Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wahyuningsih
Jakarta: Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Pusat, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1998
899.222 1 WAH k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
"Awal terciptanya suatu ikatan perkawinan seharusnya melalui tahap-tahap penetrasi sosial (Altman & Taylor, 1973). Sejalan dengan berkembangnya hubungan antar pribadi pada masing-masing pihak tidak terlepas dari komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi dalam sebuah hubungan merupakan kunci kesuksesan atau keharmonisan dalam bentuk hubungan yang diinginkan.
Ada sepuluh karakter dari komunikasi antar pribadi yang harus dijalankan oleh masing-masing individu (Devito, 1990). Setelah tercipta komunikasi antar pribadi yang efektif maka akan timbul rasa percaya (O'Hair, Friedrich, Wiemann & Wiemann, 1997).
Dari rasa percaya tersebut maka dengan sendirinya seseorang akan mencoba untuk mengungkapkan dirinya atau memberikan informasi mengenai dirinya kepada pasangannya (self disclosure), bersifatnya timbal balik dan menjadikan suasana lebih akrab (Jourard, 1959; Jourard & Lansman, 1960; Jourard & Richman, 1963; Chittick & Himelstein, 1967).
Salah satu cara untuk mengungkapkan diri adalah dengan sharing (Stewart & D'Angelo, 1988) serta dengan listening (O'Hair, Friedrich, Wiemann & Wiemann, 1997).
Hubungan antar pribadi tersebut akan berkembang menjadi hubungan yang stabil (Stable Exchange) (Altman & Taylor, 1973; O'Hair, Friedrich, Wiemann & Wiemann, 1997). Dimana untuk memasuki ikatan perkawinan itu seseorang harus mempersiapkan dirinya dalam sebuah komitmen (Tubbs & Moss, 1996; Stewart & D'Angelo, 1988; Ruben, 1992) dan juga cinta (gunarsa, 1978).
Tetapi dalam sebuah perkawinan tentunya tidak lepas dari konflik yang mengangkat permasalahan yang sesunggguhnya maupun emosional (Watton, 1987). Permasalahan emosional dapat berupa tidak terpemuhinya sepuluh kebutuhan emosional dari pasangan menikah (Harley Chalmers, 1998). Penyelesaian konflik yang terjadi diantara pasangan suami istri tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan kompetitif, kalaborasi, kompromi, penghindaran; dan akomodasi (Hacker & Wilmot, 1978; Fitzpatrick, 1988).
Pada kenyataannya permasalahan yang muncul dalam konflik-konflik tersebut tidak semuanya dapat diselesaikan dengan komunikasi. Akhirnya salah satu pihak yang merasakan ketidakpuasan dalam hubungan antar pribadi dalam ikatan perkawinan mencoba untuk mencari penyelesaiannya diluar perkawinan (Fromm, 2000) yang berdasarkan pada alasan psiko fisik, sosial, dan psikologi (Satiadarma, 2001).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dimana pendekatan diarahkan pada latar belakang kehidupan individu secara utuh. Data yang digunakan bersifat deskriptif, dikumpulkan dari hasil wawancara yang mendalam (depth interview) terhadap tujuh pasangan menikah yang salah satu pihaknya melakukan perselingkuhan dengan menggunakan teknik bola salju (snow ball). Tipe penelitian yang digunakan adalah studi kasus yang mengangkat masalah perselingkuhan diantara pasangan menikah.
