Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tutik Murniasih
Abstrak :
Dalam penelitian kami tentang studi availabilitas biodegradasi senyawa PAH oleh bakteri laut, secara garis besar dapat diketahui bahwa pada dasarnya lingkungan laut Indonesia yang tercemar minyak telah menyediakan bakteri pelaku remediasi secara alamiah. Hal ini terbukti dari data skrining yang dilakukan dari ke-empat titik lokasi sampling, (Pel. Tanjung Mas Semarang, Pel. Tanjung Priok, Kumai Kal Sel dan Balikpapan) hanya dari Tanjung Priok yang tidak didapatkan bakteri pendegradasi. Hal ini disebabkan oleh tidak sesuainya kondisi sampel dengan media pengkayaan. Uji biodegradasi fenantren, piren dan benzo[a]antrasen menunjukkan bahwa isolat bakteri terpilih dari Semarang SalP-4b21 dapat mendegradasi fenantren sebesar 100% sesudah 15 hari kultivasi dan piren sebesar 24,53% sesudah 29 hari kultivasi. Sedangkan isolat KalP-3b22 dari Kumai Kal. Sel. dapat mendegradasi benzo[a]antrasen sebesar 38,2% selama 57 hari dan mendegradasi fenantren sebesar 59,5% sesudah 29 hari kultivasi. Karakterisasi senyawa hasil konversi menggunakan GC-Mass dan Spektroskopi Infra Merah menunjukkan bahwa tahap awal benzo[a]antrasen terkonversi menjadi benzo[a]antrasen 7, 12 diol yang terdeteksi sesudah 22 hari kultivasi dan pada hari ke-50 terdeteksi adanya benzo[a]antrasen 7, 12 dion. Fenantren oleh isolat KalP-3b22 terdegradasi menjadi 1-naftalenol sesudah 29 hari kultivasi, sedangkan oleh isolate SalP- 4b21 menjadi senyawa fenol 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4 methyl. Jumlah produk konversi piren yang sangat kecil mengakibatkan sulitnya penentuan strukturnya. Karakterisasi 16S-rDNA isolate KalP-3b22 menunjukkan jenis Pseudomonas sp, sedangkan isolat SalP-4b21 adalah Sphingomonas sp.
In our investigation of bacteria that degrade PAH isolated from Indonesian coastal waters, basically we could conclude that some of Indonesian marine microbial isolated from oil contaminated areas were naturally available remediate the polluted areas. The screening data of this kind of bacteria from four sampling location (Tanjung Mas Semarang Port, Tanjung Priok Jakarta Port, Kumai Kal-Sel Port and Balikpapan Port) showed that almost in every site we could find PAH degrading bacteria. In case we didn? find the PAH degrading bacteria from Tanjung Priok Port was caused by unavailable physical condition sample with enrichment media. PAH Biodegradation test showed that the potent bacteria isolated from Semarang, SalP-4b21 degraded 100% phenanthrene after 15 days cultivation and 24,53% pyren after 29 days cultivation. The second potent bacteria isolated from Kumai Port (KalP-3b22) degraded 59,5% phenanthrene after 29 days cultivation and 38,2% benzo[a]anthracene after 57 days cultivation. Analysis of conversion product using GC-Mass and Infra Red Spectroscopy showed that in the beginning step, benzo[a]anthracene convert to benzo[a]anthracene 7,12 diol, this compound was detected after 22 days cultivation in KalP-3b22 and after 50 days cultivation this compound was converted to benzo[a]anthracene 7, 12 dion. In KalP-3b22 culture, phenantrene was converted to 1-naphtalenol after 29 days.
