Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Syahrul Munir
Abstrak :
Tesis ini membahas orkes dangdut gerobak yang seringkali diasosiasikan dengan kalangan kelas bawah dan tindakan pelecehan seksual, erotisme, dan kriminalitas. Konstruksi pemaknaan negatif tersebut dimunculkan melalui narasi yang dibangun oleh media mainstream, yakni film dan media massa. Bermula dari konstruksi pemaknaan terhadap musik dangdut yang dipandang sebagai musik kelas bawah, hingga praktek konser langsung orkes dangdut yang ditampilkan oleh biduan dangdut yang cenderung menonjolkan beberapa anggota tubuhnya. Atributisasi sebagai pengamen juga membuat kelompok ini dilarang eksis di ruang publik. Dengan berbagai argumentasi dan kreativitas, Uca dan kelompok orkes dangdut gerobak Pelangi sedang bernegosiasi dengan aparat pemerintah daerah agar mereka tetap eksis di ruang publik untuk mencari nafkah dengan cara menolak atributisasi sebagai pengamen. Mereka juga membuat karya untuk menegaskan bahwa mereka ingin disebut sebagai musisi dari pada sebagai pengamen. Kontestasi identitas antara personel orkes dangdut gerobak dengan pihak pemerintah juga terjadi di ruang urban Jakarta. Ada praktek kepengaturan yang dilakukan oleh aparat pemerintah kepada kelompok orkes dangdut gerobak, namun praktek kepengaturan tersebut ternyata berjalan secara lentur, penuh dengan proses negosiasi dan tidak represif, Data diperoleh dengan pendekatan etnografi (field study) termasuk in-depth interview di Baladewa, Tanah Tinggi, Jakarta Pusat dari bulan April 2016 sampai dengan Mei 2017. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa narasi yang dikonstruksi oleh media mainstream cenderung berbeda dengan narasi yang dibangun oleh orkes dangdut gerobak yang dalam hal ini diwakili oleh Uca dan personelnya. Orkes dangdut gerobak memunculkan narasi moralitas disaat media mengonstruksinya dengan narasi kriminalitas dan seksualitas. Relasi kuasa antara orkes dangdut gerobak dengan pihak pemerintah juga cenderung lentur, kelompok tersebut dilarang oleh Peraturan Daerah identitasnya dianggap sebagai pengamen, sedangkan pada prakteknya pihak aparat pemerintah masih mempunyai simpati dan empati terhadap kelompok orkes dangdut gerobak. ......This thesis discusses the dangdut gerobak orchestra which is often associated with the lower class and acts of sexual harassment, eroticism, and crime. The construction of negative meaning is raised through narratives built by the mainstream media, namely films and mass media. Starting from the construction of meaning for dangdut music which is seen as low-class music, to the practice of live concerts by dangdut orchestras performed by dangdut singers who tend to highlight some of their body parts. Attributing as buskers also makes this group prohibited from existing in public spaces. Using various arguments and creativity, Uca and the Pelangi dangdut orchestra group are negotiating with local government officials so that they can continue to exist in public spaces to earn a living by rejecting the attributes of buskers. They also create works to emphasize that they want to be called musicians rather than buskers. Identity contestation between the personnel of the dangdut gerobak orchestra and the government also occurs in the urban space of Jakarta. There is a regulatory practice carried out by government officials against the dangdut gerobak orchestra group, but this regulatory practice turns out to be flexible, full of negotiation processes and not repressive. The data were obtained using an ethnographic approach (field study) including in-depth interviews in Baladewa, Tanah Tinggi, Central Jakarta from April 2016 until May 2017. The results of this study indicate that the narrative constructed by the mainstream media tends to be different from the narrative constructed by the dangdut gerobak orchestra, which in this case is represented by Uca and its personnel. The dangdut gerobak orchestra creates a narrative of morality when the media constructs it with a narrative of crime and sexuality. The power relationship between the dangdut gerobak orchestra and the government also tends to be flexible, the group is prohibited by regional regulations from being considered a busker, while in practice government officials still have sympathy and empathy for the dangdut gerobak orchestra group.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syahrul Munir
Abstrak :
