Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taufiqurrahman
"Clinical Pathway (CP) Apendisititis Akut (AA) memberikan gambaran secara rinci tahap-tahap pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Implementasi CP AA di RSI Ibnu Sina Pekanbaru diharapkan dapat mengendalikan variasi proses perawatan dalam upaya meningkatkan kendali mutu dan kendali biaya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran implementasi CP AA dalam meningkatkan efisiensi biya apendiktomi pasien JKN di RSI Ibnu Sina Pekanbaru. Desain penelitian ini adalah cross sectional menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menghitung tagihan biaya pasien yang menjalani apnediktomi sebelum dan sesudah implementasi CP AA dan diolah dengan uji statistik. Pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dengan informan yang terkait dalam implementasi CP AA. Hasil penelitian terjadi pemendekan Length of Stay (LOS) secara bermakna (P<0.001) pada kelompok pasien sesudah implementasi CP dibandingkan sebelumnya. Terjadi penurunan rata-rata total biaya apendiktomi sebelum dan sesudah implementasi CP (Rp. 5.214.188.02 vs Rp. 4.436.438.37) yang bermakna (P<0.001) dengan persentase selisih 17,5%. Penurunan varian pelayanan berupa utilisasi alat kesehatan (Alkes), obat dan pemeriksaan laboratorium mempengaruhi peningkatan efisiensi biaya apendiktomi. Adanya varian dalam implementasi CP AA menjadi masukan untuk mencapai implementasi CP yang ideal. Varian berupa pengurangan pelayanan yang seharusnya diberikan kepada pasien harus ditinjaklanjuti dengan melakukan penilaian outcome pasien seperti tingakat kejadian readmission dan kondisi pasien ketika melakukan kontrol setelah pulang dari Rumah Sakit (RS).

Clinical pathway for acute appendicitis provides a detailed description of the steps of healthcare to be given to patients. Implementation of clinical pathway for acute appendicitis at Ibnu Sina Islamic Hospital Pekanbaru is expected to be able to control variations in the treatment process in an effort to improve quality and cost control.The purpose of this study aimed to see the role of implementation of clinical pathway for acute appendicitis in improving appendectomy cost efficiency in The Indonesian National Health Insurance patients at Ibnu Sina Islamic Hospital Pekanbaru. The study design was cross sectional with a quantitative approach through calculating the cost bills of patients who underwent appendectomy before and after the implementation of clinical pathway and processed with statistical tests. Qualitative approach through indepth interviews with informants who were involved in the implementation of CP. The results of the study showed shortening length of stay statistically significant as (P <0.001) in the patient group after the implementation of the clinical pathway compared to before. There was a decrease in average total costs of appendectomy before and after the implementation of clinical pathways (IDR.5.214.188.02 vs IDR.4.436.438.37) statistically significant as (P <0.001) with a percentage difference of 17.5%. Decreasing service variants in the form of the utilization of medical equipment, drug, and laboratory test affected the increase in appendectomy cost efficiency. The existence of variants in the implementation of CP can be used as input to achieve the ideal CP. Variants in the form of reducing services that should be given to patients must be followed up by evaluating patient outcomes such as readmission rates and the patient's condition when controlling after returning from the hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2010
S24774
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"ABSTRAK
Pengendali Fuzzy yang digunakan dalam aplikasi industri memiliki kelemahan jika diterapkan pads sistem yang mengandung komponen noniinier deadzone. Keluaran sistem akan memiliki galat tunak dan tanggapan waktu yang kurang baik. Berdasarkan a.nalisa keadaan tunak dapat diketahui bahwa galat tunak yang ada bila muncul dea&one dapat dihilangkan dengan menambahkan suatu nilai pada masukan Pengendali Fuzzy. Hal ini yang mendasari ditambahkannya suatu prekompensator berbasis frazy ke dalam sistem. Fuzzy Prekompensator ini dapat langsung ditambahkan ke sistem tanpa mengubah Pengendali Fuzzy yang telah ada. Dalam Tugas Akhir ini dibahas perancangan dan simulasi Pengendali Fuzzy Lapis Dua dengan menggunakan program simulasi Visual Basic versi 3.0. Lapis pertam,a adalah Fuzzy Prekompensator yang akan mengkompensasi galat tunak yang tnuneul bila ads deadzone dalam sistem. Lapis kedua adalah Pengendali Fuzzy biasa yang Bering digunakan dalam aplikasi. Ujicoba simulasi dilakukan pada enam model plant Tiga model plant or& dua yang masing-masing memilild tanggapan waktu dengan redaman kurang, redaman lcbk dan osilasi, dan tiga model plant orde tiga Pada setiap model plant diujicoba dengan tiga macam iebar dea&-one untuk besar kemiringan yang tetap, dan dengan tiga nacam besar kemiringan untuk lebar deadzone yang tetap. Masukan yang diberikaa adalah fungsi langkah. Hasil simulasi pads keenam model plant menunjukkan bahwa penambahan fuzzy Prekompensator ini dapat meaakukan perbaikan pads settling time, mengurangi overshoot dan menghilangkan galat tunak.

