Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suryana. author
"Penambahan fasilitas pendiclikan menunjukkan upaya peningkatan kualitas proses
clan hasil pendidikan. Suatu sistem pendidikan disebut bermutu dad segi proses jika
proses belajar-mengajar berlangsung secara efektif, clan peserta didik mengalami proses
pembelajaran yang bermakna clan ditunjang oleh sumber daya (manusia, clana, sarana,
clan prasarana) yang memadai.
Sementara Ru peserta diclik tersebar di lokas! yang sangat beragam mulai dari
daerah terpencil sampai kota metropolitan. Kondisi geografis yang sedemikian luas clan
terpencar, clan tingkat perkembangan pembangunan yang beragam, mengakibatkan
masih rendahnya efisiensi dalam pengelolaan pendidikan.
Masalah dalarn penelitian in! adalah : Bagaimana hubungan faktor jarak dengan
kelengkapan fasilitas Sekolah Dasar di Kabupaten Tasikmalaya ?
Kelengkapan fasilitas Sekolah Dasar yang dimaksud dalarn penelitian ini adalah
rata-rata banyaknya sekolah, guru, ruang kelas, clan mudd sekolah dasar di setiap desa,
yang clihitung berclasarkan rasio guru terha6p ruang kelas (RGk), rasio guru terhadap
sekolah (RGs), rasio kelas terhadap sekolah (RKs) clan rasio murid terhadap kelas
(RIVIk).
Wilayah penelitian adalah desa - desa yang terclapat di Kabupaten Tasikmalaya
Propinsi Jawa Barat (ticlak termasuk Kota Administratif Tasikmalaya).
Wilayah penelitian dibagi menjacli 3 wilayah jarak dengan ketentuan yaitu : Wilayah I
dengan jarak < 20 Krn dad pusat kota, Wilayah 11 : dengan jarak antara 20-40 Km clad
pusat kota, clan Wilayah III : dengan jarak > 40 Krn dad pusat kota. Hasilnya adalah peta
wilayah penelitian berclasarkan jarak dad pusat kota.
Dad hasil penelitian di ketahui : Semakin dekat ke pusat kota, persentase banyaknya
desa yang memiliki variabel-variabel kelengkapan fasilitas SID tinggi semakin bertambah
kecuali rasio murid terhadap kelas (RMk), sedangkan persentase banyaknya desa yang
memiliki variabel-variabel kelengkapan fasilitas SD renclah semakin berkurang.
Semakin dekat ke pusat kota, persentase banyaknya desa yang memiliki tingkat
kelengkapan fasilitas SD baik semakin bertambah, clan yang buruk semakin berkurang."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T39997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryana
"Alat pengukur regangan mekanik maupun elektronik telah banyak berkembang. Dari penggunaan kisi sampai strain gage banyak ditemukan dalam praktek. Salah satu yang ingin dikembangkan sekarang adalah pengukuran perubahan tahanan listriknya. Dengan menggunakan prinsip kerja strain gage yaitu tahanan listrik suatu unsur berbanding lurus dengan panjang dan resistivitasnya dan bebanding terbail dengan luas penampang, maka perubahan fisik tersebut diterjemahkan dengan perubahan tahanan listrik. Dalam hal ini balok beton dianalogikan seperti strain gage (gage active) maka perubahan fisik akibat pembebanan terukur dari perubahan tahanan listriknya. Penambahan serbuk karbon untuk menurunkan tahanan listrik beton. Dalam pengukurannya digunakan prinsip kerja jembatan wheastone.
