Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suwarni
Abstrak :
Studi tentang persepsi peserta terhadap pelaksanaan diklat teknis di lingkungan Departemen Dalam Negeri sebagai judul tesis ini, adalah merupakan suatu penilaian tentang pelaksanaan terhadap enam jenis diklat teknis yang diselenggarakan oleh Badan Diklat Departemen Dalam Negeri pada Tahun Anggaran 1999/2000. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba memfokuskan pengkajian terhadap persepsi peserta diklat teknis tersebut di atas dengan menganalisis sejumlah aspek yang diduga sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan diklat, yaltu aspek kurikulum, widyaiswara, sarana dan prasarana, penyelenggara dan akomodasi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, dengan populasi adalah para peserta 6 (enam) jenis diklat teknis berjumlah 187 orang yaitu dengan cara menganalisis sejumlah data, informasi dan fakta, sedangkan sampel adalah diklat teknis Administrasi Kepegawaian, diklat Kearsipan, diklat Owners Estimate, diklat Komputer, diklat Manajemen Pelayanan Prima dan diklat Perpustakaan.

Dari hasil penelitian tersebut diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : Diklat teknis adalah jenis pelatihan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan teknis aparatur di jajaran Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah; terdiri dari rumpun diklat teknis umum administrasi/manajemen dan rumpun diklat teknis substantif. Jenis diklat yang diteliti adalah 6 jenis diklat teknis umum administrasi/manajemen, yang pesertanya berasal dari para pejabat/fungsionaris dan atau pelaksana tugas yang terkait. Dilihat dari deskripsi dan karakteristik peserta, baik dari segi pendidikan, kepangkatan, jabatan, dan usia, secara keseluruhan telah sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Persepsi peserta terhadap aspek kurikulum sebagian besar menyatakan baik dan selebihnya menyatakan cukup, sedangkan untuk aspek widyaiswara dipandang sudah baik/memadai. Persepsi peserta terhadap sarana dan prasarana diklat semuanya dipandang sudah baik, kecuali 2 (dua) jenis diklat yaitu Manajemen Pelayanan Prima dan Kearsipan belum sesuai dengan harapan peserta. Persepsi peserta terhadap penyelenggara sebagian besar menyatakan baik, kecuali untuk Diklat Perpustakaan dan Diklat Manajemen Pelayanan Prima masih memerlukan perbaikan dan peningkatan, sedangkan tentang akomodasi/konsumsi dinyatakan oleh sebagian besar peserta sudah baik, kecuali beberapa lainnya menyatakan cukup. Dilihat dari tingkat keberhasilan pelaksanaan diklat berturut-turut menurut peringkat keberhasilan adalah sebagai berikut : diklat teknis perpustakaan, diklat teknis owners estimate, diklat teknis komputer, diklat teknis kepegawaian, diklat teknis manajemen pelayanan prima dan diklat teknis kearsipan. Aspek pelaksanaan yang mendapat penilaian sudah baik adalah aspek widyaiswara. Sedangkan sebagian besar penilaiannya berimbang antara baik dan cukup meliputi aspek kurikulum, sarana dan prasarana, penyelenggara, dan akomodasi, kecuali untuk diklat kearsipan proporsi penilaian cukup lebih banyak ketimbang penilaian baik. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, hasil penelitian ini antara lain menjadi rekomendasi penulis, dengan harapan agar pada penyelenggaraan diklat teknis berikutnya berbagai kekurangan yang ada dapat diperbaiki.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarni
Abstrak :
Kultur Plasmodium falciparum in vitro yang selama ini dilakukan, membutuhkan serum manusia dalam jumlah yang cukup besar sebagai suplemen medianya yaitu 10 % dari volume media yang diperlukan. Disamping itu, tidak semua serum manusia dapat dipakai karena adanya beberapa faktor yang dapat menghambat pertumbuhan parasit, diantaranya adalah faktor imunologi dan kandungan atau adanya virus yang patogen terutama virus hepatitis. Sehingga perlu dicari alternatif suplemen lain sebagai pengganti serum manusia. Dalam studi ini akan diteliti pengaruh penggunaan serum hewan, dalam hal ini sapi dan biri-biri terhadap pertumbuhan P. falciparum in vitro, sehingga dapat dipertimbangkan kemungkinan penggunaannya sebagai pengganti serum manusia sebagai suplemen dalam media kultur. P. falciparum strain Irian nomer kode 2300 dengan kepadatan parasit awal 0,5% dikultur dalam 30 cawan petri yang berdiameter 5 cm. Pada setiap 10 cawan petri diberi media kultur dengan suplemen serum yang berbeda, yaitu