Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Annisa
Abstrak :
Sebagian besar pemanfaatan hiu dan pari di Indonesia masih bersifat ekstraktif. Hal tersebut meningkatkan ancaman terhadap keberadaanya yang ditunjukkan dengan penurunan populasinya. Padahal ada jenis pemanfaatan lain yaitu pemanfaatan nonekstraktif berupa ekowisata hiu dan pari. Penelitian ini membandingkan nilai ekonomi kegiatan ekowisata hiu dan pari dengan nilai ekonomi yang diberikan oleh kegiatanperikananya, di lokasi target penangkapan yaitu di Meulaboh, Takalar dan Tanjung Luar. Nilai ekonomi ekstraktif didapatkan dari nilai pasar dengan data Surat Rekomendasi KKP sedangkan non-ekstraktif diberikan dalam bentuk use value melalui metode TCM, dan non-use value menggunakan CVM. Rasio antara nilai perikanan dengan estimasi nilai rekreasi yaitu 1:33, 1:28 dan 1:2,7 untuk masing-masing lokasi Meulaboh, Takalar, dan Tanjung Luar. Dengan demikian, ekowisata hiu dan pari jelas dapat menjadi alternatif kegiatan penangkapan hiu dan pari di lokasi-lokasi yang menjadikan mereka sebagai target penangkapan. Temuan lainnya yaitu estimasi rata-rata nilai konservasi dari keberadaan hiu dan pari yang sebanyak Rp. 105.403/orang. ......Most of the use of sharks and rays in Indonesia is still largely extractive. Those situation increased the threat to their existence as indicated by the decline in their population. This study compares the economic value of sharks and rays ecotourism with the economic value from extractive use, in target fishing locations, Meulaboh, Takalar and Tanjung Luar. The extractive economic value is obtained from the market value using KKP Surat Rekomendai data, while non-extractive is given the use value through the TCM method, and non-use value using CVM. The ratio between fishery value and recreation value estimation is 1:33, 1:28 and 1:2,7 for Meulaboh, Takalar, and Tanjung Luar locations, respectively. Thus, sharks and rays ecotourism can clearly be an alternative for sharks and rays fishing activities in locations where they are targeted for capture. Another finding is the estimated average conservation value of the presence of sharks and rays, is Rp. 105.403/person.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Annisa
Abstrak :
Pengujian aktivitas antifeedant dari ekstrak metanol Culcita novaeguineae telah dilakukan di terumbu karang buatan, Perairan Pulau Pramuka, selama tujuh hari berturut-turut. Metode penelitian adalah ekstraksi dengan maserasi menggunakan metanol, selanjutnya ekstrak metanol dicampurkan dengan makanan ikan komersial dan jeli untuk dilakukan uji lapangan. Konsentrasi fisiologis ekstrak Culcita novaeguineae yang diperoleh adalah 0,014 g/ml, sedangkan persentase ekstrak metanol Culcita novaeguineae yaitu 1,7%. Uji lapangan dilakukan dengan menambatkan tali propilen pada terumbu karang buatan. Data pengujian antifeedant yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis chi-square. Hasil perhitungan chi-square menunjukkan terdapat asosiasi antara pakan perlakuan dengan perilaku memakan ikan sebesar 180,3. Dengan demikian, ekstrak metanol Culcita novaeguineae memiliki sifat antifeedant.
Antifeedant activity assay of methanol extract from Culcita novaeguineae has been done in artificial reefs, Pramuka Island water, for seven days. The method used is extraction by maceration with methanol, furthermore, methanol extract was mixed with commercial fish food and jelly for field experiment. Physiological concentration of extract Culcita novaeguineae obtained was 0.014 g / ml, whereas the percentage from methanol extract of Culcita novaeguineae was 1,7%. Field experiment conducted with propylene strap that tethered on artificial reefs. The data of antifeedant assay in field obtained were analyzed using chi-square test. Calculation showed there is association between artificial food and feeding behavior from fish with value 180,3. The result evince that methanol extract of Culcita novaeguineae have antifeedant activity.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Annisa
Abstrak :
ABSTRAK
Pada kampung kota banyak dijumpai warga yang memperluas aktivitas huniannya ke jalan dan melakukan aktivitas ekonomi informal. Dalam skripsi ini saya mencoba mengungkap transformasi dari ruang perluasan aktivitas hunian ke jalan yang menyebabkan munculnya aktivitas ekonomi informal, serta faktor dan kondisi tertentu yang memungkinkan transformasi terjadi. Dengan menggunakan teori aktivitas ruang luar Gehl (1971), saya mengklasifikasi aktivitas hunian yang diperluas keluar rumah. Teori Hillier (1996) mengenai konfigurasi spasial, saya gunakan untuk melihat perluasan ruang mana yang membentuk konfigurasi spasial. Hasil analisis tersebut lalu saya bandingkan dengan pemetaan keberadaan ekonomi informal untuk melihat konfigurasi mana yang terdapat banyak aktivitas ekonomi informal. Simpulan menunjukkan bahwa ekonomi informal muncul di ruang yang terkonfigurasi secara spasial. Namun tidak semua perluasan aktivitas hunian dapat berkonfigurasi secara spasial, terdapat kondisi tertentu yang menyebabkan ruang terkonfigurasi dan pada akhirnya memunculkan aktivitas ekonomi informal.
ABSTRACT
This study is based on the phenomena on the behaviour of residents of kampung kota in extending their housing activity to the street and the existence of informal economy activities in kampung kota. In this study I will try to unravel the spatial transformation as a result of extended housing activity which also makes informal activity viable, as well as significant condition that makes the transformation possible. By using Gehl’s Theory (1971) about Outdoor Activities, the extended housing activities which undertaken outside the house were categorised. Then, Hillier’s Theory on Spatial Configuration was used to define which activity will form spatial configuration. The results of the analysis and mapping were compared to the mapping of existence of the informal economy both permanent or mobile. The comparison was conducted to see which informal economic activity produces spatial configuration and vice versa. In conclusion, it is shown that informal economic activity appears on areas that bound to define by spatial configuration. But this spatial configuration will only formed by specific condition of extended housing activity and ultimately led to informal economic activity.
2014
S56978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library