Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vito Filbert Jayalie
"Serat kolagen merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam memberi struktur pada dinding alveolus dan mempengaruhi proses fisiologis paru. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara jumlah serat kolagen dalam jaringan interstisial dengan ketebalan septum interalveolar pada perkembangan paru tikus neonatus. Desain penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik dengan studi cross-sectional (n=24). Perhitungan serat kolagen berdasarkan warna hijau atau biru keunguan pada satu lapang pandang (pewarnaan Trichrome Mason), sedangkan septum interalveolar diukur berdasarkan proporsi. Serat kolagen cenderung menetap (terdistribusi <30%), sedangkan ketebalan septum interalveolar menurun pada usia perkembangan neonatus usia 2 hari (0,434±0,145), 4 hari (0,412±0,064), 10 hari (0,394±0,118) dan 16 hari (0,407±0,058). Korelasi Spearman untuk distribusi serat kolagen dan ketebalan septum interalveolar bersifat positif berkekuatan sedang dan bersifat signifikan (r = 0,586; p = 0,003). Dapat disimpulkan bahwa dalam proses perkembangan paru neonatus, perubahan distribusi serat kolagen berhubungan dengan perubahan ketebalan septum interalveolar.

Collagen fibre is one of the most important structure in alveolus, which influences lung physiology. This study aimed to find the correlation between distribution of interstitial collagen fiber and thickness of interalveolar septum in Sprague Dawley neonatal rats’ lung. We used observational analytic method with cross-sectional study (n=24). Collagen fibre was calculated based on green or purplish blue (Trichrome Mason staining), and interalveolar septum was measured by proportional method. The distribution of collagen fibre between all ages of neonatal rats have no difference (low distributed/<30%). However, interalveolar septum thickness decrease as the age increase (0,434±0,145 on day 2; 0,412±0,064 on day 4; 0,394±0,118 on day 10 and 0,407±0,058 on day 16). Spearman correlation of collagen fibre distribution and interalveolar septum thickness showed a medium and significant positive correlation (r = 0.586; p = 0,003). In conclusion, during neonatal rats’ lung development, there is a correlation between distribution of collagen fibre and thickness of interalveolar septum.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vito Filbert Jayalie
"Tujuan: Menghitung Tingkat Utilisasi Radioterapi aktual (TURa) dan optimal (TURo) untuk kanker kolon dan rektum di Indonesia. Metodologi: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang terhadap data sekunder registrasi/rekam medis kanker di rumah sakit (RS) dengan pusat radioterapi di Indonesia tahun 2019. Data dikumpulkan secara total sampling untuk menghitung TURo, TURa, dan persentase yang tidak terpenuhi. Hasil: Terdapat 32 RS yang datanya dapat diolah (1.211 dan 1.762 pasien kanker kolon dan rektum). Rata-rata pasien berusia sekitar 52-54 tahun (10-94 tahun), jenis kelamin laki-laki (51,1%) dan berasal dari Sumatera Utara atau Jawa Tengah. Sebagian besar datang dengan stadium lokal lanjut dan lanjut (III dan IV), tidak diradiasi (76,9%). TURa kolon 14 RS adalah 5,3% (0-33,3%), sedangkan TURo kolon 3,3 (3-3,7%) dengan persentase yang tidak terpenuhi -60,6% (-76,7 sampai -43,2%). Untuk TURa dan TURo rektum adalah 22,8% (0-100%) dan 41% (28-66%). Persentase yang tidak terpenuhi kanker rektum adalah 44,4% (18,6-65,5%). Kesimpulan: TURa kanker kolon terkesan sudah memenuhi TURo, tetapi ketika disesuaikan dengan data dalam lingkup yang lebih besar, masih terdapat celah yang belum terpenuhi. Untuk kanker rektum, masih diperlukan peningkatan utilisasi. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada indikasi radiasi yang belum terlalu jelas. Selain itu, peningkatan TUR perlu mempertimbangkan faktor pasien, klinisi ataupun birokrasi.

Aims: To calculate the actual and optimal Radiotherapy Utilization Rate (RTUa and RTUo) of colon and rectal cancer in Indonesia. Methodology: This cross-sectional study used secondary cancer registry/medical records from hospitals with radiotherapy centers in Indonesia in 2019. Total sampling was used for data collection to calculate RTUa, RTUo and percentage of unmet needs. Results: Out of 32 hospitals (1,211 and 1,762 colon and rectal cancer patients), the mean age was 52-54 years old (10-94), male (51.1%), from North Sumatra or Central Java province. Most patients came with locally advanced and advanced stages (III and IV), not irradiated (76.9%). RTUa of colon in 14 hospitals was 5.3% (0-33.3%), whereas RTUo was 3.3 (3-3.7%). The unmet needs was -60.6% (-76.7 to -43.2%). For rectal, the RTUa and RTUo were 22.8% (0-100%) and 41% (28-66%). The unmet needs for rectal was 44.4% (18.6-65.5%). Conclusion: Despite the impression of fulfilling the RTUo of colon cancer, gaps are to be filled when adjusted with a broader scope of data. Moreover, for rectal cancer, there was still an unmet need for utilization. Further research is needed, especially in cancer with obscure radiotherapy indications. The increase in RTU should also consider patient, clinician and bureaucratic factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library