Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tommy Narotama
"Internet adalah suatu jaringan global raksasa yang berasal dari jaringan komputer yang terhubung satu sama lain, yang merupakan media baru dalam dunia pemasaran dan berpotensi untuk mengubah cara suatu perusahaan berkomunikasi dengan konsumennya. (Hoffman dan Novak, 1995). Penerapan strategi komunikasi melalui Internet memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan media tradisional pada umumnya, baik bagi pelaku bisnis maupun bagi para konsumen. Saat ini popularitas Internet, sebagai alat bantu bisnis pada umumnya dan sebagai media komunikasi dan periklanan pada khususnya, semakin meningkat. Hal ini disebabkan prospek perkembangannya yang baik di masa depan, data demografiknya yang menarik, serta potensinya sebagai sarana yang efisien untuk periklanan, pemasaran dan bahkan distribusi langsung barang tertentu serta jasa informasi.
Praktisi di bidang pemasaran menyadari bahwa pengguna Internet merupakan target konsumen yang potensial bagi barang atau jasa yang mereka tawarkan. Jumlah pengguna Internet saat ini sangat besar dan sudah tersebar ke berbagai lapisan masyarakat, tidak hanya terbatas pada kalangan perkomputeran saja, tetapi juga kalangan bisnis, pendidikan, bahkan rumah tangga.
Kesuksesan dalam menggunakan Internet sebagai media pemasaran tentu saja membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam. Internet sebagai media permasaran memiliki lingkungan yang berbeda dengan media tradisional. Strategi pemasaran melalui Internet - termasuk periklanan, sarana distribusi, pricing, pengembangan produk - berbeda dengan strategi pemasaran dengan media lain pada umumnya (Belch dan Belch, 1998). Agar strategi pemasaran sukses, suatu perusahaan harus dapat mengenali konsumennya dengan baik serta dapat memuaskan apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh mereka. Para pelaku bisnis cenderung untuk mengidentifikasi kalangan konsumen yang luas dengan kebutuhan yang sama dan akan memunculkan respon yang sama. Proses pengidentifikasian yang disebut segmentasi pasar ini pada hakekatnya adalah membagi konsumen yang ada kedalam kelompok-kelompok tertentu dengan kebutuhan yang sama dan akan memunculkan respon yang sama terhadap aktivitas pemasaran tertentu, misalnya iklan (Belch dan Belch, 1998).
Salah satu metode segmentasi yang umumnya digunakan adalah psychographic segmentation, dimana konsumen dibagi kedalam kelompok-kelompok berdasarkan kepribadian dan/atau berdasarkan gaya hidup sehan-han. Penentuan gaya hidup biasanya dilakukan berdasarkan atas analisa terhadap aktivitas, minat dan opini dari konsumen. Gaya hidup ini kemudian dikorelasikan dengan produk, merek, dan/atau penggunaan media.
Pendekatan segmentasi berdasarkan gaya hidup tidak hanya dihubungkan dengan gaya hidup yang didapat dari analisa mengenai aktivitas, minat dan opini saja, tapi juga dihubungkan dengan nilai-nilai (values) yang dimiliki oleh konsumen itu sendiri. Pengertian mengenai nilai-nilai dari konsumen menjadi penting karena nilai yang dianut oleh konsumen sangat mempengaruhi tingkah laku konsumen.
Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai gaya hidup dan sistem nilai pada pengguna Internet di daerah Jabotabek, yang diharapkan hasilnya dapat memberikan informasi dan masukkan bagi praktisi di bidang produksi, pemasaran, periklanan, tentang gambaran gaya hidup dan sistem nilai pengguna Internet di Indonesia untuk membuat strategi pemasaran yang tepat untuk kelompok konsumen pengguna Internet ini. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik yang digunakan adalah teknik kuesioner. Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada 408 subyek yang semuanya merupakan pengguna Internet yang berdomisili di daerah Jabotabek.
Hasil dari penelitian ini adalah didapatkannya gambaran enam profil gaya hidup dan dari pengguna Internet di daerah Jabotabek, serta gambaran nilai dari keenam profil gaya hidup tersebut. Enam gaya hidup yang dihasilkan adaiah gaya gidup ‘Sibuk’ dengan proporsi 11,5% dari seluruh subyek; gaya hidup ‘Tak Acuh’ dengan proporsi sebesar 19,2%; gaya hidup ‘Eksekutif dengan proporsi sebesar 13,9%; gaya hidup ‘Percaya Diri’ dengan proporsi sebesar 19,2%; gaya hidup ‘Soliter’ dengan proporsi sebesar 20,8%; dan yang terakhir adalah gaya hidup ‘Praktis’ dengan proporsei sebesar 15,4% dari seluruh subyek.
Gambaran nilai-nilai yang dipentingkan dan yang tidak dipentingkan dari setiap profil gaya hidup tersebut pada umumnya tidak jauh berbeda, Beberapa nilai pada domain tertentu muncul pada setiap profil gaya hidup dengan urutan kepentingan yang berbedabeda. Setiap profil gaya hidup umumnya mementingkan nilai-nilai yang berada pada domain kebajikan dan keamanan, sedangkan nilai-nilai yang berada pada domain kekuasaan dan tradisi tidak dipentingkan.
