Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Susiyanti
Abstrak :
Dalam penilaian proyek yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi dan memiliki jangka waktu proyek yang relative panjang, penerapan real options akan sangat membantu untuk memberikan penilaian yang lebih baik untuk melakukan pengambilan keputusan strategis, dengan memberikan opsi-opsi yang dapat dijalankan di masa yang akan datang dengan bertambahnya informasi seiring berjalannya waktu. Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah membandingkan metode analisis kelayakan investasi proyek dengan metode tradisonal Discounted Cash Flow (DCF) dan metode real options dengan mempertimbangkan fleksibilitas pengambilan keputusan oleh manajemen perusahaan, menentukan peningkatan nilai proyek dengan menjalankan alternatif menggunakan metode evaluasi tradisional yang dikombinasikan dengan real options analysis menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan exercise dari alternatif tersebut menggunakan metode binomial lattice. Penelitian dilakukan untuk mengevaluasi kelayakan investasi Rusunami Sentra Timur Residence dengan menggunakan metode real options . Dari penelitian dihasilkan nilai volatilitasnya (ketidakpastian) 5%, nilai ini relatif kecil sehingga dapat disimpulkan besarnya NPV yang didapatkan dengan metode real options sama dengan besarnya NPV dengan menggunakan Discounted Cash Flow (DCF). Hal ini menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi di Indonesia karena proyek tersebut bersubsidi pemerintah.
In assessing projects that have a high degree of uncertainty and have a project period of relative length, the application of real options would be helpful to provide a better assessment to make strategic decisions, by providing options that can be run in future by information increases as time passes. Objectives in this study was to compare methods of project investment feasibility analysis with traditional methods of Discounted Cash Flow (DCF) and real options method by considering the flexibility of decision making by the management company, determine the increased value of the project by running an alternative use of traditional evaluation methods are combined with real options analysis to determine the appropriate time to carry out the exercise of such alternatives using a binomial lattice method. The study was conducted to evaluate the feasibility of investing Rusunami Sentra Timur Residence by using real options. From the research generated volatility value (uncertainty) 5%, this value is relatively small so it can be concluded that the NPV obtained by methods similar to the magnitude of real options using the NPV of Discounted Cash Flow (DCF). This indicates that the project would not be affected by macroeconomic conditions in Indonesia because the government subsidized project.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27758
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Susiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Potongan daun teh (Camellia sinensis kion TRI 2025) dengan rata-rata berat basah 31,25 mg dan berat kenny 6,52 my ditanam secara aseptis dalam tiga macam media (P1, dan P). Media P 1 dan P2 masing-masing mengandung 0,5 MS serta 1 MS makro dan mikro ditambah vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS (1962). Medium P 3 adalah medium MS (1962) modifikasi. Eksplan disubkultur setiap bulan setelah berumur 2 bulan. Pengamatan dilakukan terhadap waktu inisiasi, warna, dan jenis kalus serta berat basah dan berat kenny kalus pada minggu ke-8, ke-12, dan ke-16. Inisiasi kalus mulai tampak pada minggu ke-3 setelah penanaman dalam media P 1 dan P2 serta minggu ke-4 dalam P3, dengan warna kalus putih dan jenis kompak. Berat basah rata-rata kalus pada minggu ke-8 dalam media P 1 , P2 , dan P_. berturut-turut 162,77; 147,19; dan 116,92 my. Berat basah rata-rata kalus pada minggu ke-12 dalam ketiga media tersebut berturut-turut 736,04; 568,16; dan 822,78 my. Berat basah rata-rata kalus pada minggu ke-16 dalam ketiga media itu berturut-turut 1.741,7; 1.368,15; dan 1.089,37 my. E4erat kenny rata-ratanya pada minggu ke-8 adalah 27,54; 28,03; 21,70 my. Berat kenny rata-ratanya pada minggu ke-12 adalah 81,45; 72,60; dan 85,22 my. Pada minygu ke-16 berat keningnya 367,61; 191,59; dan 136,36 my. U j i ANAVA