Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tuti Alawiyah
"Arus transportasi dan mobilitas yang tinggi di jalur pantura memberikan kemungkinan Kabupaten Batang berkembang cukup prospektif di sektor jasa transit dan transportasi, maka keselamatan jalan di wilayah ini perlu mendapatkan perhatian. Dalam melakukan investigasi daerah rawan kecelakaan diperlukan data kecelakaan dari instansi terkait, yang perlu diidentifikasi secara tepat untuk dapat menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan. Kemudian, tindakan penanganan dapat dilakukan berdasarkan pola dan sebab kecelakaan yang telah diidentifikasi. Pemahaman dasar tentang faktor manusia dan karakteristik kendaraan serta interaksi keduanya dengan jalan dan lingkungannya sangat diperlukan untuk melakukan tindakan penanganan kecelakaan dalam upaya meningkatkan keselamatan jalan. Penentuan tindakan penanganan kecelakaan yang tepat bergantung pada aplikasi rekayasa lalulintas yang baik dan prinsip keselamatan jalan, pada umumnya melibatkan pemilihan atau beberapa tipe penanganan yang telah terbukti baik.

The heavily traveled highway in nothern coast highway (Pantura) gives potentially development for Batang county in transit and transportation service sector so that road safety in this area should be highly concerned. In investigation of accident, the documentation and data collection on road accidents from all organizations involved which require to identify precisely to determine factors causing of accident. And then, Problem solving of accident can be done pursuant to accident cause pattern which have been identified. The base knowledge about human being factor and vehicle characteristic and also interaction both with road and environment very needed to solve problem of accident in measures to improve traffic safety. The determination handling action of accident depend on good application of traffic engineering and road safety principal, in general involve the election of some handling type which have proven goodness"
2008
S50560
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Alawiyah
"ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling serius,
masalah kesehatan di dunia dan penyebab utama kematian di negara berkembang.
Indonesia merupakan negara dengan pasien TB terbanyak ke-3 di dunia setelah India
dan Cina. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa
penyakit TB penyebab kematian nomor 5 setelah penyakit kardiovaskular dan
penyakit saluran napas pada semua kelompok usia dan nomor 1 dari golongan
penyakit infeksi. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
menyerang organ pernapasan walaupun dapat mengenai organ lain. Sejak meluas
penyakit human immunodeficiency virus (HIV) dan pertambahan kasus TB kebal obat
(MDR-TB), masalah TB yang sebelumnya telah teratasi kembali mencuat, sehingga
pengawasan dan pemberantasan penyakit ini menjadi bertambah rumit.
Angka kesalahan (error rate) pemeriksaan laboratorium pada Mycobacterium
tuberculosis sangat mempengaruhi penemuan penderita dan pengobatan penyakit
tuberkulosis. Error rate pemeriksaan laboratorium yang tinggi berarti kemampuan
mendeteksi kurang, pemeriksaan belum dapat dipercaya hasil pelaporannya, akan
berdampak masalah penyakit tuberkulosis di masyarakat tidak terdeteksi dengan baik
dan benar, obat anti tuberkulosis tidak berhasil guna penyembuhan. Sehingga
penularan penyakit TBC tidak dapat ditanggulangi dengan baik di masyarakat.
Berdasarkan hasil laporan cross check pemeriksaan BTA triwulan I sampai IV
di Kota Tangerang tahun 2012 terjadi error rate 5,26% sampai 36,36%. Nilai error
rate yang ditoleransi dari Kementerian Kesehatan maksimal 5%.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kinerja petugas pemeriksa BTA dan
determinannya. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain
cross sectional. Sampel pada penelitian ini 26 petugas laboratorium puskesmas yang
melakukan pemeriksaan BTA. Dari 26 petugas pemeriksa BTA terdapat 15 petugas
dengan error rate rendah dan 11 petugas dengan error rate tinggi. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan kuisioner dan wawancara. Dari hasil penelitian diketahui
faktor yang berhubungan dengan error rate BTA adalah sistem dan beban kerja.
Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel sistem (nilai p=0,030, OR=16,0)
berhubungan bermakna dan faktor dominan berhubungan dengan kinerja petugas
pemeriksa BTA. Disarankan kepada petugas pemeriksa BTA sistem yang ada (pmi,
menerapkan SOP) dan Dinas Kesehatan memberi pelatihan dan bimbingan intensif,
serta melengkapi kebutuhan laboratorium terutama untuk pemeriksaan BTA.