Ergonomi sebagai salah satu aspek kesehatan menjadi isu yang hangat dibicarakan oleh para praktisi manufakturing saat ini, sebab manufakturing merupakan salah satu pekerjaan yang menuntut kemampuan fisik. Pekerja bagian final packing dan part supply yang bekerja secara manual (manual handling) di industri manufacturing memiliki risiko tinggi mengalami nyeri punggung bawah. Hal ini jika tidak diantisipasi, dapat mengancam penurunan produktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji prevalensi nyeri punggung bawah dan faktor risiko yang berhubungan dengan nyeri punggung bawah pada grup final packing dan part supply. Disain Penelitian adalah cross-sectional bersifat deskriptif analitik, berlokasi di PT X Jakarta Timur dengan besar sampel 197 orang (total sampling). Data yang dikumpulkan berasal dari kuesioner, pemeriksaan fisik, observasi lapangan dan wawancara. Untuk menjawab pertanyaan penelitian digunakan uji statistik univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan Prevalensi nyeri punggung bawah pada pekerja final packing di PT. X adalah 14.2 % dan pada pekerja part supply adalah 10.2 %. uji statistik mendapatkan nyeri punggung bawah berhubungan dengan tingkat risiko punggung (p<0.05; OR = 4.324), kebiasaan olahraga (p<0.05; OR = 4.175), riwayat cidera punggung (p<0.05; OR = 1.451). Hasil uji multivariat menyatakan bahwa karyawan yang memiliki tingkat pajanan punggung kategori tinggi mempunyai peluang 4 kali tidak terkena nyeri punggung bawah dibandingkan dengan karyawan yang memiliki tingkat pajanan punggung kategori sangat tinggi setelah dikontrol variabel olahraga. Rekomendasi untuk perusahaan adalah penambahan alat bantu berupa pallet hidrolik dan jack lift automatic agar postur bungkuk 39° - 72° serta pekerjaan mendorong, menarik dapat dihindari.
Ergonomics as one of the aspects of health become a hotly discussed issue by manufacturing practitioners today, because manufacturing is one job that requires physical abilities. Final packing and parts supply workers work manually (manual handling) in the manufacturing industry has a high risk of experiencing low back pain, if not anticipated, could lead to decreased productivity. Purpose of this study is to assess the prevalence of lower back pain and risk factors associated with low back pain in final packing and parts supply workers. The study design was cross-sectional descriptive analytic, located at PT X East Jakarta with a large sample of 197 people (total sampling). Data collected from questionnaires, physical examination, observation and interviews. To answer the research questions used univariate statistical tests, bivariate and multivariate. The results of research obtained that prevalence of low back pain in final packing workers at PT. X is 14.2% and in part supply workers is 10.2%. Statistical tests have lower back pain associated with the risk level back (p <0.05; OR = 4324), exercise habits (p <0.05; OR = 4175), a history of back injury (p <0.05; OR = 1451). Multivariate test results stating that employees who have high levels of back exposure category had a chance 4 times not affected by low back pain compared with employees who have very high levels of back exposure category after a controlled exercise variables. Recommendations for the company is adding jack lift automatic and hydraulic pallet that bending posture 39 ° - 72 °, pushing and pulling job can be avoided.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31724
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Syahrul Munir
Abstrak :
PT. X merupakan gabungan antara perusahaan swasta nasional dan perusahaan Jepang yang bergerak di bidang industri elektronik. Proses produksi PT. X banyak membutuhkan peran manusia terutama dari segi fisik (manual handling) sehingga memungkinkan para karyawan berposisi janggal dalam bekerja yang dapat menyebabkan masalah ergonomi seperti musculoskeletal disorder (MSDs). Laporan tahunan data kesehatan menunjukkan bahwa karyawan yang mengalami muskuloskeletal disorders (MSDs) pada tahun 2006-2007 yaitu sebanyak 289 orang, sehingga didapatkan proporsi pekerja manual handling yang mengalami musculoskeletal disorders adalah sebesar 12,6 %. Hal ini jika tidak diantisipasi dapat mengancam penurunan produktivitas kerja akibat cidera otot, low back pain, dan lain sebagainya. PT. X memiliki jumlah pekerja departemen Water Pump sebanyak 250 orang yang proses kerjanya terkait dengan manual handling dan tentunya tidak lepas dari masalah MSDs. Data kesehatan karyawan menggambarkan bahwa penyakit musculoskeletal disorder menempati 10 jenis penyakit terbesar yang ada di perusahaan setiap bulannya dan pekerja di departemen water pump termasuk paling sering mengunjungi poliklinik karena masalah muskuloskeletal disorder dibandingkan dengan departemen yang