salah satu kanon sastra drama Amerika. Karya tersebut bahkan telah menjadi adikarya sastra milk dunia, karena teks-drama tersebut bukan saja dibaca dan menjadi kajian, bahkan teks-drama tersebutpun telah dimainkan oleh berbagai kelompok teater di seluruh dunia. Di tangan ketiga sutradara-penulis Indonesia Teguh karya dari Teater Popular dan Suyatna Anirun dan Jim Urn dari Studikiub Teater Bandung, teks drama The Glass Menagerie [1944] karya Tennesee Williams disadur ke dalam budaya Indonesia. Kajian dalam thesis ini berupaya menguak fenomena di atas dengan menggunakan perdekatan kajian bandingan dan kajian interkultural.yakni memeriksa kekhasan penyaduran Berita kandungan muatan budaya dalam sastra sumber dan sastra sasaran. Salah satu ciri khas Teguh Karya bersama Teater Popular adalah banyak mengadaptasi teks drama asing dengan mengambil bentuk budaya sasaran dari berbagai sumber etnik di tanah air. Teguh Karya berorientasi pada pilihan bentuk warna lokal Indonesia. Sedangkan Studiklub Teater Bandung mengambil pilihan bentuk warna lokal Sunda dan Jawa. Mereka berkarya dalam semangat teater modern Indonesia namun mereka tetap gigih dalam mempertahankan warna lokal kebudayaan mereka.
Since the plays of indigenous dramatists have not been available on its existence, our theater-workers take over to choose foreign plays. It takes an interesting for some theatre groups in Indonesia by viewed that the adaptation plays have supported any significant performing events in the term of Indonesian Modern Theatre. Some directors-writers in Indonesia do not accept directly as well as its source culture, but with their creativity, they try to take an initiative to harmonize with the cultural interpretation between foreign plays and indigenous plays. Therefore, the theatre-workers in Indonesia have a conciscousness to re-explore the source of their own culture. This view does not pretend to be negative effect to foreign plays but it is a new sensibility of expression from the theatre-workers in accepting of new influence from foreign culture as a source to indigenous culture as a target. Most of plays have performed in the theatre events, even though as the form, they present in the face of indigenous theatre. With the conciscousness to keep their own tradition, they believe this way can maintain the national culture. The Glass Menagerrie (1944) is one of the greatest play of Tennessee Williams. It is a canon for American plays and also its influence to the world. It could be read not only in theoritical term, but has been performed by almost theatre groups all over the world. In hand of three Indonesian directors-writers, Teguh Karya from Teater Popular, Suyatna Anirun and Jim Lim from Studiklub Teater Bandung, the play of The Glass Menagerrie's Tennessee Williams (1944) adapted in Indonesian culture. The point of this thesis is to create to view its phenomena by using approachment of the comparison studies and intercultural studies, while examining the particular adaptation on source literate and target literate. One of the characteristic of Teguh Karya and Teater Populer is mostly working in plays adaptation by taking cultural forms from any ethnic source culture in Indonesia. Teguh Karya' has oriented his concern to indigenous forms and Studiklub Teater Bandung takes an inspirations from Sudanese and Javanese culture. They both create in the spirit of Indonesian Modern Theatre and also still keep the consistence in the indigenous culture.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Kusnawan
Abstrak :
Peraturan Pemerintah nomor 30 tahun 1990 mengisyaratkan setiap perguruan tinggi untuk mereorganisasi sistem perguruan tinggi sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang ada. Laminae yuridis formal tersebut memperlihatkan adanya pengakuan bahwa perguruan tinggi cukup penting dan strategis sebagai salah satu upaya mencerdaskan bangsa, lebih khusus lagi perguruan tinggi sangat penting dalam menampung tuntutan dan kebutuhan masyarakat untuk memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi. Peraturan Pemerintah nomor 152, tahun 2000, mengisaratkan Universitas Indonesia menjadi Badan Hukum Milik Negara, untuk diwujudkan menjadi universitas riset sebagai pusat unggulan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan dan seni. Hal ini akan mendapat saingan baik dari sesama universitas negeri, maupun dari perguruan tinggi swasta. Fakultas Sastra Universitas Indonesia masih harus meningkatkan pelayanan kemahasiswaannya, berdasarkan penilaian Badan Akreditasi Nasional, baru Jurusan Sastra Prancis yang mendapafkan kategori A, dari empat belas jurusan/program studi yang ada. Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1990:21), mengatakan bahwa pelayanan dikatakan berkualitas apabila pelayanan yang diterima relatif lebih memuaskan dari pada apa yang diharapkan oleh pelanggan. Ada lima dimensi yang digunakan oleh pelanggan dalam menilai suatu kualitas pelayanan, yaitu: tangibles (berwujud/kemampuan sarana dan prasarana fisik); reability (kehandalan/tingkat kepercayaan yang diberikan); responsiveness (sikap tanggap); assurance (jaminanl kepastian layanan); empathy (kesungguhan/perhatian). Perbaikan terhadap pelayanan kemahasiswaan dilakukan berdasarkan analisis data, antara persepsi dan harapan terhadap pelayanan kemahasiswaan di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, ternyata masih jauh dari yang diharapkan. Studi lebih lanjut penting guna menilai kinerja pegawai dan fasilitas yang disediakan secara berkesinambungan, untuk menghasilkan pelayanan kemahasiswaan berkualitas, guna memenangkan persaingan di era-globalisasi. Berkaitan dengan itu disarankan agar Fakultas Sastra UI melakukan perbaikan dalam penggunaan teknologi informasi, baik untuk melaksanakan pengajaran, maupun untuk pelayanan kemahasiswaan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T3657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Ruswanto
Abstrak :
Perkembangan kota di Indonesia ini ditandai oleh perkembangan empat kawasan kota besar, yaitu Jabotabek, Bandung Raya, Gerbang Kertasura (Surabaya), dan Mebidang (Medan). Secara keruangan (spasial), perkembangan kota juga memperlihatkan terjadinya koridor perkotaan-pedesaan yang mengaburkan perbedaan ciri wilayah perkotaan (urban) dan wilayah pedesaan (rural). Perkembangan kota seperti ini memunculkan cara pandang baru dalam melihat kota, yakni tidak lagi pada city based tetapi pada region based dan kota pun kurang dilihat lagi sebagai suatu sistem yang berjenjang (McGee 1991; Finnan 1997). Pergeseran fungsi kota dan meluasnya wilayah perkotaan (melampaui batas administratif kota) membawa dampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat kota. Utamanya adalah konsentrasi penduduk mengarah ke pinggiran karena mengikuti perluasan wilayah industri dan tempat tinggal. Namun demikian, pusat kota tetap menjadi orientasi masyarakat, karena kota mempunyai berbagai fasilitas umum yang tidak dimiliki oleh wilayah-wilayah pinggiran, seperti pusat berbelanja, perkantoran, dan sekolah lanjutan. Dalam kesatuan wilayah yang luas seperti itu, peran transportasi sangat penting guna menunjang gerak perpindahan penduduk bukan hanya ke tempat kerja, tetapi juga ke sekolah, berbelanja, dan kebutuhan sosial lainnya. Dengan kata lain, transportasi merupakan salah satu komponen penting dalam perkembangan kota. Dalam tesis ini, secara khusus menyoroti fenomena angkutan kota (angkot) di Kota Bogor, dan permasalahan penelitian difokuskan terhadap masalah: 1) Bagaimanakah perkembangan transportasi kota di Kota Bogor? 2) Bagaimanakah keberadaan transportasi kota dalam konteks perkembangan wilayah mega-urban Jabotabek?, dan 3) Sejauh manakah perkembangan transportasi kota memunculkan fenomena sosiologis di Kota Bogor? Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang dilema yang muncul dalam sistem transportasi kota, khususnya dalam perkembangan sosial ekonomi wilayah mega-urban, dan dampak sosiologis dari fenomena angkutan kota (angkot) sebagai salah satu pelayanan publik yang memadai. Penelitian ini menggunalan metode penelitian kualitatif, dimana data penelitian dikumpulkan melalui metode wawancara mendalam, pengamatan, dan data statistik. Para informan dipilih melalui teknik penarikan sampel purposif dan teknik bola salju (snow ball). Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang melukiskan keberadaan sarana transportasi umum kota dalam kaitannya dengan fenomena sosiologis yang ditimbulkannya. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa: Pertama, perkembangan transportasi kota di Kota Bogor terus berkembang dari tahun ke tahun, terutama pada angkutan umum jenis angkot, bahkan mengarah pada kondisi yang sulit dikendalikan. Dalam era otonomi daerah, kewenangan, hak dan tanggungjawab pemerintahan kota semakin besar dalam mengatur sistem transportasi kota. Transportasi kota menjadi sumber pendapatan daerah juga masyarakat kota. Namun prasarana transportasi belum memadai, dan pemecahannya pun tersendat karena masalah dana dan sumber daya manusia. Dalam kondisi ini, kinerja pemerintah kota seringkali dipandang lambat. Kedua, dalam konteks wilayah mega-urban, keberadaan transportasi kota ikut mewarnai perkembangan wilayah