Perubahan tahanan listrik beton akibat pembenanan belum menunjukkan letak strain pada balok. Oleh karenanya perhitungan regangan dilakukan secara teori dari data penampang dan material yang ditentukan regangannya pada balok. Dengan meregresikan antara pembacaan perubahan tahanan listrik beton dengan strain dari perhitungan, diperoleh gage faktor (F) yaitu angka yang menterjemahkan pembacaan perubahan tahanan menjadi strain pada penampang yang dimaksud. Dari hasil penelitian nilai gage faktor (F) untuk sampel panjang lebih besar, ini menunjukkan sensitivitasnya besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S34866
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryana
"Pada tahun 1996 Pemda DKI Jakarta meluncurkan program Langit Biru Kota Jakarta dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas udara Jakarta. Salah satu langkah yang dilakukan adalah memulai pelaksanaan kendaraan berbahan bakar alternatif termasuk pemakaian bahan bakar gas (BBG) untuk angkutan umum di Jakarta. Tetapi pelaksanaan program ini dianggap belum berhasil dengan indikasi justru terlihat semakin sedikitnyajumlah kendaraan yang memakai BBG, bahkan kini semakin jarang ditemui kendaraan yang memakai bahan bakar gas. Penyebab terjadinya hal ini adalah dikarenakan semakin sedikitnya jumlah SPBG yang beroperasi yang menyulitkan kendaraan mengisi bahan baker gas, mahalnya harga konverter kit yaitu alat untuk mengkonversikan kondisi mesin dari bahan bakar minyak seperti solar dan premium kepada BBG. Penyebab lain adalah Pemda DKI yang terlihat kurang sungguh-sungguh untuk mensukseskan program ini. Tidak jelasnya demand & supply BBG untuk SPBG menyebabkan Perusahaan Gas Negara (PGN) juga mengalami kesulitan untuk bisa memenuhi kebutuhan BBG. Kemudian Tahun 2004 Pemda DKI meluncurkan program busway sebagai moda transportasi massal yang diharapkan selain dapat mengurangi kemacetan juga dapat mengurangi laju polusi udara di Jakarta karena diharapkan banyak pemilik kendaraan pribadi yang ikut menyumbang 70 % polusi di Jakarta karena kendaraan bermotor beralih menggunakan busway. Penggunaan Bahan Bakar Gas (BBG) mulai koridor dua sampai koridor lima belas yang pembangunannya diharapkan selesai tahun 2010 diharapkan pula ikut memasyarakatkan penggunaan BBG. Perhitungan yang dilakukan untuk memenuhi demand and supply BBG dilakukan dengan menghitung berbagai variabel-variabel dan asumsi-asumsi yang terkait seperti banyak unit bus beropersi, kecepatan rata-rata busway, volume tangki BBG, jarak tempuh /liter BBG, lama operasi serta panjang rute dari busway tersebut. Model simulasi power simulation digunakan untuk menghitung sejauh mana peran serta busway 2010 ini dapat mengurangi laju penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta. Terlihat bahwa kehadiran lima belas koridor busway ini cukup signifikan dalam mengurangi laju partikel-partikel polutan di udara Jakarta.

In 1996 the goverment of Dki Jakarta launched a proram caled 'Langit Biru Jakarta' with the aim to improve air quality of Jakarta. Of of its action was to start the use of vehicles with alternative fuel include usin as fuel (Bahan Bakar as or BBG) for public transportation in Jakarta. This proram wasn't succesful because the number of vehicles using BBG was small, and it's even eting rare now. It happened because SPBG - gas station for gas fuel - was still rare, the price of converter kit - tool to convert machine with gasoline into gas fuel - wasvery expensive. Another cause was because the goverment didn't take this program seriously. The unspecified number of demand and supply for gas fuel made it difficult for Perusahaan Gas Negara ( a gas State-Owned Company) to fulfill the needs of BG. Then in 2004 the goverment launched busway program as mass transportation for reducing traffic jam and air pollution in Jakarta because goverment hped that the owner of private vehicles would used the busway .To sosialize BBG, corridor 2 untill 15 will use BBG, which deveopment will be finished in 2010. The calculation to fulfill demandand supply of BBG is done by calculating some variables and assumption related to number of bus operated, busway average speed, volume ofBBGs tank, BBGs radius per liter, time of operation and rote of busway. The simulation of model power simulation is used to evaluate the role of busway 2010 in reducing number f private vehicles that is used in Jakarta. And since then we can see that 15 corridor of busway is quite significant in reducing number of pollutant particles in Jakarta's atmosphere."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37853