Saran untuk penelitian lanjutan adalah penggunaan teknik pengolahan data yang lebih dalam selain analisa klaster, seperti higher order factor analysis atau multiple discriminant agar didapatkan hasil yang saling melengkapi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Narotama
"Fenomena penggunaan dan penyalahgunaan zat di Indonesia telah berlangsung sejak awal tahun 70-an, yang mendorong didirikannya rumah sakit yang khusus menangani masalah. Keseriusan masalah ini tampak dari semakin meningkatnya jumlah individu yang menyalahgunakan dan mengalami ketergantungan zat dari tahun ke tahun.
Penyalahgunaan dan ketergantungan zat sendiri menimbulkan banyak masalah, baik pada individu yang bersangkutan maupun lingkungan sosialnya. Masalah yang umumnya terjadi adalah masalah kriminalitas serta perilaku pemakaian zat yang beresiko tinggi untuk terkena penyakit menular. Diagnosis yang tepat terhadap individu yang mengalami gangguan yang berhubungan dengan zat ini terkadang sulit ditegakkan karena zat yang dikonsumsi dapat menyebabkan sindrom neuropsikiatrik yang sulit dibedakan dengan gangguan psikiatrik umum tanpa penyebab yang jelas.
Dengan melihat tingginya faktor resiko dari penggunaan dan penyajahgunaan zat serta tidak mudahnya penentuan diagnosis yang tepat pada penyalahgunaan zat ini,perlu dilakukan usaha-usaha yang dapat bemianfaali, khususnya dalam institusi kesehatan. Institusi kesehatan inilah yang umumnya meniadi ternpat pcrtama yang dipilih okh individu yang mengalami gangguan yang berhubungan dengan zat untuk mencari pertolongan.
Dalam usahanya untuk mendapatkan pemahaman mengenai masalah yang dialami oleh penyalah guna zat, para praktisi berusaha mendapatkan data melalui beberapa cara, salah satunya adalah teknik wawancara (interview). Institusi kesehatan yang ada saat ini menuntut pelayanan kesehatan dengan waktu dan biaya minimum namun memperoleh informasi maksimum, dan ini bisa diperoleh melalui teknik Wawancara terstruktur.
Penelitian ini berupaya untuk melakukan konstruksi panduan wawancara terstruktur untuk individu dengan gangguan yang bethubungan dengan zat. Panduan wawancara berstuktur ini pada dasarnya merupakan alat yang berisi sejumlah pertanyaan atau item yang harus direspon oleh individu yang menjadi subyek penelitian. Dengan panduan wawancara terstuktur ini, diharapkan pewawancara mendapatkan gambaran yang komprehensif mengenai gangguan yang dialami oleh individu dalam waktu yang relatif singkat. Pendekatan ini bersumber dari konsep bahwa gangguan psikiatrik menampakkan diri melalui suatu set karakeristik berupa
tingkah laku; penyebab yang dapat diprediksi rcspon terhadap perlakuan terrentu; dan
seringkali adanya pemunculan yang sama dalam suatu keluarga (DSM-IV, 1994 dalam Othmer & Othmer, 1994).
Melalui pcndekatan ini, individu yang mengalami gangguan yang berhubungan dengan zat dimotivasi untuk mendeskripsikan masalah yang dialami dcngan detil. Mereka diminta untuk menerjemahkan persepsi terhadap keluhan, disfungsi serta tingkah laku mereka ke dalam sign dan simtom untuk diagnosis deskriptif yang akan diklasifikasikan ke dalam kategori diagnostik yang telah disusun sebelumnya. Selanjutnya, individu juga dievaluasi riwayat psikososialnya, termasuk penyesuaian diri serta kemampuannya dalam menghadapi masalah.
Hasil akhir dari penelitian ini adalah sebuah instrumen “Panduan wawancara Terstruktur untuk Individu dengan Gangguan yang Berhubungan dengan Zat’, serta sebuah manual instrumen yang dibuat untuk memberi petunjuk pengisian instrumen ini.
Berdasarkan analisis hasil pemeriksaan terhadap 6 subyek di Rumah Sakit Ketergantungan Obat Fatmawati Jakarta, juga dipcroleh hasil bahwa instrumen memiliki derajat persetujuan antar rafer yang tinggi dalam menegakkan diagnosis untuk gangguan yang berhubungan dengan zat.
Penelitian lanjutan perlu dilakukan unluk mendapatkan hasil konstruksi instrumen yang lebih baik, dengan mengambil jumlah subyek yang lebih banyak agar bisa dilakukan teknik uji reliabilitas yang lebih baik. Rekonstruksi terhadap bagian diagnosis aksis I sub bagian penyalahgunaan zat (substance abuse) perlu dlakukan. Karenanya, perlu didapatkan subyek penelitian yang didiagnosis mengalami gangguan tersebut. Saran lainnya adalah untuk lebih menganalisa dimensi-dimensi pertanyaan dalam instrument yang lebih baik serta menambah jumlah rater pada penelitian untuk meningkatkan obyektifitas penelitian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38471
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library