Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Warsono
Abstrak :
Perubahan lingkungan hidup buatan yang dialami oleh migran Madura dari lingkungan hidup buatan Madura ke lingkungan hidup buatan Surabaya menuntut migran untuk mengembangkan suatu strategi adaptif terhadap kondisi lingkungan hidup yang baru. Agar bisa survive migran Madura harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan hidup di Surabaya dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di Surabaya. Penelitian ini dilakukan di empat Kelurahan, yaitu: (1) Kelurahan Kemayoran Kecamatan Krembangan, (2) Kelurahan Gading Kecamatan Tambaksari, (3) Kelurahan Penggirikan Kecamatan Semampir, dan (4) Kelurahan Kalikedinding Kecamatan Kenjeran semua di wilayah Surabaya Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi adaptif yang dikembangkan migran Madura dalam upaya menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan hidup buatan di Surabaya dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kegiatan ekonomi, interaksi sosial, pola penyebaran dan pemukiman serta nilai-nilai yang mendasari perilaku masyarakat migran Madura di Surabaya. Penelitian ini bersifat explanatory research yang akan menjelaskan hubungan antara lingkungan dengan kebudayaan serta pola-pola yang dikembangkan migran Madura di Surabaya. Untuk memperoleh data digunakan angket dan wawancara secara mendalam. Data yang bersifat kuantitatif dianalisis dengan uji statistik deskriptif, Chi Kuadrat, Rank-Order Spearman. Sedangkan data yang bersifatkualitatif dianalisis .dengan menggunakan metode interpretasi dan pemahaman (verstehen). Dari analisis data diperoleh beberapa temuan bahwa: (1) masyarakat Madura mempunyai etos kerja dan solidaritas yang tinggi terhadap sesama orang Madura, (2) migran Madura pada umumnya mempunyai tingkat pendidikan rendah. Dengan tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan (3) dinamika diferensiasi kerja rendah, begitu juga teknologi yang mereka gunakan dalam kegiatan ekonomi, akibatnya (4) pendapatan mereka juga rendah. Rendahnya adaptasi migran Madura dalam kegiatan ekonomi ditunjukkan dengan tidak adanya hubungan antara lama tinggal dengan jenis pekerjaan serta tidak adanya hubungan antara lama tinggal dengan pendapatan. Masyarakat migran Madura cenderung mempertahankan budayanya. Di perantauan pun mereka tetap mempertahankan nilai-nilai budaya daerahnya. Mereka merasa lebih aman dalan lingkungan budaya asalnya, sehingga cenderung bersifat eksklusif dan terkesan kurang ramah. Migran Madura cenderung untuk hidup secara mengelompok, namun pengelompokan ini tidak ada hubungannya dengan daerah asal mereka. Mereka menyebar secara merata hanpir di seluruh wilayah Kotamadya Surabaya. Pengelonpokan ini ada hubungannya dengan pekerjaan mereka. Mereka lebih memilih bertenpat tiggal di tenpat-tempat yang dekat dengan kegiatan ekonomi seperti pasar. Mereka juga mempertahankan solidaritas bersama, termasuk dalam kegiatan ekonomi. Solidaritas dalam kegiatan ekonomi ini menjadi kekuatan mereka dalam beradaptasi dan mengatasi masalah di Surabaya. Selain solidaritas, nilai yang adaptif dalam budaya Madura adalah sikapnya yang mau bekerja keras, menghargai setiap jenis pekerjaan, ulet dan realistis.