Hasil analisis dari penelitian ini adalah bahwa semua konflik melibatkan komunikasi tetapi tidak semua konflik berawal dari komunikasi yang menyedihkan (Stewart & D'Angelo, 1988). Dan penyelesaian konflik tidak harus dalam bentuk komunikasi verbal tetapi juga dapat menggunakan komunikasi non verbal karena penyelesaian konflik yang biasanya timbul dalam pasangan menikah adalah cendrung lebih berorientasi pada menjaga suatu hubungan (Fitzpatrick, 1988)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9734
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
"Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkulosis, kuman TBC telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia sehingga tahun 1993 WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis. Mulai tahun 1995, Indonesia telah menerapkan strategi DOTS (Directly Observerd Treatment Shortcourse) yang salah satu komponennya yaitu pengobatan dengan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek dengan Pengawasan Menelan Obat (PMO). Hasil kegiatan program penanggulangan penyakit Tuberkulosis di Lampung Selatan tahun 2003 yaitu CDR sebesar 30,63%, konversi 79,8% dan Cure Rate 66%. Tetapi jika dibandingkan dengan hasil kegiatan program P2TB di Provinsi Lampung secara keseluruhan, angka cakupan penderita, angka konversi dan angka kesembuhan di Kabupaten Lampung Selatan masih lebih baik, dimana angka cakupan program P2TB di provinsi Lampung tahun 2003 yaitu angka penemuan kasus penderita TBC BTA+ sebanyak 15,5%, konversi 78% dan angka kesembuhan 57%.
Dalam rangka kegiatan program P2TB, terutama pengobatan penderita, salah satu diantaranya yaitu keberadaan Pengawas Menelan Obat agar penderita TBC tidak mangkir dalam pengobatan, didapatkannya konversi kesembuhan bagi penderaita TBC.
Penelitian hanya dibatasi tentang Analisis kinerja PMO penderita TBC oleh Nakes yang bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran kinerja PMO penderita TBC oleh Nakes dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja PMO oleh Nakes di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2004.
Penelitian dilakukan diseluruh puskesmas di wilayah Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Mei-Juni 2004. Desain penelitian yaitu Cross Ceclional, populasi adalah sekaligus sampel penelitian yaitu PMO penderita tuberkulosis oleh Nakes di puskesmas di Lampung Selatan tahun 2004 yang mencakup sebanyak 98 orang.
Hasil penelitian menunjukkan gambaran kinerja PMO penderita tuberkulosis oleh Nakes di Kabupaten Lampung Selatan yaitu sebanyak 44,9% mempunyai kinerja baik dan 55,1% dengan kinerja kurang baik. Dari analisis hubungan antar variabel ditenmkan bahwa variabel yang mempunyai hubungan signifikan dengan kineja PMO oleh Nakes yaitu : urnur, jenis kelamin, motivasi dan beban kerja. Variabel yang tidak mempunyai hubungan signifikan dengan kinerja PMO oleh Nakes yaitu pendidikan, kepemimpinan dan pengetahuan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kinerja PMO oleh Nakes adalah variabel umur yaitu semakin tua umur Nakes cenderung mempunyai kinerja baik.
Disarankan pemberian reward bagi PMO yang berprestasi dan pemberian dana insentif untuk pelacakan penderita TB mangkir, diperlukan pemberian dana stimulan dalam keterlibatan TOMA dan TOGA serta kader kesehatan dalam program P2TB terutama dalam kegiatan penjaringan. suspek penderita TBC dan keterlibatan mereka sebagai PMO penderita TBC. Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Lampung dan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan hendaknya meningkatkan kerjasama Lintas Program dan Lintas Sektoral terkait dan diaktifkannya Tim GERDUNAS TB yang telah terbentuk. Perlu ditingkatkan Bimbingan Teknis program dan pelatihan kepemimpinan terhadap pimpinan puskesmas oleh Dinas Kesehatan. Kepada Departemen Kesehatan perlu terus dilaksanakan pelatihan terhadap tenaga dokter, paramedis dan analis puskesmas dalam program P2TB dalam rangka peningkatan penemuan penderita penyakit tuberkulbsis di masyarakat dalam rangka penunuian angka kesakitan dan kematian karena penyakit TBC di Indonesia.