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryana
"Komposit serat gelas/poliester telah banyak digunakan pada aplikasi perkapalan, dimana dalam aplikasinya pengaruh lingkungan telah terbukti dapat menurunkan sifat-sifatnya baik sifat fisis dan sifat mekanisnya. Salah satu pengaruh lingkungan yang sering dialami oleh material ini adalah adanya kenaikan temperatur. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh temperatur pemanasan terhadap kekuatan impak dan lentur 4 titik material komposit serat gelas/poliester. Spesimen yang dipakai adalah komposit serat gelas/poliester yang dibuat dengan menggunakan metode laminasi basah. Komposisi dari serat gelas adalah 80% CSM dan 20% WR dengan susunan [3CSM/IWR/BCSM/IWR/2CSM]. Kcmudian pada material ini dilakukan pemanasan pada suatu dapur dengan variasi temperatur 60°C, 80°C, dan 100°c. Selanjutnya dilakukan pengujian impak metode Charpy dengan standar pengujian ASTM D256-93a dan pengujian lentur 4 titik dengan standar pengujian ASTM D790-92. Disamping itu untuk mengetahui bentuk dan mode perpatahan yang terjadi dilakukan foto makro dan mikro pada sampel yang telah diuji. Hasil pengujian impak, menunjukkan bahwa pengaruh temperatur terhadap kekuatan impak tidak dapat diketahui. Hasil pengamatan patahan akibat pembebanan impak menunjukkan mode kegagalan total dari material komposit ini yaitu berupa patah serat, delaminasi, hancumya matriks dan fiber pull-out. Hasil pengujian lentur 4 titik menunjukkan bahwa pengaruh temperatur pemanasan terhadap kekuatan lentur cenderung naik sampai temperatur 80°C, kemudian turun kembali pada pemanasan selanjutnya. Pengamatan perpatahan akibat pembebanan lentur 4 titik menunjukkan mode kegagalan yang didominasi oleh delaminasi pada daerah antarmuka WR dan CSM dan pengamatan patahan mikro memperlihatkan adanya retak matriks, patahan akibat lentur pada daerah WR."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S47858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryana
Bandung: Mandar Maju, 1995
307.72 SUR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Yani Suryana
"Suksesnya pembangunan kesehatan dan gizi yang dilaksanakan Indonesia telah dapat menurunkan masalah gizi yang dihadapi secara bermakna. Tetapi suksesnya pembangunan tersebut mengakibatkan pula perubahan pola penyakit yang ada di Indonesia. Penyakit infeksi dan kekurangan gizi terlihat berkurang, sebaliknya penyakit degenaratif dan penyakit kanker meningkat. Peningkatan kemakmuran ternyata diikuti oleh perubahan gaya hidup. Pola makan terutama di kota-kota besar bergeser dari pola makan tradisional yang banyak mengkonsumsi karbohidrat, sayuran dan serat ke pola makanan masyarakat barat yang komposisinya terlalu banyak mengandung lemak, protein, gula dan garam tetapi miskin serat. Sejalan dengan itu pada beberapa tahun terakhir ini mulai terlihat peningkatan angka prevalerisi kegemukan/obesitas pada sebagian penduduk Indonesia terutama di kota-kota besar, yang diikuti pula pada akhir-akhir ini di pedesaan.
Kelebihan gizi dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti penyakit jantung koroner, diabetes melitus, hipertensi dan penyakit batu kandung empedu. Salah satu faktor yang berperan adalah adanya kebiasaan makan-makanan trendi, makan-makan berlemak. Disamping itu faktor aktivitas fisik juga berperan dalam mengatur kebutuhan energi, dalam hal ini menyangkut aktivitas pekerjaan dan aktivitas olah raga. Selain itu faktor-faktor lain yang berperan adalah umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya masalah status gizi lebih dan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada orang dewasa di Kota Bogor.