The man-made environmental changes experienced Madurese migrants from Madurese to Surabaya environment require them, to develop an adaptive strategy to a new environmental condition. In order to survive they have to adapt themselves to the new condition and solve their problems that they face in Surabaya. This research was conducted in four villages i.e (1) Kemayoran, K rembangan subdistrict, (2) Gading, Tambaksari sub-district, (3) Penggirikan, Semampir subdistrict, and (4) Kalikedinding, Kenjeran subdistrict. All of then are located in the northern Surabaya. This research tries to know the adaptive strategy of Madurese migrants in the new condition in Surabaya and how they face their problems in these new areas, especially to know the economic business system, the social interaction, the pattern of the spreading and the settlement and the values as the basis of their behavior in Surabaya. This research is an explanatory research, which tries to explain the relation between the environment with the culture and the patterns developed by the Madurese migrants in Surabaya. Questionnaires and deep interviews are used to collect the data. The quantitative data are analyzed by using the descriptive statistics; Chi-Square and Rank-Order Spearman. The qualitative data are analyzed by using -the interpretative an comprehension method. From the data analysis some findings are obtained: i.e. (1) Madurese community have high work ethic and solidarity to the fellow Madurese, (2) Generally Madurese migrants have low education. Because of this (3) the dynamics of work differentiation is low, so is the technology in economic business, the effect is that (4) their income is low. The low adaptation of Madurese migrants in economic business is shown by the fact that there is no correlation between the types of their work and the length of their living time and between the length of their living time and their income. Madurese migrant community tends to maintain their culture. In their foreign regions they practice their native values. They feel more secure in their native culture, so that they become exclusive and unfriendly. Madureses migrants have a tendency to live in groups, but this grouping does not have any relationship with their native regions. They spread evenly in Surabaya municipatility. This grouping has a relationship with their work. They tend to choose their place of residence near to their work. They tend to live in the places near the economic activities such as markets. Solidarity in economic activities is their power to adapt and solve their problems in Surabaya. Be-sides, the adaptive values in Madurese culture are their attitudes to work hard, to appreciate any type of work, to persevere and to be realistic.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Warsono
Abstrak :
LATAR BELAKANG Menurut sejarahnya, koperasi timbul sebagai akibat dari Revolusi Industri di Eropa sekitar tahun 1770 yang telah menimbulkan kesengsaraan bagi kaum buruh. Pada tahun 1844 dikota Rochdale, lahirlah yang pertama kalinya koperasi atas inisiatif 28 orang buruh yang mengusahakan kebutuhan sehari-hari. Koperasi ini dipimpin oleh seorang buruh yang bernama Charles Howarth, dan koperasi tersebut diberi nama The Equitable of Rochdale, yang mempunyai arti "Pelopor-pelopor yang dapat dipercaya dari Rochdale". Koperasi Rochdale mempunyai lima dasar pokok koperasi, yaitu: a. Koperasi dikendalikan/dikemudikan oleh anggota-anggota sendiri. b. Keuntungan dibagi antara anggota berdasar besarnya jasa-jasanya didalam memajukan koperasi. c. Setiap orang dapat diterima menjadi anggota koperasi secara sukarela (VOLUNTARY), tanpa adanya paksaan dan tanpa memandang perbedaan politik, perbedaan kepercayaan/agama, modal dan lain-lain. Kepada setiap anggota koperasi diperkenankan mengundurkan diri dari keanggotaannya karena mereka menghendakinya. d. Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama. e. Sebagian dari laba disediakan untuk dana pendidikan. Gerakan koperasi ini kernudian menyeberang kenegara-negara lain, termasuk juga kenegara Belanda, yang kemudian dibawa ke Indonesia. Di Indonesia dapat dikatakan bahwa koperasi baru mulai tumbuh pada tahun 1896 di Purwokerto oleh seorang Patih yang bernama R. Aria Wiria Atmadja dengan mendirikan Bank Penolong dan Tabungan, yaitu suatu Lembaga yang mirip dengan koperasi. Mula-mula usahanya terbatas hanya untuk lingkungan priyayi/teman-temannya saja, tetapi setelah usahanya tersebut berhasil, mereka memperluas usahanya dikalangan pertanian, sehingga nama dari Banknya dianggap perlu untuk ganti nama yaitu Bank Penolong, Tabungan dan kredit Pertanian. Kehidupan koperasi terutama pada masa penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang mengalami pasang surut, karena pemerintah penjajah sengaja memecah belah persatuan serta menindas/memeras ekonomi bangsa Indonesia, sehingga citra koperasi menjadi benar-benar rusak. Menurut Undang-undnng Republik Indonesia No. 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, Koperasi Indonesia adalah sebagai organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan, yang mempunyai fungsi: a. Sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat. b. Sebagai alat pendemokrasian ekonomi nasional. c. Sebagai salah satu urat nadi perekonomian Indonesia. d. Sebagai alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat. Uraian diatas mencerminkan bahwa pandangan hidup bangsa Indonesia yang sosialistis dengan semangat kolektivisme, dimana hal ini akan memperkuat sifat koperasi sebagai soko-guru perekonomian bangsa.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarjono Herry Warsono