menuniukkan bahwa tidak ada perbedaan pnoduksi kalus dalam ketiga media pada minggu ke-8 dan ke-12. U j i Tukey dengan = 0,01 dan 0,05 menuniukkan bahwa pada minggu ke-16, penggunaan 0,5 kadar unsur makro dan mikro dengan diimbangi vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS (1962) sangat meningkatkan produksi kalus, dibandingkan penggunaan 1 MS dengan kadar vitamin B dan glisin sama dengan pada MS (1962). Kenaikan kadar vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS semula, dengan penggunaan unsur makro dan mikro yang sama (1 MS) tidak meningkatkan produksi kalus. Demikian pula pada kenaikan kadar unsur rnakro dan mikro dari 0,5 ke I. MS dengan kadar vitamin B dan glisin 10 kali kadar MS semula.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eli Susiyanti
Abstrak :
Berbagai kekerasan, penyimpangan dan eksploitasi terhadap anak akhirakhir ini kian merebak sehingga sudah sangat meresahkan dan mengkhawatirkan bagi terpenuhinya perlindungan hukum untuk anak. Meskipun Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah berlaku selama empat tahun tetapi kekerasan terhadap anak tidak menyurut bahkan dari data yang terpantau di Komisi Nasional Perlindungan Anak terlihat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Apabila kita cermati, sesungguhnya anak merupakan anggota keluarga yang paling rentan, karena anak kerap menjadi korban kekerasan dari keluarga maupun lingkungannya. Keluarga mempunyai potensi yang besar untuk menenkan anak dalam segala hal. Anak kerap ditelantarkan, diperlakukan kasar, dan menjadi korban penyimpangan pengasuhan, padalah masa depan kita terletak pada seberapa maksimal perhatian kita pada anak-anak kita, karena anak adalah asset orang tua, keluarga dan lebih dari itu asset bangsa yang kelak akan menjadi tokoh utama yang akan menjalankan lokomotif pembangunan. Kasus kekerasan yang menimpa anak tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga banyak melanda daerah pedesaan. Berdasarkan data Plan Indonesia yang dikutip sebuah media cetak nasional, saat ini diperkirakan ada 871 kasus kekerasan terhadap anak. Berdasarkan pemantauan Pusat Data dan lnformasi Komnas Perlindungan Anak terhadap 10 media cetak, selama tahun 2005 dilaporkan terjadi 736 kasus kekerasan terhadap anak. Dari;umlah itu, 327 kasus perlakuan salah secara seksual, 233 kasus perlakuan salah secara fisik, 176 kasus kekerasan psikis dan jumlah kasus penelantaran anak sebanyak 130 kasus. Kita telah memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Semua itu dapat dijadikan payung hukum bagi pelaksanaan perlindungan terhadap hak-hak anak. Tetapi ternyata usaha perlindungan hukum dan HAM terhadap anak tidak hanya cukup dengan konsep tetapi harus, tetapi harus diterapkan dalam praktik yang nyata. Adanya berbagai peraturan tentang hak anak belum menjamin pelaksanaan upaya perlindungan hukum bagi anak, khususnya bagi anak korban kekerasan dalam rumah tangga. Ini semua menjadi tanggung jawab kita.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masyrifah Susiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Masyrifah SusiyantiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : ANALISIS IMPLEMENTASI SKRINING HIV/AIDS PADA IBUHAMIL DI WILAYAH KERJA 13 PUSKESMAS DI KOTACIMAHI TAHUN 2018 Pembimbing : dr. Mieke Savitri, M.KesBerdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan no 43 tahun 2016 tentang Standar PelayananMinimal disebutkan bahwa setiap orang beresiko terinfeksi HIV ibu hamil,TB, IMSdll mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai standar. Rencana aksi nasional programPPIA 2013-2017, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan merencanakan agar padatahun 2017 100 puskesmas diseluruh Indonesia bisa melaksanakan program PPIAprong 1 dan prong 2 sedangkan prong 3 dan prong 4 dikembangkan di puskesmasdengan sarana dan prasarana khusus, yang dilengkapi jejaring ke semua puskesmasdalam wilayah kabupaten/kota yang berkaitan. Skrining HIV pada ibu hamil merupakanupaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi. Cakupan pelayanan skrining HIVpada ibu hamil di Kota Cimahi tahun 2016 masih rendah yaitu sebesar 12,54 daritarget 100 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggali lebih dalamhambatan dan kendala mengenai program PPIA khususnya skrining HIV ibu hamil diDinas Kesehatan