media kultur dengan suplemen serum sapi, serum biri-biri dan serum manusia sebagai pembanding. Pertumbuhan parasit di setiap cawan petri diikuti setiap hari selama 35 hari, dan kepadatan parasit dihitung per 10.000 eritrosit. Didapatkan bahwa pertumbuhan P. falciparum dalam media kultur dengan suplemen serum sapi adalah <1 kali - 8 kali kepadatan parasit pada awal kultur, dengan suplemen serum biri-biri kepadatan parasitnya mencapai 5 kali - 17 kali kepadatan semula, sedangkan pada kultur dengan suplemen serum manusia kepadatan parasitnya menjadi 4 sampai 19 kali kepadatan parasit pada awal kultur. ......In vitro cultivation of Plasmodium falciparum needs a large amount of human sera (about 10 % of the culture media) as culture supplement. But, not all of human sera can be used, since there are several factors which might affect parasites development, among others are immunological factors and viral infections, especially hepatitis viruses. Alternatives supplement is needed to be considered for parasite culture in the future. In this study, animals sera (cows and sheeps) will be used as alternatives supplement for the culture media. P. falciparum Irian strain code number 2300 was cultured in 30 plates (petri dishes with 5 cm diameter), the initial parasite density was 0,5%. Every 10 culture plates were suplemented with different sera, cow's sera, sheep's sera and human's sera as a Gold standard. Parasite's development was observed every 24 hours for 35 days, and the density of parasites was count per 10,000 red blood cells. The multiplication of P. falciparum cultured in media supplemented with cow's sera were < 1 to 8 times of the initial parasites density, in the supplement of sheep's sera the multiplication were 5 to 17 times and in human's sera supplement, the multiplication were 4 to 19 times.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Suwarni
Abstrak :
ABSTRAK Ruang lingkup dan cara penelitian:Perawat kesehatan merupakan sumber daya manusia yang terlibat langsung dalam kegiatan rumah sakit. Perawat kesehatan selalu dihadapkan dengan berbagai masalah, seperti beban kerja berlebih kuantitatif dan kualitatif, kerja gilir, risiko penularan, tanggung jawab tugas, dan sebagainya. Semua masalah ini dapat merupakan stresor kerja yang akan berdampak pada kesehatan jiwa perawat, diantaranya gangguan mental emosional. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara stresor kerja dengan gangguan mental emosional di kalangan perawat kesehatan.Unluk menganalisis hubungan antara stresor kerja dengan gangguan mental emosional pada perawat kesehatan RSUPNCM Jakarta, digunakan dua macam instrumen. Pengukuran stres kerja dipergunakan instrumen kuesioner Survai Diagnostik Stres. Penilaian gangguan mental emosional dipergunakan instrumen kuesioner Symptom Check List 90 (SCL9O). Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang(cross sectional), terhadap 300 subjek penelitian yang terdiri dari perawat rawat inap dan rawat jalan. Analisis dilakukan dengan cara analisis bivariate, dilanjutkan analisis multivariat regresi dengan cara analisis regresi linear ganda. Hasil dan kesimpulan :Perawat rawat inap lebih stres dibandingkan perawat rawat jalan. Stresor pada perawat rawat inap didominasi oleh beban kualitatif dan konflik peran. Prevalensi gangguan mental emosional pada perawat kesehatan 17,7%. Perawat rawat inap lebih banyak mengalami gangguan mental emosional dibandingkan perawat rawat jalan. Ada hubungan bermakna antara stresor kerja dengan gangguan mental emosional. Pada derajat sires tinggi, yang mempunyai hubungan bermakna dengan dengan gangguan mental emosional adalah stresor ketaksaan peran. Risiko terjadinya gangguan mental emosional pada stresor ini adalah 5,8 kali lebih tinggi dibandingkan derajat stres rendah. Pada derajat stres sedang, yang ada hubungan bermakna dengan gangguan mental emosional adalah stresor tanggung jawab, pengembangan karier, beban kuantitatif, dan konflik peran, dengan risiko tertinggi pada stresor tanggung jawab. Pada stresor tanggung jawab, risiko terjadinya gangguan mental emosional perawat yang mengalami stres derajat sedang adalah 3,54 kali dibandingkan stres rendah. Pada analisis multivariat, stresor kerja yang ada hubungan bermakna dengan gangguan mental emosional adalah stresor tanggung jawab. Karakteristik subjek yang ada hubungan bermakna dengan stres kerja adalah variabel bagian (rawat inap/rawat jalan).