Abstrak :
Penyusunan Tesis ini didasari oleh kerangka pemikiran bahwa dalam kegiatan mobilitas penduduk model transmigrasi selama ini, muncul sisi kegagalan yang perlu diteliti dan dianalisis, yaitu adanya Transmigran Meninggalkan Lokasi (TML) yang diduga asosiatif (subyektif) terhadap karakteristik `lapangan' dalam aspek Sosial, Ekonomi dan Demografi. Sebagai Unit Analisis adalah Unit Permukiman Transmigrasi (UPT). Dengan mempertimbangkan kompleksitas permasalahan dan ketersediaan data dasar, observasi dibatasi hanya wilayah pembinaan se-Kalimantan. TML diukur berdasarkan persentasi jumlah Kepala Keluarga dari daya tampung per UPT, sedangkan ukuran pada variabel kontrol sebagaimana : Aksesibilitas, Prevalensi penyakit, Rasio Jumlah Orang-Kasus Kriminalitas/Sara, Tahun Bina UPT, Rata-rata Umur KK, Pola Usaha, Rasio Pengeluaran per tahun, Produktivitas padi dan sebagainya, bersumber dari data sekunder : Data Perkembangan UPT dan Data Kesejahteraan, tahun 2000. Studi ini menggunakan analisis deskriptif dan inferensial. Deskriptif adalah permaknaan asosiatif dan atau kausal dari data, berdasarkan frekuensi karakteristik dihubungkan dengan tingkat TML, sedangkan Inferensial, mengarah pada mencari asosiasi matematis dengan model multinomial logistik dibandingkan dengan model regresi linier berganda (dengan data numerik), yaitu beberapa variabel independen terpilih dihubungkan dengan tingkat TML sebagai variabel dependen. Hasilnya, analisis inferensial secara statistik memberikan `dukungan' terhadap analisis deskriptif, bahwa meningkatnya TML dalam kategorik tertentu, berasosiasi dengan meningkatnya Rasio Jumlah Kasus kriminalitas/SARA. Dari kategorik TML `kecil' ke kategorik TML 'besar? menunjukkan semakin signifikan berasosiasi terhadap Rasio Kasus kriminalitas /SARA dan Akses Lokasi ke kota Kabupaten. Pola Transmigran Umum mengecilkan TML secara signifikan. Prevalensi Malaria/ISPA berpengaruh sangat kecil terhadap TML. Sementara secara deskriptif, menjelaskan pola Nelayan dan Jasa Industri tidak cocok pada lokasi yang bersangkutan.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T9737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Warsono
Abstrak :
Tesis ini menganalisis kuasalitas kuantitas besaran moneter dan suku bunga terhadap fluktuasi harga di Indonesia paska krisis ekonomi dengan menggunakan granger causality test dan model vector autoregresion (VAR). Dengan menggunakan model VAR dapat dilakukan analisis mengenai respon suatu variabel terhadap varabel lainnya (impulse responce function) dan besarnya kontribusi beberapa variabel terhadap suatu variabel (variance decomposition). Hasil analisis menunjukkan bahwa pada periode penelitian, baik pada jalur kuantitas moneter maupun suku bunga sebagai besaran moneter mengalami decoupling atau suatu kondisi dimana indikator moneter tidak lagi secara jelas mencerminkan keberadaan atau perkembangan sektor Meskipun dernikian, apabila dibandingkan kedua jalur tersebut, jalur suku bunga relatif lebih dapat menjelaskan hubungan antar variabel pada transmisi kebijakan moneter. Sementara itu, berdasarkan analisa dekomposisi diketahui bahwa suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) mempunyai peranan yang paling besar dalam menjelaskan fluktuasi harga. Peranan SBI tersebut didukung pula dengan basil uji impulse responce yang menunjukkan adanya respon negatif dalam artian apabila suku mengalami penurunan akan diikuti dengan meningkatnya IHK dan sebaliknya.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriana Ilham Warsono
Abstrak :
ABSTRACT
Program diskon pelanggan merupakan salah satu strategi pemasaran dengan cara memberikan pengurangan harga yang diberikan oleh suatu pelaku usaha kepada konsumen untuk menarik minat beli dari konsumen tersebut. Tujuan dari pemberlakuan program diskon pelanggan adalah menjaga loyalitas dari konsumen agar tetap melakukan pembelian kepada pelaku usaha tersebut. Contoh dari program ini adalah  frequent-flyer program yang ditawarkan oleh maskapai penerbangan. Tulisan ini memiliki rumusan masalah bagaimana pengaturan program diskon pelanggan ditinjau dari hukum persaingan usaha Amerika Serikat, Inggris dan Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan analisis terhadap pemberlakukan program diskon pelanggan dikaitkan dengan potensi pelanggaran hukum persaingan usaha Indonesia. Penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan. Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi dokumen. Bahan hukum yang digunakan Penulis antara lain bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Terdapat beberapa definisi operasional yang digunakan, beberapa diantaranya adalah posisi dominan, praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa Amerika Serikat dan Inggris telah sadar terhadap potensi anti persaingan dari pemberlakukan program diskon pelanggan dengan melihat beberapa contoh kasus yang pernah terjadi. Terdapat beberapa pasal hukum persaingan usaha Indonesia yang relevan dengan potensi pelanggaran terhadap pemberlakuan program tersebut.