Desain penelitian ini adalah "cross sectional" dengan memanfaatkan data sekunder hasil pengumpulan data status gizi pada orang dewasa yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 1997. Kemudian data yang diperoleh dianalisa baik secara bivariat maupun multivariat dengan menggunakan regresi logistik antara faktor risiko (kebiasaan makan-makanan trendi. kebiasaan makan-makanan berlemak, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan olah raga) dengan status gizi lebih pada orang dewasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi status gizi lebih orang dewasa di Kota Bogor adalah sebesar 23,88% (klasifikasi Depkes).
Berdasarkan hasil analisis bivariat faktor risiko yang mempunyai hubungan bermakna antara lain : kebiasaan makan-makanan trendi. kebiasaan makan-makanan berlemak, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan.
Dari hasil analisis model multivariat dengan memasukkan secara bersama-sama semua faktor risiko yang diduga mempunyai hubungan dengan status gizi lebih pada orang dewasa. dapat diketahui ada tiga faktor risiko yang berhubungan dengan status gizi lebih pada orang dewasa yaitu, kebiasaan makan-makanan trendi, umur dan jenis kelamin.
Selanjutnya dari analisis model regresi menunjukkan bahwa proporsi status gizi lebih orang dewasa di Kota Bogor pada kelompok orang dewasa yang berumur 30-39 tahun kejadiannya 2,96 kali lebih tinggi, 40-49 tahun kejadiannya 5,01 kali lebih tinggi, 50-59 tahun kejadiannya 3,91 kali lebih tinggi, 60-65 tahun kejadiannya 2,73 kali lebih tinggi. dibandingkan kelompok umur < 30 tahun. Selain itu juga dapat diketahui hasil dari analisis model regresi bahwa proporsi status gizi lebih orang dewasa di Kota Bogor pada kelompok yang jarang mengkonsumsi makan-makanan trendi 1,31 kali lebih tinggi dan yang sering mengkonsumsi makan-makanan trendi kejadiannya 2,97 kali lebih tinggi, dibandingkan dengan kelompok yang tidak pernah mengkonsumsinya. Sementara itu proporsi status gizi lebih orang dewasa pada kelompok orang dewasa yang berjenis kelamin perempuan 2,29 kali lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.
Terdapat interaksi faktor kebiasaan makan-makanan trendi dengan jenis kelamin dalam kaitannya dengan status gizi lebih pada orang dewasa di Kota Bogor . Dimana pada kelompok perempuan yang jarang(1-4 kali/bulan) mengkonsumsi makan-makanan trendi proporsi status gizi lebilmya kemungkinannya 0,73 kali dari kelompok laki-laki yang jarang mengkonsumsinya. Demikian pula proporsi status gizi lebih orang dewasa pada kelompok perempuan yang sering mengkonsumsi makan-makanan trendi kemungkinannya 0,32 kali dari kelompok laki-laki yang sering mengkonsumsinya.

Factors Related to the Status of Excess of Nutrition on Adults in Bogor in 1997 (Analysis of Secondary Data)The success on health and nutrition development program carried out has been able to decrease nutritious problem that is faced by Indonesian significantly. However, the development also results in changing disease pattern that exists in Indonesia. Infectious disease and malnutrition seems decreased, on the contrary the generative and cancer diseases increased. The increasing of prosperity is followed by the changing of life style. The pattern of having food especially in the big cities moves from a traditional food pattern that consumes a lot of carbohydrate, vegetables and fiber into having a western food pattern that consumes a lot of fat, protein, sugar and salt but consumes less fiber. As consequences, the increase of over weight prevalent value can be seen in recent years in many part of Indonesia, especially in the big cities and also followed by the villages recently.
Excess in nutrition can cause various health problems such as coronary heart, diabetes, hypertension, and gall stone. One factor which plays role is a habit of consuming trend food and fat food. Moreover, physical activity factor also plays role in regulating energy need which includes work and exercise activity. Besides that, other factors that plays role are age, gender and education level.
