Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syefri Luwis
Abstrak :
Pencetakan uang NICA (Netherlands Indies Civil Administration) adalah salah satu upaya dari Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Dengan mencetak dan mengedarkan uang tersebut, mereka berharap dapat kembali menguasai perekonomian dan perbankan di negeri bekas jajahannya dahulu. Uang ini dicetak pada tahun 1943. Pada periode tersebut Belanda berusaha keras mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan kembali koloninya tersebut, meski tidak pernah berhasil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sebab dan dampak dari pencetakan dan pengedaran uang NICA. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapanyaitu (1) Heuristik; (2) verifikasi; (3) interpretasi; dan (4) historiografi. Hasil dari penelitian menunjukan pencetakan uang NICA disebabkan oleh kepercayaan diri Belanda yang sedemikian besar akan kembali berkuasanya mereka atas Indonesia setelah Jepang menyerah kalah terhadap sekutu. Akan tetapi, mereka tidak pernah menyangka bahwa bekas koloni yang dahulu bernama Hindia Belanda tersebut ternyata telah menjadi sebuah negara yang merdeka yang bernama Indonesia. Belanda juga tidak pernah menyangka bahwa rakyat Indonesia menolak menggunakan uang NICA meski diancam oleh mereka. Rakyat Indonesia lebih memilih Oeang Republik Indonesia atau ORI dalam kegiatan ekonominya. Berbagai upaya politik, militer dan ekonomi moneter dilakukan Belanda untuk kembali berkuasa di Indonesia. Hal tersebut gagal dan Indonesia tetap merdeka hingga sekarang ini.   
The printing of NICAs (Netherlands Indies Civil Administration) note was one of the Dutch effort to control its former colony, Indonesia.  By printing and circulating the money, they hope to regain control of the economy and banking. The notes was circulated from 1945-1949. During this period, the Dutch do whatever it takes to captured its their colonies again. This study aims to analyze the causes and effects of the printing and circulating on NICAs money. This research uses a historical method which consists of four stages, namely (1) heuristic; (2) verification; (3) interpretation; (4) historiography. The result of this study shows that the printing of NICA money was based on the Dutch over confidence that they would return their power over Indonesia after Japan loss and surrendered to allies. However, they never thought that the former colony, formerly known as the Dutch East Indies, had turned out to be an independent country called Indonesia. The Netherlands also never thought that the Indonesian people refused to use NICAs note even though they were threatened. The Indonesian people prefer Oeang Republik Indonesia or ORI in their economic activities. Dutch used various economic, monetary, military and political efforts to control Indonesia again. It was a complete failure and Indonesia remained independent until now.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T53676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syefri Luwis
Abstrak :
Penelitian mengenai pemberantasan penyakit pes di wilayah Malang pada tahun 1911 ? 1916 ini ditujukan untuk melengkapi penulisan tentang sejarah kesehatan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan sumber-sumber tertulis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wabah pes yang terjadi di daerah Malang dan sekitarnya pada tahun 1911-1916 ini adalah wabah pes yang pertama kali melanda Hindia Belanda. Bersamaan dengan munculnya wabah ini, tahun 1911, Burgerlijken Geneeskundigen Dienst, Dinas Kesehatan Masyarakat, dibentuk. Tugas pertama dari dinas ini ialah memberantas penyakit ini. Penyakit ini berasal dari tikus yang terinfeksi basil pes dan disebarkan melalui gigitan kutu tikus yang menggigit manusia. Penyakit ini menyerang wilayah Malang dan sekitarnya karena wilayah ini lebih sejuk dari wilayah lain. Malang sendiri berada 442 meter di atas permukaan laut. Sehingga basil penyakit dapat bertahan hidup lebih lama dari pada di daerah yang berudara lebih panas. Pada tahun 1914, wabah pes mencapai puncaknya. Lebih dari 15.000 orang meninggal dunia. BGD kemudian membentuk satu dinas khusus untuk memberantas wabah ini. Pada tahun 1915 Dienst der Pestbestriding, Dinas Pemberantasan Pes, dibentuk. Dengan adanya dinas ini, korban penyakit ini bias ditekan hingga seminim mungkin. Dampak yang terjadi bagi daerah Malang dan sekitarnya akibat wabah ini adalah menyusutnya jumlah penduduk karena menjadi korban dari penyakit ini, semakin meningkatnya usaha pengobatan secara modern, diungsikannya penduduk ke barak-barak, pembongkaran dan perbaikan rumah agar terbebas dari wabah penyakit. Selain itu akibat dari wabah ini, kota Malang berhasil dibentuk pada tahun 1914. Pada tahun 1916, jumlah korban dari wabah penyakit ini turun hingga mencapai 595 orang. Hal ini membuat wilayah Malang dan sekitarnya dianggap telah bebas dari wabah penyakit pes ini.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12663
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library