"
1996
S38883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"Kebutuhan akan penghematan energi telah menyebabkan dikembangkannya material yang ringan, light weight, dan proses produksi yang dapat mengurangi berat materials tanpa mengurangi kualitasnya. Salah satunya adalah pengembangan proses casting untuk membuat thin wall ductile iron (TWDI) castings. Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah menentukan jenis desain yang paling sederhana dan paling mungkin untuk diterapkan untuk membuat FCD- TWDI yang memenuhi standar sebagai bahan baku ADI- TWDI. Pada penelitian ini akan dilakukan proses pengecoran plat untuk dibuat benda uji dengan 2 (dua) buah modal desain cetakan yaitu model counter gravity casting dan model gravity casting untuk ketebalan 5, 4, 3, 2, dan 1 mm. Jenis plat yang akan dibuat adalah FCD45. Cetakan yang digunakan adalah pasir furan dengan nilai CE dijaga di atas 4,3%, sedangkan polanya akan dibuat dari kayu, proses pengecoran akan dilakukan secara vertikal dan menggunakan saluran tuang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model counter gravity casting bisa menghasilkan plat dengan jumlah nodul yang lebih banyak, persen nodularitas yang lebih tinggi, serta sifat mekanis yang lebih unggul dibandingkan dengan menggunakan model gravity casting.

The demand on energy saving has caused the development of light weight materials and the production process to reduce it is weight without reducing the quality. The development of thin wall ductile iron (TWDI) casting process is one of it. The goal of this research is to decide the most simple and possible design to be applied on making FCD-TWDI that comply the standard as ADI-TWDI raw material. On this reasearch, plate casting process will be conducted to make two specimens as design model which are counter gravity casting model and casting gravity model for variation of thickness of 5, 4, 3, 2, and 1 mm. The type of plate that will be made is FCD45. The cast used is made of furan sand with CE value maintained above 4.3%, while the pattern plate is made of wood, the casting process will be conducted vertically using pouring system. The result of this research shows that using the counter gravity casting model can produce plate with a greater number of nodul, higher nodularity percentage and better mechanical properties compare to the using of gravity casting model."
2009
S51517
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"Tesis ini membahas tentang perancangan pengukuran efisiensi kinerja program studi di perguruan tinggi. Pengukuran kinerja umumnya merupakan dasar untuk pengambilan keputusan sehingga harus mencerminkan informasi seperti efisiensi, efektivitas dan produktivitas. Dalam penelitian ini variabel input dan output yang ditetapkan, dikelompokkan berdasarkan perspektif Balanced Scorecard (BSC). Dengan menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA), efisiensi relatif dari program studi dapat diketahui. Secara keseluruhan terdapat 5 variabel input dan 9 variabel output yang menjadi parameter dalam pengukuran kinerja program studi. Berdasarkan perspektif BSC, financial 2 input-2 output, internal business process 1 input-2 output, cusomer 1 input-3 output, dan learning and growth 1 input-2 output.