The purpose of this research is to know the problems of excess of nutrition status and its related factors on the adults in Bogor.
This research design is "cross sectional" by utilizing secundary data on nutritional status of adults. This data collected by Directorate for the Establishment of Nutrition for Community (Direktorat Bina Gizi Masyarakat), Health Department (Departemen Kesehatan) Republic of Indonesia and Health Service Bogor in 1997. The collected data was analyzed by either ` bivariat" or "multivariat" using "Logistic Regression" between risk factors (habit of having trend food, habit of having fat food, age, gender, education level, type of jobs and exercise) and excess of nutrition status of the adults.
The result shows that the excess of nutrition status prevalent of adults in Bogor is 23,88% (Depkes' classification). According to the analysis of "Bivariat" model, the risk factors which have significant relation are: habit of having trend food, habit of having fat food, ages, gender, education levels, and type of jobs.
From the analysis of "multivariat" model using all of the risk factors that are assumed has =elation with the excess of nutrition status of adults, found that there are three risk factors related to the excess of nutrition status of the adults. The three risk factors are habit of having trend food, ages and gender.
Further more, regression analysis model shows that the proportion of excess of nutrition status of the adults in Bogor compare to the group of people with less than 30 years old are as follows:
- Group with the age between 30 and 39 is 2.96 higher,
- Group with the age between 40 and 49 is 5.01 higher,
- Group with the age between 50 and 59 is 3.91 higher, and
- Group with the age between 60 and 69 is 2,73 higher.
Besides that, the regression analysis model also shows that:
- the proportion of excess to nutrition status of the adults in Bogor for a group of people that seldom consumed trend food is 1.31 higher compare to that of group that never consumed trend food, and The group that often consumed trend food is 2.97 higher compare to that of group that never consumed trend food.
Meanwhile the proportion of excess of nutrition status of the female adults is 2.29 higher than male adults.
There is interaction between the habit of having trend food factor and gender that is related to excess of nutrition status of the adults in Bogor. The female group that seldom (1-4 times/month) consumed trend food; the proportion of their excess of nutrition status is 0.73 more than the male group that seldom consumed it. The proportion of excess of nutrition status of the female adults that often consumed trend food is 0.32 higher than the male group that often consumed trend food.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T8370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Suryana
"Latar belakang Infeksi malaria dalam kehamilan berefek serius terhadap ibu hamil maupun janin. Di Purworejo, Jawa Tengah dimana transmisi malaria terjadi sepanjang tahun dan tergantung musim, program pencegahan malaria belum difokuskan pada wanita hamil. Penelitian mengenai infeksi malaria dalam kehamilan masih sangat jarang dilakukan di Indonesia.
Tujuan : Mengetahui karakteristik kasus malaria pads wanita usia reproduksi dan hubungan yang valid antara kehamilan dengan infeksi malaria pada wanita usia reproduksi di Indonesia. Metode: disain penelitian Studi Kasus Kontrol tidak berpadanan. Responden adalah wanita usia 15-49 tahun yang datang ke tempat pelayanan kesehatan di 9 kecamatan endemis di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan bulan Juni-Juli 2003 dengan metode wawancara dan pengambilan sediaan apus darah tebal dan tipis.
Hasil : Terdapat 1065 subjek terdiri dari 64 kasus (4531% adalah wanita hamil) dan 1001 kontrol (33,17% hamil). Jenis parasit malaria menginfeksi adalah Pfalciparum (46.88%) dan sisanya P.vivax. kasus malaria asimptomatik terdapat pada 24 kasus (37.40%) dan dari 29 kasus wanita hamil sebanyak 44.83% asimptomatik. Wanita yang tinggal di daerah LCI dan tidak beraktivitas keluar rumah di malam hari bila hamil memiliki OR 6.42 (CI 95 % 1.34-30.79) dibandingkan wanita tidak hamil. Wanita hamil yang tinggal di daerah LCI namun beraktivitas keluar rumah di malam hari akan meningkat risikonya secara bermakna menjadi 27 kali (OR 27.39; CI 95 % 4.79-156.44) dibandingkan wanita tidak hamil yang tinggal di daerah dan memiliki aktivitas yang sama. Wanita yang tinggal di daerah dengan tingkat transmisi sedang (MCI) dan keluar rumah di malam hari, bila hamil memiliki OR 5.35 (CI 95 % 1.85-1232) dibandingkan wanita tidak hamil.
