Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Suzanna Immanuel
"Tujuan pengobatan dalam merawat penderita diabetes melitus (DM) adalah untuk mendapatkan kadar glukosa darah yang tetap normal atau mendekati normal. Hal ini berdasarkan anggapan bahwa kontrol diabetik optimal merupakan sarana untuk mencegah atau menunda komplikasi DM jangka panjang seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, ginjal, kebutaan dan amputasi. The American Diabetes Association dan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia menganjurkan pemeriksaan kadar HbA1c untuk mengontrol penderita diabetes.
Kadar hemoglobin glikat (HbAlc) telah digunakan selama hampir dua dekade terakhir sebagai petanda kontrol glikemik jangka panjang pada penderita diabetes. Pengukuran kadar HbAlc dirasakan makin penting dan sekarang HbA1c dianggap sebagai baku emas untuk kontrol metabolisme pada penderita diabetes. Kontrol glikemik yang membaik, seperti tercermin dari nilai HbA1c yang mendekati normal dapat mencegah berkembangnya komplikasi mikrovaskuler pada penderita diabetes. Pengukuran kadar HbA lc dapat memperlihatkan adanya perbaikan kontrol metabolik yang berhubungan dengan pencegahan komplikasi diabetes.
Saat ini di Indonesia tidak semua fasilitas kesehatan atau laboratorium klinik dapat melakukan pemeriksaan kadar HbA1c dan pemeriksaan ini bukan pemeriksaan yang rutin dikerjakan tiap hart Hemoglobin glikat (HbA1c) biasanya diperiksa dari sampel darah vena, dapat pula dilakukan dan darah kapiler. Pengambilan sampel darah vena memerlukan penderita untuk datang ke laboratorium, disamping itu pengambilan sampel darah vena kadang sukar dilakukan pada anak-anak dan dewasa gemuk. Dikatakan, bila darah kapiler disimpan dan dikirim dalam bentuk larutan, korelasi antara kadar HbA1c darah vena dan kapiler akan meningkat. Oleh karena bahan cair sulit dibawa oleh pasien, maka diperlukan cara yang lebih mudah yaitu dengan melakukan pengiriman sampel darah kapiler pada kertas saring."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Suzanna Immanuel
"Pengetahuan mengenai manfaat klinis kadar magnesium serum baru dimulai akhir-akhir ini setting dengan adanya analisis dan penemuan bahwa kadar magnesium abnormal pada gangguan kardiovaskuler, metabolik dan neuromuskuler. Meskipun kadarnya di serum lidak menggambarkan kadar magnesium tubuh, tetapi saat ini yang dikenal Iuas penggunaannya hanya pemeriksaan kadar magnesium serum. Magnesium eritrosil saat ini dinilai lebih sensitif dari pada magnesium serum, karena magnesium eritrosit dapat mewakili penilaian status magnesium intrasel. Menurun NCCLS (National Committee for Clinical Laboratory Standards) setiap laboratorium dianjurkan memiliki nilai rujukan sendiri untuk pemeriksaan yang dikerjakannya, termasuk juga pemeriksaan magnesium. Nilai rujukan yang didapat sesuai dengan populasi dan dipengaruhi oleh metode serta teknik pemeriksaan. Penelitian ini bertujuan untuk menidapatkan nilai rujukan magnesium dalamn serum dan plasma serta mendapatkan nilai rujukan magnesium intrasel yaitu magnesium eritrosit dengan metode pemeriksaan langsung dan mengtlahui perbandingan hasil pemeriksaan antara magnesium serum dengan plasma. Bahan darah diambii dari 114 peserta donor darah di Unit Transfusi Darah Daerah (UTDD) Budhyarto PMl DKl Jakarta, terdiri dari 57 orang pria dan 57 orang wanita berusia antara 17-65 tahun, secara klinis sehat menurut kriteria donor darah PMl. Darah diambii dari selang blood set, langsung dimasukkan 4 mL ke dalam tabling vakum tanpa antikoagulan untuk pemeriksaan magnesium serum dan 3 mL kedalam tabling vakum dengan antikoagulan lithium heparin untuk pemeriksaan magnesium eritrosit dan plasma. Penetapan kadar magnesium dilakukan dengan alat kimia klinis olomatis Hitachi 912 dengan metode Xylidil Blue dengan prinsip kolorimetri.Pada penelitian ini didapatkan tidak ada perbedaan bermakna untuk hasil pemeriksaan magnesium ekstrasel memakai bahan serum maupun plasma heparin. Nilai rujukan untuk magnesium serum atau plasma adalah 1.30 - 2.00 mEtq/L dan magnesium eritrosit adalah 4.46-7.10 mEq/L. (Med J Iiidones 2006; 15:229-235).
The interest in the clinical importance of serum magnesium level has just recently begun with the analysis and findings of abnormal magnesium level in cardiovascular, metabolic and neuromuscular disorder. Although the serum level does not reflect the body magnesium level, but currently, only serum magnesium determination is widely used. Erylhrocyte magnesium is considered more sensitive than serum magnesium as it reflects intracelhdar magnesium status. According to NCCLS (National Committee for Clinical Laboratory Standards) every laboratory is recommended to have its own reference range for the tests it performs, including magnesium determination. The reference range obtained is appropriate for the population and affected by the method and technique. This study aimed to find the reference range of serum and plasma magnesium and also intracelhdar magnesium i.e. erythrocyte magnesium by direct method, and compare the results of serum and plasma magnesium. Blood was taken from 114-blood donor from Unit Transfusi Darah Daerah (UTDD) Budhyarto Palang Merah Indonesia (PMl) DKl Jakarta, consisted of 57 male and 57 female, aged 17 - 65 years, clinically healthy according to PMl donor criteria. Blood was taken from blood set, collected into 4 ml vacuum tube without anticoagulant for serum magnesium determination and 3 ml vacuum tube with lithium heparin for determination of erythrocyte and plasma magnesium Determination of magnesium level was performed with clinical chemistry auto analyzer Hitachi 912 by Xylidil Blue method color/metrically. This study showed no significant difference between serum and heparinized plasma extra cellular magnesium. The reference range for serum or plasma magnesium was 1.30 - 2.00 mEq/L and for erythrocyte magnesium was 4.46 - 7.10 mEq/L (MedJIndones 2006; 15:229-35)."
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-4-OctDec2006-229
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Suzanna Immanuel
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0204
UI - Pidato Universitas Indonesia Library