Daftar bacaan : 45 ( 1984-2004)

Analyzing the Performance of Drug Taking Inspector (PMO) for Tuberculosis Patients Conducted by Health Personnel in Regency of South Lampung in the Year of 2004Tuberculosis is contagious disease caused by microorganism called Mycobacterium tuberculosis. Today, TBC has infected one-third of people all over the world, so that in 1993 WHO stated an emergency of Tuberculosis epidemic universally. Started in 1995, Indonesia has applied DOTS (Directly Observed Treatment Short Course) strategy that one of its components is medication using short-term anti tuberculosis drug (OAT) observed by Drug Taking controller (PMO). In the year of 2003, the program against Tuberculosis in Lampung had resulted in CDR of equal to 30,63%, conversion of 79,8%, and Cure Rate of 66%. If its compare this result with the result of P2TB program planned in Lampung as a whole, the coverage number of patients, conversion number, and healing number in the District of South Lampung is better, while the coverage number of Tuberculosis patients taken from P2TB program in Lampung, is about 15,5 % for TBC BTA + case, 78 % for conversion, and 57 % for healing number.
In order to conduct P2TB program, especially for medicating patients, one of them is the existence of Drug Taking controller (PMO). The purpose is to keep patients so that they do not stop the medication, further more is to have healing conversion for them.
The research that limited only in analyzing PMO performance for Tuberculosis Patients conducted by health personnel is to obtain information about PMO performance and the factors associated to PMO performance in District of South Lampung in 2004.
This research took places in all of Health Center (Puskesmas) in that District since May to July 2004. The design of this research is Cross Sectional, population, including sample that is 98 members of PMO for Tuberculosis patients in District of South Lampung in 2004.
This research shows that PMO performance for Tuberculosis patients in the Regency is 44,9 % of them has good performance and the rest 55,1 % has less performance. Correlation analysis found that variables having significant connection to PMO performance are: age, sex, motivation, and workload. while variables having no relationship to the performance is: education, leadership, and knowledge. Variable having largest connection to PMO performance is age.
We suggest that a reward should be given to PMO member who has good performance and incentive fund should be available for tracking absent patients, stimulant fund should be given for supporting the existence of TOMA and TOGA and health cadre involved in P2TB program, especially in catching new patient suffer from TBC and their involvement as a PMO for the patient. For Health Officials in Lampung and Health Official in South Lampung District, better cross-program and related cross-sectional cooperation should be implemented, GERDIJNAS team, which is formed before should be activated. Health Officials should develop technical guidance for the program and leadership training toward leaders in Health Center (Puskesmas). They also should carry out training for doctors, paramedics, Puskesmas workers about P2TB program in order to improve ability of finding new patient suffer from TBC among society to reduce morbidity and mortality caused by TBC disease in Indonesia.
Reference: 45 (1984-2004)
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12786
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
"Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui keterkaitan hubungan dalam pengambilan keputusan investasi, hutang dan dividen yang dilakukan oleh manajemen keuangan dari perusahaan-perusahaan manufaktur go-public di Bursa Efek Jakarta. Jika pengambilan keputusan antara investasi, hutang dan dividen tersebut telah dilakukan dengan saling terintegrasi maka diharapkan akan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan sistem persamaan simultan dengan pooling data yaitu kombinasi dari time series dan cross section data. Adapun metode estimasinya adalah metode seemingly unrelated regression MIR), yang memiliki kelebihan yaitu diperhatikannya efek gangguan berupa korelasi antar gangguan yang berasal dari beberapa persamaan yang berbeda, disebut contemporaneous correlation, sehingga hasil estimasinya menjadi lebih efisien, terbaik dan tidak bias (Judge, 1988).
Variabel instrumen yang digunakan dalam sistem persamaan simultan ini adalah profitabilitas (RGl), likuiditas (CR), pertumbuhan (GR) dan tingkat suku bunga hutang (Intr). Populasi penelitian adalah perusahaan-perusahaan manufaktur go-public di Bursa Efek Jakarta, sementara sampel penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang cukup aktif dalam investasinya selama periode pengamatan, yaitu periode tahun 1990 - 1995, sejumlah 81 perusahaan. Data penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory, Corporate Handbook : Indonesia serta Laporan JSX.