Kota Cimahi tahun 2018. Penelitian ini dilaksanakan di 13 Puskesmasdan Dinas Kesehatan di Kota Cimahi dengan menggunakan pendekatan kualitatif danpengumpulan data dilaksanakan dengan cara Focus Group Disccusion FGD danwawancara mendalam dengan merekam suara informan menggunakan alat perekamsuara. Informan terdiri dari 13 Bidan Pengelola KIA Puskesmas, 3 ibu hamil, 4 KepalaPuskesmas, Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Cimahi dan Kepala DinasKesehatan Kota Cimahi. Penelitian ini menunjukan hambatan dan kendala implementasiskiring HIV pada ibu hamil dikarenakan belum semua fasilitas kesehatan memberikanlayanan skrining HIV, kurangnya SDM terutama petugas laboratorium, Belum ada SOPdan alur pelayanan PPIA, Bidan Praktek Mandiri BPM belum semua melaksanakanskrining HIV pada ibu hamil, media informasi khusus Skrining HIV bumil belum ada.Dinas Kesehatan Kota Cimahi diharapkan dapat meningkatkan sosialisasi dankoordinasi dengan rumah sakit, lintas sektor dan IBI tentang skrining HIV ibu hamil,meningkatkan pelatihan program PPIA dan melakukan monitoring dan evaluasiKata kunci : Ibu Hamil, implementasi, kualitatif, skrining HIV,
ABSTRACT
Name Masyrifah SusiyantiStudy Program Public Health SciencesTitle ANALYSIS IMPLEMENTATION SCRINING HIV AIDS INPREGNANT WOMEN IN CIMAHI CITY IN 2018 Counselor dr. Mieke Savitri, M.KesBased on Minister of Health Regulation No. 43 of 2016 on Minimum Service Standardsit is mentioned that everyone at risk of HIV infection pregnant women, tuberculosis,STIs etc. gets standard HIV testing. The national action plan of PPIA 2013 2017program, the government through the Ministry of Health plans that by 2017 100 ofpuskesmas throughout Indonesia can implement the prong 1 and prong 2 PPIAprograms while prong 3 and prong 4 are developed at puskesmas with special facilitiesand infrastructure, to all puskesmas within the relevant district municipality. HIVscreening of pregnant women is an effort to prevent mother to child transmission ofHIV The coverage of HIV screening services in pregnant women in Kota Cimahi is stilllow at 12.54 of the target of 100 . This study aims to find out and explore deeperobstacles and obstacles regarding the PPIA program, especially HIV screening ofpregnant women in the City Health Office Cimahi 2018. This research dilaksanakan di13 Puskesmas dan Dinas Kesehatan di Kota Cimahi dengan uses qualitative approachand data collection is done by Focus Group Disccusion FGD and in depth interviewby recording informant voice using voice recorder. The informants consisted of 13midwives of KIA Puskesmas management, 3 pregnant women, 4 Head of Puskesmas,Head of P2P Department of Health City of Cimahi and Head of Cimahi City HealthOffice. This study shows obstacles and obstacles to HIV skill implementation inpregnant women because not all health facilities provide HIV screening services, lack ofhuman resources, especially laboratory staff, No SOP and service flow of PPIA, BidanPraktek Mandiri BPM has not all conducted HIV screening in pregnant women ,special information media HIV HIV Screening does not exist yet. Cimahi City HealthOffice is expected to improve socialization and coordination with hospitals, crosssectorsand IBI on HIV screening of pregnant women, improve training of PPIAprogram and conduct monitoring and evaluation.Keywords Qualitative, implementation, HIV screening, pregnant women
2018
T51532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Susiyanti
Abstrak :
Latar belakang: Ulkus kornea adalah salah satu penyakit infeksi mata yang banyak ditemukan di negara berkembang termasuk Indonesia. Tatalaksana ulkus kornea bakteri konvensional umumnya dapat menimbulkan jaringan parut kornea permanen yang dapat menurunkan tajam penglihatan. Penggunaan transplantasi membran amnion (TMA) pada ulkus kornea dapat mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi terbentuknya jaringan parut kornea. Membran amnion diduga menjadi kerangka baru dan mengekspresi beberapa komponen biologis yang berperan membantu proses epitelisasi dan pembentukan jaringan parut di kornea. Tujuan: Mengetahui dan membuktikan perbedaan perubahan klinis pada kelompok TMA dan terapi standar (non-MA) pada pasien dengan ulkus kornea bakteri, perbedaan perubahan kadar protein TNF-, MMP-9, TGF-β1 di air mata dan ekspresi mRNA