yakni mendorong munculnya desa-perkotaan, dan terpenuhinya kebutuhan antarwilayah terhadap barang dan jasa, dan ketiga, perkembangan transportasi angkutan kota telah memunculkan dilema sosiologis bagi masyarakat kota, diantaranya berkaitan dengan perannya sebagai sumber ekonomi penduduk kota, penggerak mobilitas penduduk kota, pendukung penyebaran konsentrasi penduduk, tetapi dampaknya adalah terjadi kemacetan lalu lintas yang melahirkan sebagian tindak kriminalitas, polusi kota, dan munculnya kehidupan premanisme. Terkait dengan hal tersebut, transportasi kota menunjukkan kondisi yang dilematis, dimana dapat dianggap sebagai hal yang menguntungkan bagi satu pihak tetapi dapat pula merugikan pihak lain. Hal ini terjadi karena kelemahan berbagai pihak dalam menegakkan komitmen untuk menyediakan sarana angkutan kota yang baik, menguntungkan secara ekonomi tetapi juga kenyamanan sosial dan psikologis bagi warga kota. Perkembangan mega-urban, dalam konteks transportasi kota, cenderung kurang memihak kepentingan masyarakat kalangan menengah ke bawah, dimana mereka justru secara langsung terkait dengan pelayanan transportasi umum ini dan juga sebagai penyangga tenaga kerja industri.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Purwandi
Abstrak :
Penelitian ini pada awalnya ingin mengetahui hubungan seleksi, penempatan dan produktivitas kerja, dimana dalam melakukan penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner dengan menggunakan skala Likert, kemudian dengan menggunakan Structured Equation Model dan mengunakan model stepwise, yakni metode untuk menguji keterkaitan setiap pertanyaan dari kuesioner yang disebar yang diolah dengan SPSS. Dalam penggunaan metode Structured Equation Model, langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Seluruh jawaban responden yang telah terkumpul diolah dengan SPSS dengan melakukan reduction atas pertanyan-pertanyaan yang ada. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikelompokkan lagi ke dalam pertanyaan-pertanyaan yang memiliki keterkaitan yang tinggi (0,5 ke atas baik positif ataupun negatif). 2. Dari hasil pengolahan dengan SPSS, tersebut yang memiliki tingkat keterkaitan yang tinggi. Dari penggunaan dengan metode di atas ditemukan 3 faktor utama yang mempengaruhi motivasi dan bekerja secara efisien dan efektif yang di dalamnya meliputi selalu termotivasi untuk bekerja dengan baik, apabila menjadi anggota team selalu bekerja dengan baik, dalam bekerja dapat memanfaatkan waktu secara efisien dan efektif serta tidak menghadapi masalah dengan peralatan yang ada. Ketiga faktor yang mempengaruhi tersebut adalah kecerdasan dan penyesuaian diri, menerima kondisi kerja serta pengetahuan yang sesuai dengan bidang pekerjaan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kecerdasan dan penyesuaian diri mempunyai pengaruh terhadap motivasi bekerja secara efektif dan efisien secara signifikan. Hal ini terlihat dari koefisien korelasi/r sebesar 0,435 pada taraf signifikansi 0,000. Kecerdasan dan penyesuaian diri ini didalamnya meliputi dapat belajar dengan mudah dan cepat, dapat mengarahkan/membimbing rekan kerja bawahan, sangat memahami beban kerja yang dibebankan dan tidak pernah menunda pekerjaan. Hal yang sama juga untuk menerima kondisi kerja yang didalamnya meliputi tidak mengalami kesulitan bergaul dengan atasan, peralatan yang ada sudah memadai dan dapat menerima secara utuh lingkungan kerja dapat mempengaruhi motivasi bekerja secara efektif dan efisien sebesar 0,301 pada taraf signifikansi 0,0002. Sedangkan untuk pelatihan yang sesuai dengan bidang pekerjaan mempunyai pengaruh terhadap motivasi bekerja secara efektif dan efisien sebesar 0,276 dengan taraf signifikansi 0,003.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 11473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Kurniawan
Abstrak :
Penentuan model yang tepat dalam memperkirakan risiko suatu saham dapat menjadi panduan bagi investor dalam memilih saham. Untuk itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan menentukan model yang cocok untuk semua indeks sektoral yang diteliti. Kemudian melihat karakteristik yang terdapat pada masing-masing indeks sektoral dan membandingkan di antaranya. Selain itu, penelitian ini juga akan melihat apakah conditional variance suatu indeks sektoral asimetri dalam merespon masuknya informasi good news dan bad news. Dalam penelitian ini maka dilakukan uji statistik terhadap 10 data return indeks sektoral dan IHSG di Bursa Efek Jakarta selama periode 2 Januari 1996 sampai 30 Juni 2003. Pengujian dilakukan dengan menggunakan model ARMA-EGARCH (1,1). Hasil pengujian