Hasil empiris dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengambilan keputusan terhadap ketiga hal tersebut masih cenderung dilakukan secara parsial atau kurang terintegrasi satu sama lain, kecuali pengambilan keputusan investasi yang telah dilakukan dengan memperhatikan keputusan tentang hutang yang akan ditariknya. Secara keseluruhan hasil estimasi menunjukkan bahwa Hubungan keterkaitan antara keputusan investasi dan hutang adalah positif dan bidirectional. menunjukkan adanya kecenderungan perusahaan untuk membiayai investasi yang dilakukan dengan mengadakan pembelanjaan hutang.
Tidak ada hubungan keterkaitan yang signifikan antara keputusan investasi dan dividen secara bidirectional, menunjukkan tidak adanya indikasi bahwa perusahaan cenderung mendanai investasinya dengan menggunakan retained earning, ada kemungkinan perusahaan lebih tertarik pada pembelanjaan eksternal seperti hutang.
Tidak ada hubungan keterkaitan yang signifikan antara keputusan hutang dan dividen secara bidirectional, sehingga mengindikasikan bahwa perusahaan memang lebih tertarik mengandalkan hutang guna membelanjai investasinya meskipun sebenarnya cukup tersedia dana internal yang seharusnya tidak perlu dibagikan sebagai dividen jika memang terdapat peluang investasi yang menjanjikan.
Dari hasil estimasi ini, dengan demikian dapat disimpulkan juga bahwa ada indikasi kecenderungan perusahaan untuk lebih mengandalkan pembelanjaan hutang guna membiayai investasinya dibandingkan pembelanjaan internalnya berupa laba ditahan.
Ada kemungkinan hal ini dilakukan karena peluang investasi yang memang besar pada periode tersebut karena adanya beberapa deregulasi di bidang perekonomian yang dilakukan pemerintah, seperti PMA 100%, penghapusan Daftar Negatif Industri, dan sebagainya yang sangat menarik bagi investor. Juga adanya kemudahan dalam menarik pinjaman seperti yang dipraktekkan beberapa pengusaha yang menarik pinjaman dari bank yang berada dalam grupnya sendiri.
Ada kelemahan dalam penelitian ini yaitu terbatasnya jumlah sampel data yang digunakan serta terbatasnya jumlah variabel instrumen yang digunakan. Oleh karena itu dapat dilakukan penelitian lanjutan yang lebih komprehensif dalam hal data maupun variabel instrumennya sehingga akan lebih merepresentasikan kompleksitas masalah manajemen keuangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
"Classifying target markets into groups of consumers assists marketers to clearly Identify and satisfy the needs and wants of each group. Parallel with this argument, this paper examines a new way of segmenting consumer market from the behavior of consumer. Three types of consumer (passive, rational-active, and relational-dependent) have been tested empirically based on theoretical background. Discussion and conclusion derived from this study are presented."
2006
MUIN-XXXV-1-Jan2006-12
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
899.231 WAH k
Koleksi Publik  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
"Tujuan penelitian ini adalah untuk memperlihatkan kaitan antara judul Les Ames du Purgatoire dengan isi cerita_nya. Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode strktural dan salah satu teori yang memakai dasar teori ini dan digunakan dalam penelitian ini adalah teori dari Tzvetan Todorov mengenai aspek sintaksis dan aspek semantik dalam cerita. Sebagai langkah awal ditemukan terlebih dahulu makna yang terkandung dalam frasa lies Ames du Purgatoire dengan menggunakan tiga buah kamus. Makna tersebut adalah : (1) Roh-roh (jiwa-jiwa) dalam Api. Penyucian. (2) Roh-roh (jiwa-jiwa) dalam ntasa cobaan. Setelah diperoleh dua makna tersebut maka penelitian kemudian beranjak pada analisis aspek sintaksis. Dari analisis aspek sintaksis diperoleh kesixnpulan bahwa dua makna lies Ames du Purgatoire yang tepat sesuai dengan alur adalah : (1) Roh-roh dalam Api Penyucian. (2). Jiwa dalam masa cobaan. Makna pertama berkaitan erat dengan salah satu Fungsi Utama, yaitu pertobatan tokoh don Juan. Fungsi tersebut meru_pakan suatu tempat berkumpulnya alur-alur yang ada dalam cerpen Les Ames du Purgatoire dan makna pertama tersebut lah yang menjadi kunci menuju pertobatan tersebut. Akan halnya makna kedua, makna ini pun berkaitan dengan Fungsi tersebut karena makna ini bersumber atau muncul karena adanya Fungsi tersebut dan makna ini merupakan penyebab terbentuknya akhir cerita. Setelah hasil analisis aspek sintaksis diperoleh, penelitian kembali berlanjut pada analisis aspek semantik. Dari analisis aspek semantik juga telah ditemukan kaitan antar judul dengan tokoh. Kedua kandungan makna yang ada dalam (rasa Les Ames du Purgatoire sangat berkaitan erat dengan tokoh utama dalam cerita, yaitu tokoh don Juan. Judul Les Ames du Purgatoire dengan kedua maknanya merupakan suatu pembentuk kepribadian tokoh don Juan yang positif."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