TNF-, MMP-9, TGF-β1, dan TGF-β2 di air mata dan kornea. Metode: Penelitian tahap pertama, dilakukan penilaian klinis sebelum dan sesudah pada grup TMA dan terapi standar (non-TMA) dengan menilai tajam penglihatan, waktu epitelisasi total, waktu pembentukan sikatrik total dan derajat sikatrik serta uji kadar protein TNF-, MMP-9, TGF-β1 di air mata dengan pemeriksaan ELISA. Penelitian tahap kedua, dilakukan pemeriksaan ekspresi mRNA TNF-, MMP-9, TGF-β1, dan TGF-β2 di air mata dan kornea dengan pemeriksaan quantitative Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR). Hasil: Hasil penelitian pertama, pada grup TMA terjadi perbaikan yang signifikan bermakna pada tajam penglihatan (p=0.001), waktu epitelisasi total (p=0.002), waktu terbentuk sikatrik total (p=0.005), dan derajat sikatrik (p=0.001) dibandingkan grup non-TMA. Hasil kadar proteinTNF-, MMP-9, dan TGF-β1 di air mata tidak terjadi perubahan yang bermakna sebelum dan sesudah dan tidak terdapat perbedaan bermakna pada kedua grup (p>0.005). Pada hasil penelitian kedua, ekspresi mRNA TNF-α menurun paling tinggi pada grup TMA (0.824 ± 0), MMP-9 meningkat paling tinggi pada grup TMA (66.698 ± 24.948), TGF-β1 meningkat paling tinggi pada grup TMA (34.425 ± 14.025), sedangkan TGF-β2 mengalami peningkatan tertinggi pada grup non-TMA (114.049 ± 55.344). Kesimpulan: Terdapat perbaikan klinis yang signifikan pasca TMA, sejalan dengan ekspresi gen dari molekul yang terkait ditandai dengan penurunan inflamasi, re-epitelisasi yang lebih cepat, dan pengurangan pembentukan sikatrik. Kadar protein dan ekspresi gen molekul inflamasi di air mata tidak dapat dijadikan penanda untuk proses yang terjadi di kornea.
Background: Corneal ulcer is one of ocular infection disease that is commonly found in developing country like Indonesia. The conventional treatment for bacterial corneal ulcer usually causes the forming of permanent corneal scar which results in decrease of visual acuity. The use of amniotic membrane transplantation (AMT) in corneal ulcer is believed can shorten the healing process and reduce corneal scar. Amniotic membrane is expected to become as a new scaffold and have several biological properties that play a role in epithelization process and fibrotic tissue formation. Objective: To evaluate and establish the clinical differences on amniotic membrane transplantation and standard therapy of patients with bacterial corneal ulcer, and laboratory evaluation of protein level and mRNA expression changes of TNF-, MMP-9, TGF-β1 and TGF-β2 in tears and corneal tissue. Method: This study was divided into two phases on two groups of AMT and standard therapy group (non-AMT). On the first phase, clinical evaluation was examined include visual acuity, total duration of epithelization, total duration of scar formation and the degree of corneal scar, along with laboratory of protein level of TNF-, MMP-9, TGF-β1 in tears with ELISA. On the second phase, mRNA expression of TNF-, MMP-9, TGF-β1, and TGF-β2 in tears and cornea were examined with quantitative Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (qRT-PCR). Result: The result of first phase on TMA group showed significant improvement on visual acuity (p=0.001), total duration of epithelization (p=0.002), total duration of scar formation (p=0.005), and cicatrix degree (p=0.001) compared to non-TMA group and a non-significant result on protein level of TNF-, MMP-9, TGF-β1 in tears on both groups (p>0.005).On the second phase, mRNA expression of TNF-showed the highest decrease on TMA group (0.824 ± 0), MMP-9 showed the highest increase on group TMA (66.698 ± 24.948),TGF-β1 expression increased the highest on TMA group (34.425 ± 14.025), whereas TGF-β2 showed the highest result on non-TMA group (114.049 ± 55.344). Conclusion: There was significant clinical improvement observed in TMA group parallel with related molecular genetic expression, indicated decreasing of inflammation, faster re-epithelization, and less dense scar formation. Protein level and genetic molecular expression in tears are poor predictors of processes occurring in the cornea.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Susiyanti
Abstrak :