Kesimpulan : Kehamilan meningkatkan resiko untuk terkena malaria pada wanita usia reproduksi dan efeknya bcrbeda menurut aktivitas dan tingkat transmisi malaria daerah tempat tinggal. Program malaria perlu dimasukkan dalam pelayanan ANC pada program KIA.

Pregnancy as a Risk Factor of Malaria Infection among Women at Reproductive Age in Purwerejo Distric, Central Java, 2003Background : Malaria in pregnancy has serious effect for pregnant women and the fetus. In Purworejo where malaria is perennial and highly seasonal, malaria's program not yet focusing on pregnant women. Recently study about malaria and pregnancy still rare in Indonesia. Objective : To examine the characteristic of malaria cases among women at reproductive age and to prove the valid relationship between pregnancy and malaria infection among them.
Methods : Unmatched case control study. Subjects were collected from women (15-49 years old) who visited primaries health cares in 9 endemic subdistricts in Purworejo district, Central Java. Research was held on June - July 2003, by interviewing respondent using questionnaire and taking thick and thin blood smears.
Results: There were 64 cases (45.31% were pregnant) and 1001 controls (33.17% were pregnant). 46.88% cases were infected by P. falciparum and the rest were by P.vivax. There were 37.40% asymptomatic cases from all cases and 44.83% asymptomatic cases from 29 eases who were pregnant. Compare with nonpregnant women who lives in LCI areas and has no outdoor activity at night, pregnant woman who lives in the same areas and same activity, have risk 6 times fold to have malaria infection (OR 6.42; CI 95 % 1.34-30.79). But if pregnant woman, who lives in LCI areas, has outdoor activity at night then the risk become 27 times fold (OR 27.39%; CI 95 % 4.79-156.44) compare to nonpregnant women who lives in the same area and same activity. Woman who lives in MCI areas and has outdoor activity at night, if she become pregnant then she will have OR 5.35 (CI 95 % 1.85-12.72) than nonpregnant woman.
Conclusion: Pregnancy has a significant effect with malaria infection and the effect depend on the outdoor activity at night and level of malaria transmission of the living area.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T12768
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ino Suryana
"ABSTRAK
Masalah perpindahan dan perombakan pencemar dalam air tanah dapat dimodelkan dalam bentuk sistem persamaan diferensial parsial parabolik nonlinier. Perombakan yang dimaksud adalah menghilangkan atau mengurangi pencemar sehingga tidak membahayakan bagi lingkungannya. Variabel-variabel dalam sistem persamaan diferensial parsial tersebut terdiri dari pencemar, oksigen, dan mikroorganisme. Dalam sistem ini menunjukan adanya interaksi antara pencemar, oksigen dan mikroorganisme. Interaksinya adalah dengan adanya oksigen, mikroorganisme akan berkembang biak dan mendegradasi pencemar sehingga konsentrasi pencemar akan berkurang dari keadaan sebelumnya.
Untuk menyelesaikan sistem persamaan diferensial parsial tersebut dilakukan diskritisasi. Diskritisasi ini menggunakan metoda beda hingga (finite difference). Diskritisasi dilakukan pada variabel spasial persamaan diferensial parsial, yang menghasilkan sistem persamaan diferensial biasa. Sistem persamaan diferensial biasa yang dihasilkan adalah sistem persamaan diferensial biasa nonlinier yang berukuran besar.
