Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tanti
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang bahaya NPS (New Psychoactive Substances) yang dapat menyebabkan penurunan kualitas generasi muda dan metode pencegahannya. Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam. Penelitian ini memperoleh data dari Badan Narkotika Nasional dan melakukan wawancara mendalam terhadap informan yang memiliki pengetahuan yang cukup, mengerti dan paham tentang NPS (New Psychoactive Substances), informan yang ahli dalam bidang kepemudaan dan kepemimpinan, psikolog dan pemerhati (LSM). Jumlah informan sebanyak 13 orang. NPS (New Psychoactive Substances) merupakan senyawa atau zat yang disalahgunakan baik dalam bentuk murni atau sediaan yang tidak dikontrol oleh 1961 Single Convention on Narcotics Drugs atau 1971 Convention on Psychotropics Substances yang dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan manusia. NPS merupakan analog dari Narkoba dengan memiliki struktur kimia yang mirip dengan NPS sehingga mempunyai efek yang sama atau mirip atau lebih berbahaya atau lebih dahsyat daripada narkoba tergantung dari jenis NPSnya. Sehingga dampak NPS bahayanya sangat mengancam kualitas generasi muda, dimana penyalahgunaan NPS dapat menyebabkan penurunan fungsi otak sekitar 60%. Apalagi di Indonesia peredaran NPS masih bebas karena belum semua NPS diatur dalam peraturan Undang-undang. Banyak yang belum tau tentang NPS baik efek maupun nama jalanannya sehingga penyalahgunaannya karena ketidaktahuan dan ditawarkannyapun dengan nama samaran.(193). Metode pencegahan beredarnya NPS dikalangan generasi muda adalah sosialisasi dengan memberikan edukasi kepada generasi muda tentang bahaya NPS, pendidikan sejak usia dini melalui sekolah, peran keluarga dan lingkungan dalam pencegahan, mengatur regulasi NPS di Indonesia ,melakukan kerjasama dengan semua stakeholders dalam rangka pencegahan beredarnya narkoba NPS dan juga melakukan pengawasan pada pintu perbatasan yang dicurigai sebagai pintu masuknya NPS di Indonesia.
This thesis discusses the dangers of NPS (New psychoactive Substances) that can lead to a decrease in the quality of the young generation and methods of prevention. The approach of this study used a qualitative approach by conducting in-depth interviews. This study obtained data from the National Narcotics Agency and conduct depth interviews with informants who have sufficient knowledge, know and understand about the NPS (New psychoactive Substances), informants who are experts in the field of youth and leadership, psychologists and observers (NGOs). The number of informants as many as 13 people. NPS (New psychoactive Substances) is a compound or substance that is abused either in pure form or dosage that is not controlled by the 1961 Single Convention on Narcotics Drugs or the 1971 Convention on Psychotropics Substances that may pose a threat to human health. NPS is an analog of the drug to have a chemical structure similar to the NPS so as to have the same or similar effect or a more dangerous or more powerful than the drugs depends on the type of NPSnya. So the danger is threatening the NPS impact the quality of the young generation, which the NPS abuse can cause a decrease in brain function is about 60%. Especially in Indonesia circulation NPS still free because not all of the NPS is regulated in the Act. Many who do not know about NPS good effect and name the streets so that its misuse due to ignorance and ditawarkannyapun with a pseudonym. (193). NPS circulation prevention methods among young people is socialization with educating young people about the dangers of NPS, education from an early age through the school, the role of family and the environment in the prevention, arranging NPS regulations in Indonesia, to cooperate with all stakeholders in order to prevent the circulation of drugs NPS and also conduct surveillance on suspected border gate entrance NPS in Indonesia.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti
Abstrak :
