Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Ambarsari H.
Abstrak :
ABSTRAK
Keberhasilan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan sosial berkaitan erat dengan Iaju pertumbuhan penduduk. Saat ini jumlah penduduk indonesia sudah mencapai 200 juta jiwa dan menempati urutan ke-empat terbesar di dunia. Untuk menekan Iaju pertumbuhan penduduk sehingga mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS), maka pemerintah mencanangkan program nasional gerakan Keluarga Berencana (KB). Usaha dari program KB tidak hanya ditekankan pada cara-cara klinis saja, tetapi juga dengan memberi pengertian dengan harapan terjadi perubahan sikap hidup masyarakat dari berkeluarga besar menjadi berkeluarga kecil. Hasil survey menunjukkan bahwa jumlah akseptor KB dari tahun ke tahun terus meningkat, bahkan kadang-kadang malahan melebihi jumlah yang telah ditargetkan untuk suatu periode tertentu.

Walaupun program KB telah menunjukkan hasil nyata dalam menekan Iaju perrtumbuhan penduduk dengan memasyarakatkan keiuarga kecil (keluarga dengan 2 anak) sebagai ukuran keluarga ideal, namun masih terdapat masalah dalam usaha-usaha untuk mencapai kondisi Penduduk Tumbuh Seimbang (PTS). Masalah tersebut adalah kenyataan bahwa penelitian-penelitian menunjukkan masih banyak pasangan nikah di Indonesia yang cenderung menginginkan keluarga besar yaitu keluarga dengan anak banyak, karena mereka berpandangan bahwa ukuran keluarga ideal adalah keluarga dengan jumlah anak 4-5 orang.

Menurut para ahli, preferensi keluarga besar sebagai ukuran keluarga ideal yang masih dianut oleh sebagian masyarakat disebabkan karena anak mempunyai nilai tertentu bagi orangtua (value of children). Usaha untuk membentuk keluarga kecil akan mengalami kesulitan seandainya anak bagi orangtua mempunyai nilai atau arti yang tinggi. Secara teoritis, semakin tinggi nilai anak, makin besar keinginan untuk punya anak banyak. Dengan kata Iain jumlah anak dalam suatu keluarga dipengaruhi nilai anak bagi orang tua. Para ahli mengatakan mengatakan bahwa nilai anak bagi orang tua bisa ?berharga" positif (positive values/ satisfactions), yaitu memberikan kepuasan atau manfaat, tetapi bisa juga ?berharga? negatif (negative valuesfcosts), yaitu merupakan biaya atau beban. Dengan kata lain, nilai anak adalah kegunaan dan kepuasaan yang dapat diberikan seorang anak kepada orang tuanya dan biaya atau beban yang harus ditanggung orang tuanya dari konsekuensi memiliki anak.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin melihat bagaimakah hubungan sikap terhadap nilai anak dengan preferensi terhadap ukuran keluarga, karena menurut para ahli, nilai anak dalam keluarga tergantung pada sikap orang tua terhadap anak. Sedangkan jumlah anak dalam suatu keluarga dipengaruhi nilai anak bagi orang tua. Penelitian tentang sikap ini, khususnya sikap individu yang berada pada tahapan usia dewasa muda yang belum menikah, merupakan hal penting karena diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kecenderungan perilaku fertilitas individu tersebut. Dengan demikian, perilaku fertilitas mereka di masa yang akan datang dapat diantisipasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Zanden (1984) yang mengatakan bahwa dengan memahami sikap seseorang maka dapat diperkirakan kecenderungan tingkah laku apa yang akan muncul.

Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan pada 223 subyek. Dalam penelitian ini, ada 2 instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data. lnstrumen pertama untuk mengukur sikap terhadap nilai anak dan instrumen yang kedua untuk mengukur preferensi terhadap ukuran keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap terhadap nilai anak dan preferensi terhadap ukuran keluarga, dimana subyek yang cenderung bersikap negatif terhadap nilai anak mempunyai preferensi keluarga kecil dan sebaliknya subyek yang cenderung bersikap positif mempunyai preferensi keluarga besar.

Untuk penelitian lebih lanjut peneliti menyarankan untuk melakukan pada sampel dengan karakteristik yang beragam misalnya pendidikan dan jenis kelamin sehingga hasilnya bisa dibandingkan dan semakin jelas sasaran perubahan sikap yang akan dilakukan. Menurut para ahli, sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar sehingga bisa dibentuk, dikembangkan dan diubah. Dengan demikian pemerintah dapat merencanakan intervensi psikologis yang memungkinkan, untuk mengubah sikap dewasa muda sehingga Iebih sesuai dengan kondisi ideal, yang dapat menunjang program pemerintah dalam menekan Iaju pertumbuhan penduduk sekaligus melembagakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
1997
S2458
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library