This thesis discusses the design of department performance efficiency measurement at higher education. Performance measurement is generally a basis for decision making should reflect information such as efficiency, effectiveness and productivity. In this study the set of input and output, grouped by the perspective of the Balanced Scorecard (BSC). By using Data Envelopment Analysis (DEA), the relative efficiency of the department can be known. Totaly there are 5 input and 9 output that become parameters for measuring performance of department in higher education. Based on the BSC perspectives, financial get 2 inputs-2 outputs, internal business process get 1 input-2 output, customer get 1 input-3 output, finally, learning and growth get 1 input-2 output."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T30213
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"Sukuk rite! adalah salah satu instrumen pembiayaan pemerintah berdasarkan syariah dengan harga Rp 1 juta per unit dan minimal pembeHan 5 unit. Penjua1an sukuk rltel sejak pertengahan bulan Januari 2009 mengalami kemajuan yang pesat sebingga sukuk rite!terjual sebesar Rp 5,56 triliun dengan jrunlah pembeli sebesar 14.295 orang. Pada tanggal 25 Januari 2010, pemeriutah kembali menerbitkan sukuk rite! dan berbasil menyerap Rp 8,033 trillun dengan jumlah investor sebanyak 17.231 investor. Kesuksesan penjualan ini dapa!diduga bahwa adanya kepuasan pembeli sukuk ritel terdahnlu sehingga mereka membeli kembali sukuk rite! dan merekomendasfum pembelian sukuk rite!kepada orang-orang disekitarnya.
Ketertarikan nasabah terhadap sukuk rite!karena adanya atribut yaog melekat pada sukuk rite! yang membuat nasabab tertarik untuk membelinya. Salah satu prioritas perneriutah dalam meluncurkan sukuk rite!adalah adanya keunggulan sukuk rite!yang tidak ditemui dalam produk keuangan lainnya. Menurut Khrisrum et.al 1999, Keunggulan kaalitas produk keuangan menjadi faktor penting dalam mencntukan kepuasan konsumen. Rao (2005) membagi tiga kelompok atribut dalam mengukur kepuasan konsrunen yaitu kepercayaan konsurnen, kenyamanan konsurnen dan manfaat atau kaalitas produk.
Penelitian ini dibangun dalam tiga bentuk hubungan yaog diujikan terbadap 118 responden dimana responden dalam penelidan ini adalah pembeli sukuk rite! yang melakukan pembelian di satah satu bauk syariah sebagai agen penjual sukuk rite!. Metode penentuan sampel yang diganakan adalah random sampling. Analisis data yang diganakan adalah metode Structural EquaJion Model (SEM) dengan menggunakan software AMOS 7. Data yang dikrunpulkan mendukung dua dnri tiga bipotesis.
Hasil penelitian ini menunjukkan babwa vnriabel kenyamanan pembeli menjadi fuktor yang paling signifikan mernpengaruhi kepuasan pembeli sukuk ritel. Selain itu variabel kepercayaan pembeli juga turut mempengaruhl kepuasan pembali sukuk ritel. implikasi yang dapat diberikan melalui penelitian antara lain bahwa faktor bauk synriah

"Sukuk ritel" is one of the government financial instrwnents based on Sharia with the price of Rp 1 million per unit and a minimum purchase of 5 units. The sale of "sukuk ritel" has increased sharply since mid-January 2009 with the value sale of Rp 5.56 trillion where the total buyers were 14,295 persons. On 25 January 2010, the Government again released "sukuk ritel" and was able to receive Rp 8.033 trillion with the total investors of 17,231 persons. The success of the sale was predicted that the fonner buyers were satisfied and they bought again the "sukuk ritel" and also recommended other people to buy it.