conditional mean dan conditional variance, semua sektor kecuali sektor industri dasar dapat dimodelkan dengan ARMA-EGARCH (1,1). Hasil yang diperoleh bahwa conditional variance (b1} dan setiap indeks sektoral menunjukkan hasil dengan nilai koefisien yang signifikan. Magnitude (g1) dan seluruh indeks sektoral juga menunjukkan koefisien yang positif dan signifikan, yang berarti positif shock mempunyai pengaruh kecil terhadap fluktuasi saham. Koefisien yang positif dan magnitude tersebut konsisten dengan berbagai studi empirik yang pernah dilakukan sebelumnya antara lain Cho dan Engle (2000), Kim dan Karanasos (2001), serta Aziz dan Ekrem (2001). Estimasi parameter volatility asymmetry (q1) menunjukkan hasil yang berbeda antar sektor. Return indeks sektor pertanian, industri dasar, industri barang konsumsi, transportasi dan infrastruktur, aneka industri, dan pertambangan tidak menghasilkan koefisien yang signifikan secara statistik. Sedangkan untuk return indeks keuangan, manufaktur, properti, perdagangan, dan IHSG signifikan secara statistik dan menunjukkan tanda koefisien negatif. Artinya masuknya informasi (good dan bad news) memberi dampak asimetri (efek asimetri/leverage) terhadap indeks sektoral tersebut. Karena nilai koefisien q1 indeks sektoral tersebut berada di antara ?1 dan 0 (-1 < q1 < 0) maka berarti conditional variance akan meningkat lebih besar ketika merespon informasi negatif (bad news) dibandingkan terhadap informasi positif (good news) dengan magnitude yang sama. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa saham-saham yang berada di sektor keuangan, perdagangan, manufaktur, dan properti memiliki risiko yang lebih besar dibandingkan saham-saham di sektor lainnya. Saham-saham tersebut bereaksi lebih besar terhadap informasi negatif (bad news) yang datang, sehingga mengakibatkan risiko lebih besar bagi investor yang memegang saham pada sektor tersebut.
Appropriate volatility model is useful for an investor to know about their portfolio characteristic. The aims of this paper are to select the appropriate volatility model for all sectoral indices, to see the characteristic of all sectoral indices, and to investigate whether or not the conditional variance of sectoral indices returns are asymmetric in response to good and bad news. This study is using daily returns of 10 sectoral indices and JSX CSPI from January 2, 1996 to June 30, 2003. We apply the ARMA-EGARCH (1,1) model to estimates data returns. Conditional mean and conditional variance of all sector can modeled by ARMA-EGARCH (1,1), except for basic industry sector. The result of conditional variance (b1) and magnitude (g1) are significant to all sectors. This result was consistent with some empiric studies from Cho and Engle (2000), Kim and Karanasos (2001), and Aziz and Ekrem (2001). Estimates of the volatility asymmetry parameter (q1) showed different result from all sectors. Returns of agriculture, basic industry, consumer goods industry, infrastructure, miscellaneous industry, and mining are not statically significant. Returns of finance, manufacture, property, trade, and CSPI are negative and statically significant. It is mean that conditional covariance have asymmetric/leverage effect in response to good and bad news. Because the value of q1 is between -1 < q1 < 0, conditional variance of sectors return increases more in response to bad news than to good news of the same magnitude. This result shows that stocks in finance, trade, manufacture, and property sectors are more risky than stocks in other sectors.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T11609
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Darmawan
Abstrak :
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) telah berdiri sejak tahun 1945. Semenjak kelahirannya, PGRI senantiasa berusaha untuk memajukan, meningkatkan, dan memperjuangkan nasib guru Indonesia. Tujuan itu tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) PGRI, tetapi sampai tahun 1998, permasalahan nasib guru belum memperoleh kejelasan. Undang-Undang Guru belum disusun dan ditetapkan. PGRI sebagai organisasi profesional yang menjadi pelindung para guru dapat menjadi pos terdepan dalam memperjuangkan nasib guru. Dalam usahanya untuk memperjuangkan nasib guru, tidak selamanya PGRI memperoleh kesuksesan dan berjalan dengan lancar. PGRI mengalami pasang surut dalam memperjuangkan nasib guru Indonesia. Berdasarkan kajian terhadap track record PGRI selama tahun 1945-1998, terdapat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang menyebabkan PGRI mengalami pasang surut dalam memperjuangkan nasib guru