ABSTRACT
Loyalty discount is one of the marketing strategies that involves price reduction given by undertaking to consumers in order to attract their interest in buying. The aim of loyalty discount is to maintain consumer loyalty in order that they continue to buy from the undertaking. One example of this program is the frequent-flyer program offered by airlines. The research question of this thesis is how the loyalty discount is regulated based on the American, United Kingdom, and Indonesian competition laws. The purpose of this research is to provide analysis of the implementation of loyalty discount in relation with potential violations of Indonesian business competition law. The researcher used literature research method. The type of data used in this writing is secondary data, namely data obtained from document studies. The legal materials used by the researcher include primary, secondary, and tertiary legal materials. There are several operational definitions used, some of which are dominant position, monopolistic practices, and unfair competition. Based on the analysis carried out, it was concluded that the United States and the United Kingdom were aware of the potential for anti-competition from the implementation of loyalty discount by looking at a number of examples of cases that had occurred.  There are several articles on Indonesian business competition law that are relevant to potential violations of the application of the program.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prasetyoadi, examiner
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005
304.6 PRA a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Warsono
Abstrak :
Inpres no. 5 tahun 2005 mengenai asas cabotage menuntut galangan kapal nasional untuk dapat meningkatkan baik kapasitas produksi maupun reparasi kapal nasional. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola klaster industri perkapalan dalam rangka mendorong daya saing industri perkapalan nasional. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan menggunakan studi literatur melalui seminar maupun buku terbitan Departemen Perindustrian, IPERINDO, dan pihak-pihak terkait lainnya. Klaster industri perkapalan ini diharapkan mampu meningkatkan produktifitas dan daya saing industri perkapalan nasional seperti yang telah dibuktikan oleh beberapa negara lain. ......Presidential Instruction no. 5 of 2005 concerning the cabotage principle requires a national shipyard to be able to increase both production and repair capacity of the national board. The purpose of this study to determine the pattern of the shipbuilding industry cluster in order to encourage the competitiveness of the national shipping industry. The method used is by using literature studies through seminars and books published by the Ministry of Industry, IPERINDO, and other relevant parties. Shipbuilding industry cluster is expected to increase the productivity and competitiveness of the national shipping industry as it has been demonstrated by several other countries.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1952
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Warsono
Abstrak :
Abstract. Cooperation among neighbouring region is commonly termed regional cooperation. Inter-region cooperation in the study of public administration is categorized as public management especially intergovernmental management. Inter-region cooperation in Indonesia has been for a long time trying to find its form. However, in the middle of its process, the implementer is trapped in doubt. The paper aims to trace the institutional form and its problem in the neighbouring region cooperation. The research is done through literature study, observation on inter-region cooperation especially in the central Java and some facilitation done by the writer in the several regions in Indonesia. There are two forms of referred institution which is developed on the basis of this networking pattern; they are intergovernmental relation (IGR) and intergovernmental management (IGM). In the mean time, the governmental support on inter-region cooperation which is supposed to form collaboration is hampered by the inconsistency of regulation which is issued by several parties (ministries) in the central government.

Abstrak. Kerjasama antar daerah yang berdekatan biasa disebut kerjasama regional. Kerjasama antar daerah dalam kajian administrasi publik masuk dalam kategori manajemen publik, khususnya intergovernmental management. Kerjasama antar daerah di Indonesia, telah lama mencari bentuk, namun dalam perjalanannya terjebak pada keraguan para pelaksananya. Tulisan ini bertujuan merunut bentuk kelembagaan dan permasalahannya dalam kerjasama antar daerah yang berdekatan. Tulisan ini dikembangkan dari kajian literature, pengamatan pada praktek kerjasama antar daerah khususnya di Jawa tengah dan fasilitasi yang dilakukan oleh penulis di beberapa daerah di Indonesia. Terdapat dua bentuk kelembagaan rujukan yang dikembangkan atas dasar pola networking ini, adalah Intergovermental relation (IGR) dan intergovernmental management (IGM). Sementara itu, dorongan pemerintah untuk kerjasama antar daerah yang mestinya membentuk kolaborasi terhambat sendiri oleh inkonsistensi kebijakan yang dikeluarkan oleh berbagai pihak (kementerian) di pemerintah pusat.
Departement of Public Administration, Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Diponegoro, 2012
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library