Telah dilakukan penelitan tentang pengaruh aglomerasi air - minyak bumi terhadap peningkatan nilai kalori, penurunan kadar abu dan sulfur pada batubara jenis Sub Bituminus Muaro Bungo, Jambi. Variasi padatan 10%, 20% dan variasi persentase minyak bumi yang digunakan dalam proses aglomerasi (10%, 50% dan 100%) dianalisa untuk menghasilkan aglomerasi yang optimal. Diperoleh adanya pengaruh proses aglomerasi terhadap peningkatan nilai kalori dan kadar karbon batubara, sementara itu kadar abu mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hasil proses aglomerasi terbaik terdapat pada sampel SB50P100C50 dengan peningkatan nilai kalori sebesar 39.68% (dari 5459 kal/gr menjadi 7478 kal/gr), dan kadar abu mengalami penurunan sebesar 58.37% (dari 6.39% menjadi 2.66%). Sehingga dengan proses aglomerasi dihasilkan produk briket yang ramah lingkungan. ......Water-Crude Oil agglomeration method has been investigated for increasing calorie index, dust and sulfur content of coal sub-bituminous type Muara Bungo Jambi. For optimizing agglomeration process used compact variation of Coal (10%, 20%) and crude present variation (10%, 50%,100). Increasing calorie index, carbon content of Coal and decreasing dust content because of the influence agglomeration process. A sample SB50P100C50 was optimum result with increase calorie index 39.68% (from 5459 kal/gr to 7478 kal/gr), and decrease dust content of coal 58.37% (from 6.39% to 2.66%). Agglomeration methode was resulted environtmentally friendly briquet.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21494
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rias Tanti
Abstrak :
Pidana penjara merupakan pidana perampasan atau pembatasan kemerdekaan seseorang. Menjalani kehidupan dalam penjara adalah sebuah konsekuensi bagi seseorang yang setelah melalui proses peradilan terbukti secara sah melakukan tindakan yang salah atau bertentangan dengan hukum yang berlaku dalam suatu negara. (Bawengan, 1979) Di Indonesia, sistem pemidanaan yang berlaku adalah sistem pemasyarakatan. Istilah pemasyarakatan secara resmi menggantikan istilah kepenjaraan sejak tanggal 27 April 1964. Tujuan akhir pemidanaan menurut Sistem Pemasyarakatan adalah mengembalikan warga binaan pemasyarakatan ke tengah masyarakat dan berperan aktif dalam pembangunan. Sedangkan visi pemasyarakatan adalah memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan warga binaan pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Visi Pemasyarakatan tersebut secara ringkas dirumuskan sebagai "Membangun Manusia Mandiri". (Sujatno, 2004). Hal yang sangat penting untuk menunjang kemandirian seseorang adalah bekerja. Oleh karena itu, pembinaan di lembaga pemasyarakatan (selanjutnya disebut Lapas) dan rumah tahanan negara (selanjutnya disebut Rutan) pun menempatkan pembinaan kerja atau pembinaan kemandirian sebagai hal yang utama. (Sujatno, 2003) Selain itu, dalam kehidupan manusia, bekerja mempunyai makna eksistensial, berhasil atau gagal, dan tinggi rendahnya kualitas hidup manusia ditentukan oleh pekerjaannya. Tidak ada kesuksesan, kebaikan, manfaat atau perubahan dari keadaan buruk menjadi baik kecuali dengan kerja menurut bidangnya musing-musing. (Asifudin, 2004) Karena pentingnya keberadaan kerja dalum hidup manusia maka usaha memberikan bekal keterampilan kepada narapidana pun menjadi penting. Pemberian bekal keterampilan dimaksudkan agar narapidana dapat bekerja dan mampu bertahan dalam persaingan memperebutkan kerja di tengah persaingan yang makin kompetitif. Ubaidillah dalam sebuah artikelnya di situs e-psikologi.com menyatakan bahwa umumnya lapangan pekerjaan apapun menuntut penguasaan dua keahlian yang bisa dikategorikan dalam keahlian kerja dan keahlian mental. Keahlian mental merupakan kondisi yang ada di dalam pikiran seseorang (happens in the mind) tetapi akibatnya berupa apa yang akan diterima di dalam hidup (exists in your life). Secara fisik eksternal, mulanya tidak berbeda antara orang mengatakan "Saya bisa" dan yang mengatakan "Saya tidak bisa. Tetapi pada akhirnya akan menghasilkan akibat yang sangat membedakan. Keahlian mental sendiri kalau dirujukkan pada pendapat Gandhi tentang sikap orang terhadap pekerjaan dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu: orang yang bermentalitas mengambil kredit (to take in order to get), minimalistis, dan orang yang menciptakan pemenuhan tanggung jawab hidup (to create in order to get). Keahlian kerja seperti yang dimaksud oleh Ubaidillah diatas, dalam tugas akhir ini selanjutnya disebut sebagai keterampilan teknis (technical skills) dan keahlian mental disebut sebagai keterampilan mental, yang dalam kelompok kecakapan hidup (life skills).
