Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Verika Astriana Kartika
"Tablet cepat hancur adalah tablet yang cepat hancur di rongga mulut dalam waktu satu menit. Pemakaian tablet cepat hancur biasanya digunakan pada pasien pedriatri dan geriatri yang sulit menelan obat. Untuk memformulasikan tablet cepat hancur dibutuhkan eksipien superdisintegran. Telah diteliti bahwa kompleks polielektrolit kitosan-xanthan (KPKX) memiliki daya mengembang yang baik sehingga dapat digunakan sebagai superdisintegran.
Tujuan dari penelitian ini adalah memformulasi tablet cepat hancur menggunakan KPKX sebagai superdisintegran. KPKX dibuat pada pH 4-5 dengan mencampurkan larutan kitosan (1,0% b/v) dan xanthan gum (1,0% b/v) dengan perbandingan 1:1; 3:1; dan 6:1. KPKX ini kemudian dikarakterisasi fisik, kimia, dan fungsional meliputi bentuk dan morfologi partikel, spektrum inframerah dan uji daya mengembang.
Serbuk KPKX memiliki permukaan yang kasar dan solid. Spektrum inframerah menunjukkan gugus baru pada bilangan gelombang 1539,25 cm-1 yang memperlihatkan adanya gugus amida hasil reaksi antara gugus –NH3+ dari kitosan dan gugus –COO- dari xanthan gum.
Uji daya mengembang KPKX menunjukkan indeks mengembang pada pH 6,8 sebesar 253,31% dalam 2 jam. Setelah itu, KPKX diformulasikan menjadi tablet cepat hancur dengan kadar 5% yang menggunakan zat aktif diltiazem HCl dengan metode kempa langsung. Tablet yang dihasilkan dievaluasi kekerasan, keregasan, waktu hancur, dan waktu pembasahannya.
Evaluasi tablet cepat hancur menunjukkan bahwa formula 3 yang mengandung KPKX 6:1 sebagai superdisintegran menghasilkan waktu hancur yang paling singkat, yaitu 44,00 detik dan memiliki kekerasan 4,59 kP serta keregasan 0,71%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa KPKX dapat digunakan sebagai superdisintegran dalam tablet cepat hancur dengan konsentrasi 5%.

Fast Disintegrating Tablet (FDTs) is a tablet which rapidly disintegrate in the mouth within one minute. This tablets are usually used for pediatric and geriatric patients with difficulty in swallowing medicine. Superdisintegrant excipients are required to formulate FDTs. It has been observed that the chitosan-xanthan polyelectrolyte complexes (CXPC) possess high swelling characteristic, hence it can be applied as a superdisintegrant.
The aim of this study was to formulate FDTs utilizing CXPC as the superdisintegrant. CXPC was prepared on pH 4-5 by mixing chitosan solution (1.0% w/v) and xanthan gum (1.0% w/v) in ratio 1:1, 3:1, and 6:1. The physical, chemical, and functional properties of CXPC were characterized, includes its morphology, infrared spectrum, and swelling index.
CXPC powder has a rough surface. The spectrum infrared showed a new shift at 1539.25 cm-1, indicating amide group as result of the reaction between -NH3+ group of chitosan and -COO- groups of xanthan gum.
The swelling studies of CXPC showed 253.31% weight increase in medium pH 6.8 at within 2 hours. CXPC was then utilized as superdisintegrant in FDTs with 5% CXPC, using diltiazem HCl as an active substance by direct compression method. FDTs were evaluated, includes its hardness, friability, disintegration time, and wetting time.