ABSTRACT
Tuberculosis (TB) has become one of the most seriuos health problem, health
problem in the world, and the leading cause of death in developing countries.
Indonesia is the country with the highest number of TB patients to the 3rd in the
world after India and China. Household Health Survei showed the TB diseases 5
causes of death after cardiovascular disease and respiratory disease in all age group
and the number 1 of infectious disease group. Tuberculosis is caused by
Mycobacterium tuberculosis and can attack the respiratory organs, although other
organs. Since the widespread disease of human immunodeficiency virus (HIV) and
an increase of drug resistance case of TB (MDR-TB), TB issues that previously havr
been resolved back sticking out, of control and eradication of this disease become
more complicated.
Error rate of laboratory test on Mycobacterium tuberculosis greatly affect the
detection and treatment of tuberculosis. Laboratory error rate is high means the ability
to detect less, yet reliable inspection result reporting, will impact the problem of
tuberculosis in the community are not detected properly, anti tuberculosis failed to
cure. So that transmission of TB disease cannot be addressed properly in society.
Based on the results of smear examination report cross check until the fourth
quarter in the city of Tangerang in 2012 there is an error rate of 5.26% to 36.36%.
Value of the tolerable error rate of 5% maximum Health Ministry.
The purpose of this study was to determine the error rate of smear examination and its
determinant. This study is an observational study with cross-sectional design. The
samples of the study 26 laboratory workers who perform both smear clinic. Of 26
inspectors smear contained 15 inspectors smear with a low error rate and 11 with a
high error rate. The data was collected using interviews and questionnaires. The
survey results revealed that factors related to the error rate and the BTA is a system
tool and workload. Multivariate analysis showed system variabel (p value = 0.003,
OR = 16) correlated significantly and significantly associated dominant factor related
to the performance of the examiners BTA. Suggested to the examiners BTA existing
system (pmi, implement the SOP) and the Department of Health provide intensive
training ang guidance, as well as complete laboratory requitments, especially for
smearexamination."
2013
T35169
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Alawiyah
"Penelitian ini mengkaji tentang penerimaan informasi melalui media pembelajaran digital talking book untuk siswa tunanetra. Proses penerimaan informasi terdiri dari tiga elemen, yaitu penyeleksian informasi, interpretasi, dan retensi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan informasi melalui digital talking book di kalangan siswa tunanetra mempunyai tantangan tersendiri. Dalam tahapan penyeleksian informasi, informan menggunakan sumber informasi dari braille dan digital talking book secara bergantian sesuai dengan kebutuhan. Dalam tahapan interpretasi informasi, informan menafsirkan konten digital talking book dibantu dengan catatan dalam huruf Braille. Dalam tahapan retensi, informan mampu mengingat secara baik informasi yang bersifat sementara, seperti kata-kata istilah, angka-angka, dan penjelasan tentang definisi, namun memiliki keterbatasan untuk memori jangka panjang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.

This research examines regarding how information reception through learning media of digital talking book used by students with visual impairment. The study was conducted using case study method. The results showed that the information reception through digital talking book among students with visual impairment has its own challenge. In the process of selecting information, they use the source of information from Braille and digital talking book alternately as needed. The changing from using Braille sense of touch into digital talking book the sense of hearing becomes a problem of itself. In the information interpretation stage, the informant interprets the content of the digital talking book assisted by notes in Braille. In the memory retention phase, the informant is able to remember well the temporary information, such as the terms of words, numbers, and the explanation of the definition, but it has limitations for long term memory therefore it takes a longer time.Key words Digital Talking Book visual impaired information reception information selection interpretatin retention."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47873
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Alawiyah
"Penelitian ini mengkaji tentang bagaimana penerimaan informasi media pembelajaran Digital Talking Book oleh siswa tunanetra. Pada intinya, penerimaan informasi adalah mengubah pesan ke dalam bentuk yang dapat digunakan untuk memandu perilaku manusia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus. Informan adalah salah satu siswa tunanetradi sekolah inklusi MTsN 19 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan informasi melalui Digital Talking Book secara bergantian sesuai dengan kebutuhan. Dalam tahapan intepretasi Braille. Dalam tahapan retensi memori, informan mampu mengingat secara baik informasi yang bersifat sementara, seperti kata-kata yang berupa istilah, angka-angka, dan penjelasan tentang definisi, namun keterbatasan untuk memori jangka panjang sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Kecenderungannya adalah bahwa informan lebih memilih Braille dibandingkan dengan Digital Talking Book karena dianggap lebih mudah, ekonomis, dan cepat; merasa berinteraksi langsung dengan tulisa; dan penggunaan indera perabanya lebih optimal sehingga mengingat lebih cepat."
Jakarta: PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, 2017
371 TEKNODIK 21:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library