Indonesia. PGRI yang dianggap sebagai organisasi para birokrat dibidang pendidikan sebenarnya dapat menjadi strenght (kekuatan) bagi PGRI untuk memperjuangkan nasib guru Indonesia dengan dikeluarkan kebijakan-kebijakan yang menyangkut kesejahteraan guru. Namun duduknya para birokrat dalam PGRI dapat juga menjadi weakness (kelemahan) PGRI dalam memperjuangkan nasib guru, karena para birokrat akan lebih terfokus pengabdiannya pada pemerintah daripada organisasi (PGRI). Jika mengandalkan pada keanggotaan PGRI yang mencapai 1,4 juta jiwa, keanggotaan PGRI dapat menjadi kekuatan dan peluang (opportunity) secara intern (organisasi) untuk meningkatkan kesejahteraan guru. Caranya dengan mengelola potensi yang ada dalam diri anggota dan iuran keanggotaan yang terkumpul dapat dijadikan modal usaha yang keuntungannya dapat diberikan kepada anggota. Peluang lain, masuknya PGRI dalam organisasi serikat sekerja membuka PGRI untuk lebih berani menuntut perbaikan nasib buruh termasuk guru di dalamnya. Begitu juga dengan lembaga pendidikan (sekolah-sekolah dari Tk - PT) yang telah dirintis oleh PGRI, hasil penyelenggaraannya dapat menjadi faktor pendukung untuk membantu kesejahteraan guru. Sementara itu, PGRI yang selalu mengikuti arus pemerintahan dengan menjadi organisasi pendukung dari pemerintah yang berkuasa, seperti Orde Lama dengan Nasakom-nya yang memunculkan PGRI Non-vaksentral dan Orde Baru dengan Golkarnya, akan memberikan image (citra) buruk dan ketidakpercayaan anggota terhadap PGRI. Hal itu terbukti ketika terjadi Reformasi pada tahun 1998, telah bermunculan organisasi guru di luar PGRI. Kehadiran mereka, seperti Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), dan Kesatuan Dosen dan Guru Swasta Seluruh Indonesia (KDGSSI), tidak menutup kemungkinan dapat menjadi threat (ancaman) atas keberadaan PGRI yang tidak tegas dalam memperjuangkan nasib guru Indonesia. Adanya kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada diri PGRI tersebut membuat perjuangan PGRI mengalami pasang surut dalam memperjuangkan nasib guru Indonesia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Ridwan
Abstrak :
Tesis ini mengkaji Analisis Kebijakan Pajak Penghasilan atas Leasing di Indonesia, yaitu suatu kajian atas peraturan-peraturan yang ruang lingkupnya berhubungan dengan kebijakan Pajak Penghasilan atas kegiatan leasing di Indonesia. Analisis mencakup Undang-undang Pajak Penghasilan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia serta Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak. Pokok permasalahan penelitian ini berkaitan dengan bagaimana sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia sehubungan dengan leasing dan bagaimana akibatnya atas sistem tersebut terhadap perusahaan leasing, serta bagaimana seyogyanya leasing diatur lebih lanjut agar supaya fiskus tidak dirugikan dan wajib pajak tidak dibebani pajak yang lebih tinggi karena leasing. Metode penelitian dilakukan berdasarkan metode penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskritif analitis, yaitu menguraikan data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian mengadakan analisis untuk dapat ditarik kesimpulan dan memberikan sara-saran yang dianggap perlu. Kebijakan perpajakan yang terkandung di dalam pengaturan tentang leasing khususnya mengenai kriteria apukah suatu leasing dikategorikan sebagai finance lease ataukah operating lease tidak sejalan dengan tingkatan hierarki peraturan perpajakan, dalam hal ini Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak tentang peraturan pelaksanaan leasing tidak konsisten terhadap Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia yang mengatur pelaksanaan leasing. Demikian pula halnya dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak tentang leasing belum memuat aturan pajak penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah. Dari hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pasal 4 Keputusan Menteri Keungan Republik Indonesia Nomor 1169/KMK.04/1991 tentang leasing untuk dihapuskan karena tidak efisien dan tidak efektif karena terdapat dua positip list tentang pembagian jenis leasing. Selain itu disimpulkan pula bahwa ketentuan syarat adanya hubungan antara lessor dan lessee dihapus karena bertentangan dengan kriteria dasar leasing dengan hak opsi apabila jangka waktu leasing lebih pendek daripada yang telah diperjanjikan. Penulis menyarankan agar pemerintah segera memperbaiki aturan pelaksanaan leasing dengan menyesuaikan terhadap Undang-undang perpajakan yang terbaru.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12101
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>