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T18783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Tanti
Abstrak :
Etiologi gangguan sendi temporomandibula adalah kompleks dan multifaktorial. Selama ini diagnosa ditegakkan berdasarkan tanda klinis dan gejala. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu indeks berdasarkan etiologi dalam penetapan diagnosis, sehingga pencegahan dan perawatan yang tepat dapat dilaksanakan. Penelitian dibagi dalam dua tahap. Pertama, tahap kualitatif eksploratif melalui konsep konsensus pakar untuk menentukan variabel dan indikator yang diduga menjadi penyebab gangguan sendi temporomandibula dan akan digunakan pada kuesioner etiologi gangguan sendi temporomandibula. Tahap ke dua penelitian kuantitatif, pembuatan indeks berdasarkan etiologi gangguan sendi temporomandibula, menggunakan baku emas RDC/TMD dengan desain kasus kontrol. Dihasilkan indeks yang mudah, sederhana, dan akurat untuk memprediksi etiologi gangguan sendi temporomandibula. Indeks tersebut terdiri atas stres, kebiasaan buruk, jenis kelamin, dan free way space yang merupakan bagian dari faktor maloklusi. Komponen kebiasaan buruk dan komponen stres diukur menggunakan kuesioner yang didapat dari proses ekploratif kualitatif. Kuesioner ini adalah valid (sahih) dan reliable (andal) untuk digunakan dalam penentuan etiologi gangguan sendi temporomndibula. ......The etiology of temporomandibular disorders is complex and multifactorial. Usually diagnosis was done by clinical signs and symptoms. The purpose of this research is to produce an index based on etiology so early prevention and prompt treatment can be done. This study was divided in two stages. Firstly the qualitative explorative concept. It was done to get a consensus between the experts to define variables and indicators that were suspected as the causes of temporomandibular disorders. The variables and indicators will be used in the questionnaire based on the etiology of Temporomandibular disorders. Then, followed by a quantitative study with case-control design using the RDC/TMD as a gold standard, producing an easy, simple, and accurate index to predict the etiology of temporomandibular disorders. Included in this index are stress, bad habits, gender, and free way space which is a part of a malocclusion. Bad habit and stress could be measured by using a questionnaire which was obtained from a qualitative explorative study. This questionnaire is valid and reliable in the determination of the etiology of temporomandibular disorders.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Tanti
Abstrak :
ABSTRAK
Fractures of the neck of condyle usually are the result of a blow to the mandible. A lateral blow to the body of the mandible commonly cause a contralateral condylar fracture. There are many signs and symptoms of a condylar fracture, for example crepitation, deviation of the mandible to the side of injury, and spasm of the associate group of muscles. These will result in a functional disability, which is usually seen as a limited mandibular movement. This paper reported a patient with a fracture of the right condylar neck. Patient had been treated with closed reduction and immobilization for 2 months. After that, she felt that her bite was charged, she could not occlude her teeth well, and she had clicking sound in the right joint when she opened her mouth. Besides that, patient had difficulties to move the mandible to the left side, and she could not open her mouth widely. The patient was treated with a repositioning splint and she had to do some jaw exercises. The purposes were to regain the position of condyle, to reduce the muscle spasm and finally got the normal jaw movement.
Journal of Dentistry Indonesia, 2006
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library