lainnya. Dengan latar belakang inilah maka survai ini dilakukan di departemen water pump. Tujuan survai ini adalah untuk mengetahui pajanan ergonomi manual handling dan keluhan muskuloskeletal pada pekerja departemen water Pump di PT. X tahun 2008 dengan menggunakan kuesioner tools Quick Exposure Check (QEC) dan Nordic Body Map yang sudah dimodifikasi. Hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pajanan ergonomi di group pump final assembling memiliki skor QEC yang paling tinggi diantara yang lain, yaitu dengan rata-rata 86.7%, yang berarti bahwa pada pekerjaan tersebut perlu tindakan Investigasi dan lakukan perubahan segera mungkin. Sedangkan tingkat pajanan ergonomi di group machining motor cashing dan group rotor assembling memiliki skor tinggi, yang berarti bahwa pada pekerjaan tersebut perlu tindakan investigasi dan lakukan perbaikan. Proporsi pekerja terbesar yang memiliki keluhan musculoskeletal terdapat pada group pump final assembling. Sedangkan proporsi yang terkecil pada group machining motor cashing. Bagian tubuh yang sering dikeluhkan pekerja adalah bagian leher sebesar 100%, punggung sebesar 79% dan bahu sebesar 69,7%. Proporsi pekerja terbesar yang memiliki keluhan musculoskeletal terdapat pada usia 50-60 tahun dan masa kerja lebih dari 11 tahun. Sedangkan proporsi yang terkecil pada usia 18-30 tahun dan masa kerja 6- 10 tahun. Pola keluhan pada ketiga group pekerjaan ini yaitu pada bagian leher dan punggung, ini menggambarkan bahwa pada saat bekerja sering terjadi postur janggal pada daerah tersebut. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik chi square didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pajanan pergelangan leher, bahu/lengan, pergelangan tangan/tangan dan punggung dengan keluhan pada leher, bahu/lengan, pergelangan tangan/tangan dan punggung (nilai ñ 0.00 < nilai á 0,05).
Company X is an aliance between national private enterprises and Japannese company which active in electronic industry. Production Process at company X requiring many role of man on the task performed, especially from the angle of physical ( manual handling). This task demand enables the dissonant position on employees in working which can cause ergonomic problems such as musculoskeletal disorder ( MSDs). In the year 2006-2007, the annual health report data indicates that there is 289 employees who is experiencing musculoskeletal disorders ( MSDs), this report shows that there is 12,6 % proportion of manual handling worker experiencing from musculoskeletal disorders. This issues if not well anticipated, will be a menace degradation for work productivity as a result from muscular problem such as low back pain and muscle injury. Company "X" employed 250 workers at water pump department. The task in this department contain great portion of manual handling, resulting a great chance for the worker to have muscular problems. Health data of employee shows that musculoskeletal disorder occupies one of the top 10 list health issue at the company, and the workers at the water pump department is the most frequently visited the clinic caused by muscular disorder rather than workers from other department. Based by this fact, the survey is performed at water pump department. This survey is intended to show the ergonomic exposure level and musculoskeletal complain for the worker at company "X" water pump department in 2008 by using Quick Exposure Check (QEC) and modified Nordic Body Map. The result from this research shows that the highest ergonomic exposure level with average (86.7%) is at the pump final assembling group task , this means that the task needed further investigation and immediate modification. This similar condition also occur at machining motor chasing group and rotor assembling group. While the highest worker proportion with musculoskeletal complain is the pump final assembling and the smallest complains is the machining motor cashing group. The most complained body part is neck 100%, back 79% and shoulder 69,7%. Most of the worker with musculoskeletal complain age around 50-60 year old, with 10-11 year work time, and least at 18- 30 years old with 6-10 years work time. Most of The complain body part is the neck and trunk, this finding describe there an awkward posture on the region when the task performed. Based on the analysis using chi square statistic method, shows there is a significant relation between the exposure level on the neck, shoulder/arm, wris/hand and trunk with neck complain, shoulder/arm, wrist/hand and trunk (value p 0.00< value á 0,005).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library