ABSTRACT Nurses are human recourses who are direct involved in hospital activity. Nurses are often confronted with many problems such as qualitative overload, quantitative overload, shift work, job responsibilities, and contaminated risk. All of the problems are occupational stressors which result in mental health of nurses, such as emotional disorders. The purpose of this study is to find the relationship between occupational stress and mental emotional disorders among health nurses at RSUPNCM in Jakarta. The Survey Diagnostic Stress questionnaire was used to measure the occupational stress and the SCL 90 questionnaire was used to measure the mental emotional disorders. This study design was a cross sectional design with a sample of 300 subjects. Collected data was processed using bivariate analysis and multivariate analysis. Results and conclusions : Ward nurses were more stressful) than ambulatory nurses. Stressors of ward nurses were dominated by qualitative overload and career development. Stressors of ambulatory nurses were dominated by qualitative overload and role conflict. Prevalence of mental emotional disorders on nurses are 17.7%. There were significant relationship between occupational stress with mental emotional disorders. In high level stress, stressors which having significant relationship with mental emotional disorders was role ambiguity. Mental emotional disorders risk of this stressor is 5.8 times more than low level stress. In the moderate stress, stressors which having significant relationship with mental emotional disorders was responsibility stressor, career development, quantitative overload, and role conflict. The highest risk was responsibility stressor. For responsibility stressor, nurses with moderate stress experience have a risk of mental emotional disorders 3,45 times more than nurses with low stress. By multivatriate analysis, occupational stressor with significant relationship to mental emotional disorders was responsibility stressor. Subject characteristics with significant relationship to the stress was unit variable ( ward nurses/ambulatory nurses). Scope and study method: Nurses are human recourses who are direct involved in hospital activity. Nurses are often confronted with many problems such as qualitative overload, quantitative overload, shift work, job responsibilities, and contaminated risk. All of the problems are occupational stressors which result in mental health of nurses, such as emotional disorders. The purpose of this study is to find the relationship between occupational stress and mental emotional disorders among health nurses at RSUPNCM in Jakarta. The Survey Diagnostic Stress questionnaire was used to measure the occupational stress and the SCL 90 questionnaire was used to measure the mental emotional disorders. This study design was a cross sectional design with a sample of 300 subjects. Collected data was processed using bivariate analysis and multivariate analysis. Results and conclusions : Ward nurses were more stressful) than ambulatory nurses. Stressors of ward nurses were dominated by qualitative overload and career development. Stressors of ambulatory nurses were dominated by qualitative overload and role conflict. Prevalence of mental emotional disorders on nurses are 17.7%. There were significant relationship between occupational stress with mental emotional disorders. In high level stress, stressors which having significant relationship with mental emotional disorders was role ambiguity. Mental emotional disorders risk of this stressor is 5.8 times more than low level stress. In the moderate stress, stressors which having significant relationship with mental emotional disorders was responsibility stressor, career development, quantitative overload, and role conflict. The highest risk was responsibility stressor. For responsibility stressor, nurses with moderate stress experience have a risk of mental emotional disorders 3,45 times more than nurses with low stress. By multivatriate analysis, occupational stressor with significant relationship to mental emotional disorders was responsibility stressor. Subject characteristics with significant relationship to the stress was unit variable ( ward nurses/ambulatory nurses).
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayni Suwarni
Abstrak :
ABSTRAK
Mediasi pada hakikatnya merupakan suatu proses negosiasi penyelesaian masalah di mana suatu pihak luar tidak berpihak atau netral dan tidak bekerjasama dengan para pihak yang bersengketa untuk membantu mereka guna mencapai suatu kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan. Dalam ketentuan Pasal 2 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 2 tahun 2003 disebutkan, bahwa semua perkara perdata yang diajukan ke pengadilan tingkat pertama wajib untuk lebih dahulu diselesaikan melalui perdamaian dengan bantuan mediator. Mediasi pada prinsipnya merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan lebih murah, serta dapat memberikan akses kepada para pihak yang bersengketa untuk memperoleh keadilan atau penyelesaian yang memuaskan. Masalah yang dibahas dalam Penulisan tesis ini adalah kasus gugatan perkara No. 539/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst yang diselesaikan melalui proses mediasi (Akta Perdamaian No. 539/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst) . Penulisan tesis ini menggunakan metode penelitian normatif empiris dengan alat pengumpulan data kepustakaan atau data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Data sekunder tersebut juga didukung oleh wawancara yang dilakukan oleh nara sumber selaku mediator yaitu Hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat di Jakarta. Dalam tesis ini akan diteliti upaya penyelesaian damai melalui mediasi di mana pihak yang bersengketa adalah PT Petrowidada melawan PT. Perjahl berdasarkan Surat Gugatan No. 539/Pdt.G/2003/PN.Jkt.Pst. Pokok permasalahan yang dapat dikemukakan adalah bagaimana mekanisme atau prosedur penyelesaian sengketa melalui mediasi dan mengapa para pihak yang bersengketa bersedia menyelesaikan perselisihannya melalui jalur mediasi. Tujuan proses mediasi adalah suatu kesepakatan yang memuaskan bagi para pihak yang bersengketa, melalui proses identifikasi kepentingan dan perumusan opsi serta alternatif yang sesuai dengan kepentingan para pihak.
2005
T37746
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Suwarni
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5384
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library