Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trisna Desmiati
Abstrak :
Penelitian tentang Eksistensifikasi pelayanan VIP Rumah Sakit Kanujoso Djatiwibowo dalam mengatasi defisit anggaran dilakukan karena rumah sakit Kanujoso Djatiwibowo mengalami defisit angaran untuk biaya operasional.
Dari data Susenas didapatkan bahwa pelayanan di rumah sakit Kanujoso Djatiwibowo lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat miskin sementara masyarakat mampu lebih memilih pelayanan di rumah sakit swasta. Disamping itu dari data keuangan juga terlihat bahwa rumah sakit Kanujoso Djatiwibowo mensubsidi pelayanan untuk masyarakat miskin dan pasien Askes.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kelayakan ekonomi terhadap pengembangan pelayanan VIP untuk mengurangi masalals defisit anggaran di rumah sakit Kanujoso Djatiwibowo sehinga dapat meningkatkan efisiensi, quality, equity dan susiainability
Metode penelitian merupakan studi kasus yang bersifat analitik dengan mengunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan Kodva Balikpapan, rumah sakit Kanujoso Djauwibowo, rumah sakit lain yang merupakan pesaing dan Pusat Statistik
Dari analisa pasar ternyata kebutuhan masyarakat Balikpapan untuk pelayanan bermutu cukup tinggi dan pelayanan bermutu yang tersedia sekarang belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa masih ada peluang bagi rumah sakit Kanujoso Djatiwibowo untuk mengembangkan pelayanan VIP. Disamping itu rumah sakit Kanujoso Djatiwibowo juga telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai.
Diusulkan rencana pengembangan yang paling sederhana yaitu, melakukan renovasi bangunan yang ada sekarang untuk dapat menyediakan pelayanan VIP untuk rawat jalan dan menambah jumlah pelayanan VIP untuk rawat inap dengan mengurangi jumlah tempat tidur kelas III. Dalam analisa ekonomi konsep ini ternyata dapat meningkatkan pendapatan sehingga dapat mengurangi masalah defisit angaran. Perubahan komposisi tempat tidur seperti yang diusulkan ini tetap dapat memenuhi kebutuhan pelayanan untuk masyarakat kurang mampu.
Disamping perubahan sarana dan prasarana untuk dapat mengembangkan pelayanan VIP ini juga diperiukan perubahan didalam organisasi dan beberapa kebijakan, sehinga disarankan untuk selanjutnya melakukan penelitian mengenai kelembagaan rumah sakit Kanujoso Djatiwibowo.
Extension on VIP Service at Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Hospital in Overcoming Budgetary DeficitResearch on "Extension on VIP Services at Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Hospital in overcoming Budgetary Deficit" was performed because the Kanujoso Djatiwibowo Hospital experienced budgetary deficit in its operation.
Analysis of Susenas 1990 data indicated that Kanudjoso Djatiwibowo Hospital was utilized more by the poorer society while the rich prefer to utilize private hospitals. The hospital financial report shows that Kanudjoso Hospital has been subsidizing the poor and the patients with "ASKES" program.
The objective of this research is to evaluate the feasibility of extending VIP services in order to reduce budgetary deficit at this hospital in an effort to increase its efficiency, quality, equity and sustainability.
The method chosen for the research is analytical study case utilizing secondary data from ' Dinas Kesehatan Kotamadya Balikpapan ', from Kanudjoso Djatiwibowo hospital, data from other hospitals as its competitors and data from Center of Statistic.
From market analysis it was found out that the need for high quality services is quite high, however the high quality services currently available cannot yet satisfy the need of the
public. It can then be concluded that good prospect is still exist for the hospital to extend its VIP services. In addition the hospital has been equipped with adequate facilities for extension of its VIP Services.
The simplest extension plan would be to renovate the existing building. Renovation should include provisions of outpatient VIP services and additional bed for in-patient VIP services by ways of reducing the number of that in third class services. The change in the composition of number of bed in those classes would still be expected to meet the requirement of services from economically weak patients.
In the economic analysis this concept would increase hospital income so that it could overcome its budgetary deficit problem.
In addition to changes in equipment and facilities, extension of VIP service also requires changes in organization and certain hospital policies. Therefore, it is recommended that further research on Kanudjoso Djatiwibowo hospital organization should be carried out.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T1396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisna Desmiati
Abstrak :
Latihan merupakan komponen penting dari program rehabilitasi pasien pasca infark miokard akut. Pada penelitian ini 29 penderi ta pasca infark miokard akut tanpa komplikasi, umur antara 33-65 tahun, dikonsulkan ke UPF Rehabilitasi Medik RSJ Harapan Kita. Penderita dibagi atas 2 kelompok. Kelompok I (15 orang) mengikuti latihan di UPF Rehabilitasi Medik RSJHK, kelompok II (14 orang) latihan sendiri di rumah. Kapasitas fungsional awal dengan pemeriksaan treadmil test tidak berbeda bermakna antara ke dua kelompok (5,830 SD 1,235 dan 6,208 SD 1,979). Setelah 2 bulan kapasi tas fungsional berbeda bermakna antara 2 kelompok (9,078 SD 1,086 dan 7,586 SD 1,519). Peningkatan kapasitas fungsional kelompok I lebih besar dibandingkan kelompok II (55,7% dan 22,05%). Kesimpulan latihan rumah boleh dipilih sebagai alternatiflain bila latihan di pusat latihan tidak memungkinkan pada pasien pasca infark miokard tanpa komplikasi, tapi latihan di pusat latihan lebih baik. ......Exercise training is an important component of rehabilitative care for the patients who had an acute myocardial infarction. In this study, 29 uncomplicated acute myocardial infarction 33 years - 65 years old were admitted to UPF Medical Rehabilitation Harapan Kita Hospital. They were divided into two groups, 15 of the group I who performed hospital exercise and 14 of the group II who performed home exercise. They were no significant different of the initial functional capacity test by treadmill between the two group (5,830 SD 1,235 vs 6,208 SD 1,979). The functional capacity were found significant different between the two group after two months exercise (9,078 SD 1,086 vs 7,586 SD 1,519). The functional capacity increased significantly greater in group I during 2 month evaluation (55,7% vs 22,05%). Conclusion home exercise can be used as an alternative program in cardiac rehabilitation but hospital exercise is better.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 1994
T59074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library