The interest of customers of "sukuk ritel" was due to the attribute of "sukuk ritel" that attract the customers to buy it. One of the Government's priorities in launching "sukuk ritel" is the advantage of "sukuk ritel" that cannot be seen in other financial products. According to Khrisnan et al. (1999), the quality of financial product became the important factor in determining the consumers' satisfaction. Rao (2005) divided the attributes into three categories in measuring the consumers' satisfaction, i.e. consumers' trust, comfort, and benefit or product quality.
This research is constructed in three relation forms that are tested to 118 respondents where they are the buyers of "sukuk ritel" at one of Sharia banks as the selling agent of "sukuk ritel". It used the Structural Equation Model (SEM) Method by using the software of AMOS 7. The data collected support two out of three hypotheses.
The result showed that the variable of buyers' comfort became the most significant factor in affecting the "sukuk ritel" customers' satisfaction. In addition, the variable of buyers' trust also influenced the "sukuk ritel" customers' satisfaction. Implication of"tbis research is that the factors of Sharia bank as the selling agent of "sukuk ritel" and "sukuk ritel" as the government financial product determine the success sale of "sukuk ritel".The potency of society as the buyers of "sukuk ritel" is relatively big; however, the government and Sharia financial institutions still need to socialize it broadly because there are many buyers and society who still do not understand the product of "sukuk ritel".
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33485
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"Bardasarkan Pasal 10 UU No.36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi menegaskan adanya larangan praktek yang menjurus kearah monopoli dan persaingan usaha tidak sehat diantara pengusaha penyelanggara telekomunikasi. Hal ini sejalan dengan asas yang terkandung di dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Menurut Undang-Undang tentang Telekomunikasi, jasa instalasi dilaksanakan oleh Penyelenggara Telekomunikasi. Siapa saja penyelenggara telekomunikasi, dinyatakan di dalam Pasal 8 dengan peraturan pelaksanaannya diatur di dalam PP No. 52 Tahun 2000. Penyelenggara tersebut adalah pengusaha yang berbadan hukum, tetapi juga dapat dilakukan oleh pengusaha perorangan. Perekrutan pengusaha sebagai penyelenggara telekomunikasi oleh PT. Telkom Tbk., lazimnya dibuat perjanjian dengan memuat kesepakatan-kesepakatan yang dituangkan secara tertulis dan tidak tertulis. Perjanjian kerja yang dibuat dengan tidak tertulis inilah yang menjadi peluang adanya praktek persaingan usaha tidak sehat. Pengusaha cenderung membuat penetapan harga jasa maupun barang, melalui perjanjian tidak tertulis, dapat diduga agar sulit dilacak sekalipun oleh pihak berwenang yaitu KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha), sekalipun terdapat laporan, KPPU tidak dapat bertindak diluar kewenangannya sebagaimana peran penyidik. Dari sudut pandang dua Peraturan yaitu UU No. 5 Tahun 1999 dan UU No. 36 Tahun 1999, terjadi dualisme dalam menghadapai satu permasalahan mengenai penetapan harga. Menurut UU No. 5 Tahun 1999 perjanjian mengenai penatapan harga adakalanya dapat diterapkan pendekatan perse illegal atau rule of reason.atau keduanya. Demikian juga menurut UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, yang dikenal dengan pendekatan bundling service dan unbundling service.