S14398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1984
927.292 WAH m (1);927.292 WAH m (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
"Di era otonomi daerah, sejalan dengan tuntutan reformasi di sektor public, peningkatan kualitas pelayanan menjadi harapan dari masyarakat. Pelaksanaan otonomi daerah yang bertujuan untuk lebih mendekatkan dan menjadikan pelayanan public menjadi lebih baik. Pelayanan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) merupakan salah satu tugas dan fungsi pelayanan public yang dilkukan oleh Kantor Pelayanan dan Perijinan Terpadu (KP2T) Kabupaten Banjarnegara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pelayanan pengurusan SIUP pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Banjarnegara. Metode yang digunakan adalah Metode Servive uality ( ServQual) yang mengukur kualitas pelayanan SIUP berdasarkan lima dimensi yaitu : Tangible, Realibility, Responsiveness, Assurance dan Emphaty.
Dari hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan pelayanan perizinan belum mampu memuaskan para pelanggan. Dimensi yang paling mendesak untuk diperbaiki adalah dimensi Assurance, diikuti tangible, realibility, emphaty dan responsiveness. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil penelitian, diajukan saran agar segera membuat maklumat pelayanan, papan informasi persyaratan dan biaya perijinan, kegiatan pelatihan untuk pegawai yang bertugas melayani pelanggan, pemeliharaan gedung kantor dan membenahi kebersihan dan kenyamanan ruang pelayanan.

In the regional autonomy era, in line with the demands of public sector reform, improved quality of service to public become crucial. Regional autonomy aims to get closer to public and make public serices better. Business License Services ( SIUP ) is one of the duties and functions of the public service performed by the Office of Integrated Public Service and Licensing of Banjarnegara region. This study aimed to analyze he level of service quality management of trade license to the Office of Integrated Public Service and License of Banjarnegara Region. Method used in this study is Service Quality (ServQual) that measure the quality of service SIUP based on five dimensions : Tangible, Realibility, Responsiveness, Assurance and Emphaty.
The result showed that overall licensing services have not been able to satisfy the customers. The most urgent dimension is the Assurance dimension, then Tangible, Realibility, Emphaty and Responsiveness. Based on the research objectives and the research result, it is advisable to immediately making edicts services, rules and regulations board, conduct training for staff who serve customers, building maintenance, the cleanliness and comfort for the office with waiting service room for making more and more satisfy the customers."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyuningsih
"ABSTRACT
The author investigates how consumer search behavior typology affects the relationship between consumer satisfaction and behavioral intentions. The results show that the type of consumer as defined by wether and how they search for information (passive, rational-active, relational-dependent) perceive different levels of satisfaction and performs differently on satisfaction-behavioral intentions linkages. Relational-dependent and rational-active consumers are found to perceive higher satisfaction levels, and to express stronger intentions to engage in positive behavioral intentions than passive consumers. The identification of satisfaction and behavioral intentions within each search type allows managers to satisfy their consumers; hence, the company will obtain higher profit. "
Depok: Management Research Center Graduate School of Management FEUI, 2007
330 UI-SEAM 1:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>