Evaluation of FDTs showed that formula 3 containing KPKX 6:1 as superdisintegrant produce the fastest disintegration time (44.00 seconds), hardness of 4.59 kP, and friability 0.71%. Based on the results, CXPC can be used as a superdisintegrant excipients with the concentration 5% in the formula of fast disintegrating tablets.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47012
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verika Astriana Kartika
"Apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. (Departemen Kesehatan RI, 2004). Pekerjaan kefarmasian yang dilakukan di Apotek menurut Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 meliputi pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional. (Departemen Kesehatan RI, 2004). Pertanggungjawaban fungsi sebuah Apotek dipegang oleh seorang profesi Apoteker yang melaksanakan pekerjaan kefarmasian sesuai peraturan yang berlaku secara professional. Selain sebagai tempat dilakukannya tugas professional, yaitu memahami pengelolaan perbekalan farmasi apotek, menjamin keefektifan dan keamanan obat yang diberikan kepada pasien, meningkatkan mutu apotek, memahami manajemen apotek serta pelayanan kefarmasian dengan patient-oriented., apotek juga merupakan suatu tempat kegiatan ekonomi yang memerlukan manajemen sehingga dapat memperoleh keuntungan. Mengingat akan pentingnya hal tersebut dan upaya untuk meningkatkan kompetensi apoteker di apotek, maka calon apoteker perlu mengetahui dan memahami secara langsung tentang pelayanan dan pengelolaan di apotek yang sesungguhnya. Oleh karena ini, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI bekerja sama dengan Apotek Kimia Farma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dari tanggal 2 Januari - 14 Februari 2014. PKPA ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman calon apoteker mengenai peranan, kegiatan manajerial serta pelayanan kefarmasian di apotek. Kegiatan pelayanan kefarmasian yang dilakukan di Apotek Kimia Farma No.1 Kemayoran, Jakarta Pusat meliputi pelayanan resep dokter tunai dan kredit, pelayanan swamedikasi/ usaha penyembuhan diri sendiri (UPDS), pelayanan swalayan farmasi, manajemen perbekalan farmasi, dan perbekalan kesehatan.

Pharmacy is a specific place where the work pharmacy and distribution of pharmaceutical preparations, other medical supplies to the community. (Department of Health, 2004). The work carried out in pharmacy at pharmacy according to Government Regulation No. 51 of 2009 covers the quality control of pharmaceutical preparations, security, procurement, storage and distribution, or distribution of drugs, medication management, medication services over prescription, drug information services, as well as drug development, medicinal materials, and traditional medicine. (Department of Health, 2004). Accountability functions of a pharmacy held by a profession of pharmacy pharmacists who carry out the work according to regulations in a professional manner. In addition to doing duty as a professional, is to understand the management of pharmaceutical supplies pharmacy, to ensure the effectiveness and safety of drugs given to patients, improve the quality of pharmacy, pharmacy management understand and pharmacy services to patient-oriented., Pharmacy is also a place of economic activity that requires management so as to make a profit. Given the importance of this and attempts to improve the competence of pharmacists in the pharmacy, the pharmacist candidates need to know and understand firsthand about the service and management in a real pharmacy. Because of this, the Faculty of Pharmacy Pharmacist Program UI collaboration with Kimia Farma in organizing Pharmacy Practice Pharmacist (PKPA) from the date of 2 January to 14 February 2014, the PKPA is expected to improve understanding of the role of prospective pharmacists, as well as the managerial activities of pharmacy services at the pharmacy. Pharmacy services activities conducted in Kimia Farma Pharmacy 1 Kemayoran, Central Jakarta include prescription service cash and credit, self healing, self-service pharmacy, pharmaceuticals management, and medical supplies.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Verika Astriana Kartika
"Hidup layak dan sehat merupakan salah satu hak seluruh warga Negara Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan sehat tersebut maka diselenggarakan berbagai macam pelayanan kesehatan dengan cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan masyarakat (Presiden Republik Indonesia, 2009). Semua obat-obatan yang beredar harus dapat dijamin keamanan, khasiat, kualitas dan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan suatu pedoman yang meliputi seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu sehingga setiap obat yang dihasilkan selalu memenuhi ketentuan mutu yang telah ditetapkan yaitu Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Salah satu aspek dalam CPOB yaitu personalia, yang merupakan sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab itu, industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang terkualifikasi, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di industri farmasi. Farmasis sebagai personil yang profesional harus memahami penerapan CPOB disamping adanya pengetahuan dan keterampilan, baik yang berhubungan dengan kefarmasian ataupun kepemimpinan. Dilatar belakangi oleh hal tersebut, maka seorang calon Apoteker harus memahami tanggung jawab profesinya serta dapat mengimplementasikan secara nyata. Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia mengadakan kerjasama dengan PT Aventis Pharma dalam menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) agar dapat menjadi sarana pembelajaran di industri farmasi bagi para calon Apoteker. Praktek Kerja Profesi Apoteker ini dijalankan dari periode 5 Maret – 30 April 2014. PT Aventis Pharma Indonesia secara umum telah menerapkan CPOB dengan baik dan mengacu pada Aventis Global Standard untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan.

