Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tjondro Prabowo
Abstrak :
ABSTRAK


Upaya mendorong fungsi intermediasi berupa ekspansi kredit, serta penerapan risiko pasar dalam perhitungan kebutuhan modal bank, menuntut tambahan modal yang memadai.

Untuk mengimbangi pertumbuhan ekspansi kredit dan kebutuhan modal untuk risiko pasar, bank tidak dapat lagi hanya mengandalkan laba di tahan (retained earning) sebagai sumber modal Salah satu sumber modal bank yang sedang marak diupayakan adalah obligasi subordinasi.

Karya akhir ini membahas tiga aspek dalam penerbitan obligasi subordinasi yaitu perubahan struktur permodalan, pengukuran risiko suku bunga atas investasi yang dananya bersumber dari obligasi subordinasi, dan imunisasi risiko suku bunga atas penerbitan obligasi subordinasi.

Hasil perhitungan pada karya akhir ini menunjukkan bahwa bila tidak ada penambahan modal, penerapan risiko pasar pada perhitungan kebutuhan modal akan menyebabkan rasio kecukupan modal pada bulan Juni 2003 turun dari 12,36% menjadi 11,97%.

Untuk memperkuat modal, BRI masih rnemiliki peluang untuk meningkatkan modal pelengkap sebesar Rp 3.562 milyar. Apabila BRI berupaya meningkatkan jumlah modal pelengkap melalui penerbitan obligasi subordinasi, maka masih terdapat peluang untuk menerbitkan surat berharga tersebut senilai Rp 1.810 milyar atau setara dengan US$ 210juta.

Pada bulan September 2003, BRI menerbitkan obligasi subordinasi senilai US$ 150 juta, yang diklasifikasikan sebagai modal pelengkap (tier 2). Penerbitan obligasi subordinasi ini telah merubah struktur permodalan BRl cukup signifikan. Jika sebelumnnya jumlah modal pelengkap hanya sebesar 23,23% dari modal inti, maka dengan adanya obligasi subordinasi jumlah modal pelengkap menjadi 51,10% modal inti.

Seluruh tambahan modal yang bersumber dari obligasi subordinasi dapat diakui sebagai modal yang memenuhi syarat (eligible capital). Akibatnya rasio kecukupan modal (CAR) meningkat menjadi 14,61%. Rasio ini telah memperhitungkan kebutuhan modal untuk risiko pasar. Jika BRI mentargetkan CAR 13,77% pada tahun 2003, maka masih terdapat kelonggaran pertumbuhan ATMR sebesar Rp 2.869 milyar.

Namun seandainya obligasi subordinasi ini diklasifikasikan sebagai modal pelengkap tan1bahan (tier 3), maka tidak seluruhnya dapat diperhitungkan sebagai modal yang memenuhi syarat. Hal ini disebabkan adanya batasan jumlah modal pelengkap tambahan maksimum 250% dari modal inti yang dialokasikan untuk. risiko pasar. Sedangkan modal inti yang dialokasikan untuk risiko pasar adalah 28,5% dari A TMR risiko pasar. Akibatnyajika rasio kecukupan modal hanya mencapai 14,24%.

Jika BRI mencoba mengunci risiko suku bunga (locking in rate) atas penerbitan obligasi subordinasi pada akhir bulan September 2003, setidaknya terdapat tiga obligasi yang kemungkinan dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Ketiga surat berharga tersebut terdiri dari obligasi Bank Mandiri, obligasi Aneka Tambang dan obligasi subordinasi Bank Negara Indonesia.

Pengukuran risiko suku bunga dari ketiga obligasi tersebut dilakukan dengan menggunakan konsep durasi, berupa pengukuran persentase perubahan harga terhadap perubahan tingkat suku bunga dan elastisitas suku bunga. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa obligasi subordinasi BNI merupakan surat berharga dengan risiko suku bunga terendali, sedangkan obligasi Aneka Tambang merupakan surat berharga dengan risiko suku bung tertinggi.

Ukuran tingkat risiko suku bunga ini belum dapat digunakan untuk menetapkan surat berharga yang dapat digunakan untuk mengimunisasi risiko suku bunga. Imunisasi risiko suku bunga dapat diul'Uf dengan menghitung ex post effective annual yield dari ketiga surat berharga tersebut pada berbagai tingkat suku bunga.

Hasil simulasi imunisasi menunjukkan bahwa pada tingkat sulru bunga pasar 7,88%, hanya obligasi Aneka Tambang yang mendekati expected yield dari obligasi subordinasi BRI. Meskipun demikian obligasi ini belum sepenuhnya dapat mengimunisasi risiko suku bunga dari obligasi subordinasi BRI, karena durasinya tidak sama persis dengan durasi atau holding period obligasi subordinasi BRI.

Durasi obligasi Aneka Tambang akan sama dengan durasi obligasi subordinasi BRI jika jangka waktu jatuli temponya adalah 6 tahun. Dengan jangka waktu itu obligasi ini bam sepenuhnya dapat mengimunisasi risiko suku bunga obligasi subordinasi BRI.
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library