Penyelesaian sistem persamaan diferensial biasa di atas dilakukan dengan pendekatan numerik. Integrator yang digunakan adalah metoda multistep, prediktorkorektor. leberapa nilai solusi awal yang diperlukan disediakan oleh metoda Runge-Kutta Implisit Diagonal dari Viz. Penyelesaian ini menggunakan besar langkah yang adaptif. Besar langkah adaptif diperlukan untuk mengatasi besar kesalahan iokal (local truncation error) yang berubah-ubah pada setiap langkahnya. Implementasi dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman FORTRAN 77.
Eksperimen dilakukan pada komputer pribadi dengan clock rate 120 Mhz, dengan nilai awal pencemar berkonsentrasi tinggi di bagian tengahnya yang ditunjukkan oleh ekspresi 4 *-?ill - x * x- y *_yl , oksigen dan mikroorganisme berkonsentrasi merata (homogen) pada seluruh penampang (aquifer). Konsentrasi oksigen dan mikroorganisme masing-masing adalah 4,5 dan 0,1. Waktu pengamatan selama 130 hari dan area terbagi atas grid 10x lO dengan toleransi 10-1. Hasil komputasi penyelesaian dengan metoda prediktor-korektor menunjukkan hasil yang efektif, dan waktu komputasi untuk menyelesaikan tiga titik pertama (metoda Runge-Kutta Implisit Diagonal) mendekati dua kali dari waktu yang digunakan oleh metoda prediktor-kcrektor untuk menyelesaikan titik berikutnya sampai titik terakhir (If)."
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Eka Suryana
"Direktorat Jenderal Pajak mengemban tugas mengumpulkan dana masyarakat yang digali dari sumber dalam negeri di sektor pajak. Penerimaan dalam negeri dari sektor pajak dari tahun ke tahun terus meningkat rata-rata diatas 17.3%, keadaan seperti ini merupakan tugas yang sangat berat. Tugas ini akan dapat terwujud apabila didukung oleh 4 unsur yang saling menunjang yaitu undang-undang perpajakan yang adil dan sederhana, sumber daya manusia pajak yang profesional, masyarakat yang mengerti pajak dan sarana serta prasarana pelayanan masyarakat.
Dalam merealisir penerimaan dan menggali wajib pajak baru, Direktorat Jenderal Pajak terus mengintensifkannya dengan menambah kantor-kantor pelayanan pajak baru disetiap daerah yang memiliki potensi ekonomi yang memungkinkan. Pembukaan kantor-kantor baru tersebut menyebabkan tersedianya jabatan-jabatan yang perlu diisi. Cara yang paling cepat untuk mengisinya adalah dengan menambah pegawai baru, terutama untuk pegawai golongan III setara sarjana ( S1 atau S2 ) dan setelah itu kepada mereka diberi pendidikan dan pelatihan keahlian di bidang perpajakan. Adapun tujuan diberikannya pendidikan dan pelatihan adalah untuk memperoleh petugas pajak yang profesional dan berfikir spesialisasi. Adapun nama pendidikan dan pelatihan tersebut adalah Pendidikan dan Pelatihan Penyesuaian Tugas III Khusus Keahlian Pajak atau DPT-III KKP dan sebagai pelaksananya adalah Pusat Pendidikan dan Latihan Pajak ( Pusdiklat Pajak ).
Setelah mereka bekerja, selanjutnya kepada mereka dilakukan evaluasi yang meliputi unsur-unsur kemampuan penyerapan akademis, perubahan sikap kerja, loyalitas, kerja sama dan kreativitas kerja. Dari evaluasi tersebut diperoleh hasil bahwa mereka telah melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan misi Direktorat Jenderal Pajak. Hal ini mengandung arti bahwa proses alih pengetahuan perpajakan yang dilakukan oleh Pusdiklat Pajak dengan metode yang dipakai, telah berhasil sesuai dengan harapan. Oleh karena alasan itulah maka apabila ada rekrutmen pegawai baru untuk golongan III setara sarjana (S1 dan S2), sebaiknya model DPT-III KKP ini dapat ditetapkan sebagai diktat yang baku."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T7449
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>