Pengetahuan menjadi salah satu faktor penentu dalam kesiapan memberikan pertolongan pertama. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan kesiapan memberikan pertolongan pertama dalam kehidupan sehari-hari pada mahasiswa kesehatan. Desain penelitian ini adalah dengan pendekatan potong lintang menggunakan sampel mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia sebesar 325 responden yang dipilih dengan teknik proporsional stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan pertolongan pertama yang telah dimodifikasi dari penelitian sebelumnya untuk mengukur pengetahuan yang dimiliki responden dan kuesioner yang dikembangkan sendiri untuk mengetahui kesiapan pemberian pertolongan pertama. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,001: p < 0,05) antara pengetahuan dengan kesiapan pemberian pertolongan pertama. mahasiswa kesehatan dengan pengetahuan yang lebih baik mempunyai peluang 2,175 kali lebih siap dalam memberikan pertolongan pertama. Untuk meningktkan pengetahuan dan kesiapan pertolongan pertama pada mahasiswa kesehatan, mereka harus meningkatkannya setiap tahun. Selain itu, pelatihan pertolongan pertama harus ditingkatkan, sehingga mahasiswa yang telah terlatih lebih siap untuk memberikan pertolongan pertama secara mandiri. untuk institusi pendidikan, kurikulum pertolongan petama harus dievaluasi agar lebih baik. ...... Knowledge becomes one of determining factor in the readiness to do first aid. This study aims to identify the relationship between knowledge and readiness of first aid of medical student in daily life. Design used in this study is cross sectional with 325 sample from students of health science faculties at University of Indonesia, samples were selected by proporsional stratified random sampling. The instrument used in this study is the modified first aid knowledge questionnaire to measure knowledge of the respondents and self-developed questionnaire to determine first aid readiness. The result shows that there is a significant relationship (p = 0.001: p <0.05) between knowledge and readiness of first aid. The student which better knowledge also has 2,175 times more ready to do first aid. In order to improve the knowledge and readiness of health science students on first aid, their knowledge should be reinforced every year. Also the first aid training programmes should be raised, so that the trained students are ready to provide first aid independently. By the institution, first aid curicculum should be evaluated.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S60432
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Susiyanti
Abstrak :
Nonunion fraktur merupakan komplikasi penyembuhan tulang yang disebabkan ketidakadekuatan respon tubuh terhadap mekanisme penyembuhan fraktur. Karya ilmiah ini bertujuan menganalisis asuhan keperawatan pada pasien nonunion fraktur cruris post OREF dengan riwayat DM. Intervensi yang dilakukan berupa elevasi kaki, ROM, pemantauan gula darah, manajemen diet DM serta pemberian discharge planning. Hasil intervensi menujukkan bahwa terdapat pengaruh pada pemberian elevasi kaki secara rutin pada pasien. Pasien menunjukkan perbaikan pada keadaan luka, penurunan nyeri dan penurunan tingkat edema. Peninjauan terhadap faktor risiko yang dapat memperburuk dan meningkatkan komplikasi penyembuhan luka serta tulang seperti diabetes mellitus harus dilakukan secara komprehensif. Selain itu, pemantauan status nutrisi, pencegahan infeksi dan edukasi kepada pasien perlu dimaksimalkan untuk membantu penyembuhan tulang. ...... Nonunion fracture is one of bone healing complication caused by inadequate body response of fracture healing mechanism. This study aimed to analyze the nursing intervention of nonunion fracture cruris post OREF revision patient with the history of diabetes mellitus. The intervention was done by leg elevation, ROM, glucose level monitoring, diet management and discharge planning. The results of this study showed that there was effect of routine leg elevation in patients. Patients showed improvement on the wound, decrease of pain and also the decrease of edema. The review of risk factors which can worsen and increase complication of wound and bone healing as diabetes mellitus should maintained comprehensively. In addition, monitoring of nutrients status, infection prevention and discharge planning to the patients should be optimized in order to improve bone healing.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library