Decent and healthy life is one of the rights of all citizens of Indonesia. To meet the health needs of the wide range of health services organized in a way to maintain and promote health, prevent and cure diseases, and restore the health of the community (the President of the Republic of Indonesia, 2009). All the drugs in circulation should be guaranteed safety, efficacy, quality and affordable price by the community. Therefore, we need a guideline that covers all aspects of production and quality control so that each drug produced always complied with the established quality of Good Manufacturing Practice (GMP). One of the aspects of the GMP is personnel, which is the human resource is very important in the formation and implementation of the quality assurance system that is satisfactory and correct drug manufacturing. Therefore, the pharmaceutical industry is responsible for providing qualified personnel, has sufficient knowledge and skills to carry out their duties and responsibilities in the pharmaceutical industry. Pharmacists as professional personnel must understand the application of GMP in addition to the knowledge and skills, both associated with the pharmacy or leadership. Background by this, then a candidate for Pharmacists must understand the responsibility of the profession as well as to implement in practice. Therefore, Pharmacist Professional Program, Faculty of Pharmacy, University of Indonesia entered into a collaboration with PT Aventis Pharma in organizing Practice Pharmacist in order to be a learning tool in the pharmaceutical industry for the prospective pharmacist. Pharmacist Professional Practice is run from the period March 5th to April 30th 2014 Indonesia PT Aventis Pharma has implemented GMP generally well and refer to Aventis Global Standard to ensure the quality of products produced.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Verika Astriana Kartika
"Salah satu hak asasi manusia dan merupakan unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah kesehatan, sehingga pemerintah memiliki kewajiban untuk selalu meningkatkan upaya-upaya kesehatan demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Salah satu peran terbesar di pemerintah pada bidang kesehatan adalah pada Suku Dinas Kesehatan yang memiliki tugas utama melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian dan penilaian terhadap efektifitas pelayanan kesehatan. Sebagai apoteker yang memiliki peranan penting dalam Suku Dinas Kesehatan Kota khususnya dibidang Farmasi Makanan dan Minuman sehingga seorang Apoteker perlu dibekali pengetahuan, pemahaman dan aplikasi tentang tata cara perizinan serta pembinaan, pengawasan dan pengendalian dari sarana pelayanan kesehatan tersebut. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa Apoteker yang berlangsung selama 10 hari sejak tanggal 5 Mei– 22 Mei 2014. Program PKPA ini dilaksanakan dengan harapan agar mahasiswa apoteker dapat mengambil manfaat dan ilmu sebanyak mungkin serta dapat memahami peran dan tanggungjawab seorang apoteker di pemerintahan khususnya Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara (Sudinkes Jakut). Prosedur perizinan di Sudinkes Jakut khususnya yang dilakukan Koordinator Farmasi Makanan Minuman sudah tertata dengan baik dan jelas karena telah diterapkannya sistem menejemen mutu sesuai standar ISO, namun untuk kegiatan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal) belum dapat dilaksanakan secara optimal disebabkan karena masalah anggaran dan keterbatasan sumber daya manusia untuk kegiatan tersebut.

One of the human rights and well-being is an element that must be realized in accordance with the ideals of the nation of Indonesia as referred to in the Pancasila and the Preamble to the Constitution of the Republic of Indonesia Year 1945 is healthness, so government has an obligation to always step up efforts for the improvement of health health status of the people of Indonesia. One of the biggest roles in the government health sector is at the Sub-Department of Health which has the main task of carrying out licensing services, planning, control and assessment of the effectiveness of health care. As a pharmacist who has an important role in the Health Department in particular in the field of Pharmaceutical Food and Beverage so that a pharmacist needs to be equipped with the knowledge, understanding and application of the licensing procedures and guidance, supervision and control of the health care facilities. In order to achieve this, the program Pharmacist Pharmacy Faculty, University of Indonesia in cooperation with the North Jakarta Health Sub-Department held a Work Practice Pharmacist for student pharmacists, which lasted for 10 days from the date of May 22nd until May 5th 2014. PKPA program is implemented with the expectation that the student pharmacist and science can benefit as much as possible and be able to understand the role and responsibilities of a pharmacist ingovernment, especially in North Jakarta Health Sub-Department (Sudinkes Jakut). Licensing procedures in Sudinkes Jakut particularly by the Coordinator Pharmaceutical Food Beverage is well defined and obscured by the implementation of quality management system according to ISO standard, but for coaching activities, supervision, and control can not be optimally implemented due to budget problems and limited human resources for these activities.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library