AArticle 10 of Law 36 of 1999 on Telecommunications confirms the prohibition of the practice that leads towards monopoly and unfair competition among telecommunications carriers entrepreneurs. This is in line with the principles contained in the Law no. 5 in year 1999 on Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition. According to the Law on Telecommunications, installation service carried out by the Telecommunication Providers. Anyone telecommunications operator, expressed in Article 8 of the implementing regulations set in PP. 52 of 2000. The organizers are incorporated businesses, but can also be done by an individual entrepreneur. In the recruitment of employers as providers of telecommunications by PT. Telkom Tbk., typically made agreements that containing the written and unwritten. Employment agreement made with the unwritten that is the opportunity for unfair business practices. Employers tend to make the pricing of goods and services through an unwritten agreement, it can be presumed that difficult to trace even by the authorities that the Commission (KPPU), though there is a report, the Commission can not do outside the authority, which should investigator. From the point of view of the two regulations, namely Law no. 5 of 1999 and Law no. 36 In 1999, there was a duality in the face of the existing problems. According to Law no. 5 In year 1999 an agreement on price fixing is sometimes applied approach illegal per se or rule of reason or both. Similarly, according to Law no. 36 of 1999 on Telecommunications, as known as service bundling and unbundling approach to service."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S53182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"Kemiskinan masih menjadi permasalahan yang dihadapi Indonesia sampai saat ini. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi adalah pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Dalam literatur ekonomi, masih terdapat perdebatan dimana literatur yang tersedia belum memberikan simpulan yang jelas tentang bagaimana kebijakan berbasis tempat seperti KEK dapat memengaruhi kesejahteraan. Penelitian ini menganalisis dampak dari keberadaan KEK terhadap tingkat kemiskinan. Dengan menggunakan data pada tingkat kabupaten dan kota dari tahun 2005 sampai dengan 2021, penelitian ini menggunakan metode synthetic control untuk mengestimasi dampak dari keberadaan KEK terhadap tingkat kemiskinan pada masing-masing kabupaten/kota yang memiliki KEK dan membandingkannya dengan counterfactual kabupaten/kota tersebut, yaitu synthetic dari kabupaten/kota yang tidak memiliki KEK di wilayahnya. Hasil penelitian ini menemukan bahwa dari 8 (delapan) kabupaten/kota yang memiliki KEK, keberadaan KEK memiliki dampak yang bervariasi terhadap tingkat kemiskinan, dimana terjadi peningkatan kemiskinan pada 4 kabupaten/kota dan penurunan tingkat kemiskinan pada 4 kabupaten/kota lainnya dengan rentang -2,426 sampai 1,231 persen.

Poverty remains a problem that Indonesia continues to face today. One effort made by the government to achieve economic growth and equality is the development of Special Economic Zones (SEZs). In economic literature, there is still debate, as the available literature still needs to provide a clear conclusion on how place-based policies such as SEZs can affect well-being. This research examines the impact of the existence of SEZs on poverty levels. By using data from 2005 to 2021 at the district and city level, this research uses the synthetic control method to estimate the impact of SEZs on poverty levels in each district/city with SEZs. It compares it with the counterfactual district/city, a synthetic of districts/cities that do not have SEZs in their region. The results of this study found that of the eight districts/cities that have SEZs, the existence of SEZs has a varying impact on poverty levels, with an increase in poverty in four districts/cities and a decrease in poverty in the other four districts/cities with a range of -2.426 to 1.231 percent."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"Kurs riil yang lemah (undervalued) untuk mendukung pertumbuhan ekonomi merupakan jargon yang banyak didengar selama orde baru, dan dalam dunia internasional juga ditunjukkan oleh perkembangan China saat ini. Namun dalam teori pertumbuhan neoklasik yang diawali oleh Solow dan dilanjutkan berbagai peneliti lain, ternyata kurs riil tidak dimasukkan dalam faktor pertumbuhan. Dan ternyata berbagai penelitian menunjukkan pendapat yang berbeda-beda tentang pengaruh kurs yang melemah terhadap pertumbuhan ekonomi.
Penelitian ini mencoba melihat bagaimana pengaruh ketidaksesuaian kurs terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa 1980 - 2010. Dalam rentang waktu tersebut Indonesia mengalami dua fase ekonomi dengan berbagai perbedaan di dalamnya yang dipisahkan oleh structural break berupa krisis ekonomi 1998.