2007
T40082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutik Murniasih
Abstrak :
Penelitian metabolit sekunder dari bakteri yang bersimbiosis dengan spons belum secara intensif dilakukan di Indonesia sehingga penelitian ini perlu untuk dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan sumber baru penghasil antibiotik dari bakteri laut, mengelusidasi struktur senyawa aktif, mengevaluasi spektrum antibiotiknya dan menganalisis hubungan senyawa aktif antara simbion dengan inangnya. Pada studi ini, didapatkan bakteri potensial Sp. 2.11 dari spons Aaptos sp. yang mempunyai aktivitas terkuat. Hasil karakterisasi bakteri Sp. 2.11. menggunakan sebagian gen 16Sr DNA menunjukkan 99% serupa dengan bakteri Rhodobacteraceae bacterium 1tc14. Bioaktivitas antibakteri ekstrak supernatan maksimum pada media SYP (Sea water, Yeast dan Peptone) tanpa penambahan sumber karbon. Pemisahan menggunakan kolom kromatografi dari senyawa antibakteri ekstrak etil asetat dari supernatan R. bacterium Sp. 2.11 menunjukkan 2 fraksi yang positif yaitu F2 dan F5/F6. Pemisahan lebih lanjut terhadap fraksi F2 menggunakan HPLC menghasilkan senyawa aktif antibakteri 1 (F2.1) sebanyak 2,6 mg. Penentuan struktur menggunakan High Resolution LC-MS/MS dan NMR 1H, 13C, DEPT, H-H COSY, HMQC dan HMBC fraksi F2.1 menunjukkan senyawa Nbenzil-12-metoksi-N-(8-(4-nonilfenoksi)etil) etanamin sebagai senyawa aktif. Identifikasi senyawa aktif 2 (F5.3.3 /F6.2.2.4 ) menunjukkan adanya senyawa 7-[4- (bisiklo[4.1.0]hept-3-il)fenil]siklopenta[7,8]asenafto[6,5,4-cde]tiokromen, yang juga aktif antibakteri. Kedua senyawa tersebut merupakan senyawa baru dan mempunyai aktivitas spektrum yang cukup luas terhadap bakteri Gram positif mapun Gram negatif. Nilai MBC terhadap E. coli senyawa 1 adalah 125 μg/mL, sedangkan senyawa 2 adalah > 380 μg/mL. Struktur senyawa 1 masih ada kemiripan dengan senyawa dari biota inang, sedangkan senyawa 2 tidak ada kemiripan. Dengan demikian bakteri laut merupakan sumber penghasil senyawa antibiotik dan beberapa produk antibiotiknya mempunyai hubungan struktur dengan senyawa aktif pada biota inang. ......Research on secondary metabolites from sponge-associated bacteria have not intensively conduct in Indonesia, there for this reseach was carried out. The purposes of this study are to get a novel antibiotic source especially from marine bacteria, to elucidate structure of active compounds, to evaluate the spectrum of antibacterial activity and to analyze the structure relationship between host and symbiont. In this study, the potential bacteria Sp. 2.11 was obtained from Aaptos sp. sponge showed the strongest antibacterial activity. The results of bacterial characterization using partial gene 16S rDNA showed 99 % similar to Rhodobacteraceae bacterium 1tc14 . The antibacterial activity of supernatant extract was maximum by culturing R. bacterium in SYP (Sea water, Peptone and Yeast) medium without any carbon source addition. Column chromatography separation of ethyl acetate extract from supernatant showed potentially active fractions F2 and F5/F6. Further separation of fraction 2 using HPLC generated the active compound 1 ( F2.1 ) 2.6 mg. The structure determination using High Resolution LC-MS/MS and NMR 1H, 13C, DEPT, H-H COSY, HMQC and HMBC of fraction F2.1 led to N-benzyl-12-methoxy-N-(8-(4-nonylphenoxy)ethyl) etanamine as the active compound. Further identification of active compounds 2 from fraction ( F5.3.3 / F6.2.2.4 ) resulted 7-[4-(bicyclo[4.1.0]hept-3-yl)phenyl] cyclopenta[7,8] acenaphto[6,5,4-cde] tiochromene also the active constituen. Both of these compounds are new compounds and active against Gram-positive and negative bacteria. MBC value of compound 1 was 125 μg/mL and compound 2 was >380 μg/mL. Compound 1 is a similar to the compound from the host organisms, while compound 2 is not similar. This study concluded that marine bacteria is the true antibiotic producer and some of antibiotics products showed structural correlation between host and symbiont.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
D1965
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library