Hasil penelitian ini menunjukkan ternyata pada rentang 1980 - 1998 ketidaksesuaian kurs mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan bernilai negatif, yang berarti semakin rupiah undervalued maka pertumbuhan PDB semakin rendah. Sedangkan pada periode setelah 1998, yaitu 2000 - 2010 ketidaksesuaian kurs tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

The weak real exchange rate to support economic growth is a slogan that was widely heard during the New Order era, and in the international world, it is also shown by China's current development. However, in neoclassical growth theory, which was initiated by Solow and continued by various other researchers, the real exchange rate is not included as a growth factor. And various studies have shown different opinions about the effect of a weakened exchange rate on economic growth.
This study attempts to look at how the misalignment  between the exchange rate and economic growth in Indonesia during the period of 1980-2010. During this period, Indonesia experienced two economic phases with various differences that were separated by a structural break in the form of the 1998 economic crisis.
The results of this study indicate that in the period of 1980-1998, the misalignment  between the exchange rate and economic growth has a negative impact, which means that the more undervalued currency, the lower GDP growth. Meanwhile, in the period after 1998, namely 2000-2010, the misalignment  between the exchange rate and economic growth did not affect economic growth.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufiqurrahman
"Penelitian ini mengkaji arca dewa yang masih diragukan identitasnya, namun diduga merupakan perwujudan dewa Wisnu yang dikenal dengan nama Wisnu Adimurti dan Wisnu Anantasayana. Arca yang diduga merupakan arca Wisnu Adimurti berasal dari Museum Nasional Jakarta, dan arca yang diduga merupakan arca Wisnu Anantasayana berasal dari Museum Radya Pustaka Solo. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengungkap kesesuaian ikonografi arca Wisnu Adimurti dan Wisnu Anantasayana dengan ketentuan Hindu India. Metode yang digunakan adalah perbandingan ciri-ciri ikonografi baik antara arca MNJ dengan MRS maupun antara kedua arca tersebut dengan ketentuan India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh arca dari Museum Nasional Jakarta memiliki kecocokan dengan dengan ketentuan India Wisnu Adimurti, dan tokoh arca dari Museum Radya Pustaka memiliki kecocokan dengan ketentuan India Wisnu Anantasayana. Kedua tokoh arca itu berbeda satu sama lain karena ciri utama yang dimiliki oleh arca MNJ dan ciri yang dimiliki arca Museum MRS tidak sama. Arca MNJ digambarkan dengan posisi duduk memegang cakra dengan ular naga Ananta di bawahnya, sedangkan arca MRS digambarkan dengan posisi berbaring di atas padma dengan ular naga yang terletak di belakang tokoh utama. Demikian pula arca MNJ dan arca MRS memiliki perbedaan dengan ketentuan India karena faktor imajinasi dan pengalaman seniman lokal, dan memiliki kesamaan karena faktor pedoman atau acuan penggambaran sosok dewa Wisnu dalam agama Hindu

This research examines statues of deities whose identity is still doubtful, but which are thought to be the embodiment of the god Vishnu, known as Wisnu Adimurti and Wisnu Anantasayana. The statue which is thought to be the statue of Wisnu Adimurti comes from the Jakarta National Museum, and the statue which is suspected to be the statue of Wisnu Anantasayana is from the Solo Radya Pustaka Museum. This study aims to identify and reveal the suitability of the iconographic statues of Wisnu Adimurti and Wisnu Anantasayana with the provisions of Hindu India. The method used is a comparison of the iconographic features between the MNJ and MRS statues and between the two statues with Indian regulations. The results showed that the figures from the Jakarta National Museum match the provisions of India Wisnu Adimurti, and the figures from the Radya Pustaka Museum match the provisions of India Wisnu Anantasayana. The two figures of the statues are different from each other because the main characteristics of the MNJ statue and the characteristics of the MRS Museum statue are not the same. The MNJ statue is depicted in a sitting position holding the chakra with the dragon snake Ananta underneath, while the MRS statue is depicted lying on a lotus position with the dragon snake behind the main character. Likewise, the MNJ statue has differences with the Indian provisions due to the imagination and experience of local artists, and has similarities due to the guideline or reference for the depiction of the figure of Lord Vishnu in Hinduism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>