Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suraya
Abstrak :
ABSTRAK


Pokok permasalahan tesis ini dititik beratkan pada media yang diwakili oleh para pekerja medianya mengkonstruksi realitas sosial terutama mengenai kasus Aceh dilatarbelakangi oleh ideologi profesionalnya, yaitu menyajikan beritanya dengan tujuan untuk memberikan informasi, pendidikan dan hiburan. Namun kita belum mengetahui bagaimana sebenarnya cara pandang yang dimiiiki oleh institusi medianya (KOMPAS, Republika dan Suara Karya) terutama para individu pengelolanya terhadap kasus Aceh itu sendiri dan citra ABRI yang diangkat ?

Aspek yang ditelaah dalam kerangka teori adalah seputar isi berita (teks) dengan teori ekonomi politik, yang diintertekstualitaskan dengan produksi dan konsumsi teksnya serta sosial budaya pers di Indonesia. Hal ini bertujuan untuk menemukan nilai-nilai (Ideologi) apa yang disebarkan oleh ketiga media tersebut melalui beritaberita kasus Aceh.

Hasil penelitian yang didapat, Republika dan Suara, Karya cenderung lebih banyak mengemukakan framing pelanggaran HAM. ABRI di citrakan sebagai pelariggar HAM. Pada Suara Karya eksemplar yang dikemukakan adalah kekejaman Polpot di Kamboja, Hitler dan Nazi-nya di Jerman dan kekejaman Serbia terhadap Bosnia.

Sedangkan KOMPAS mengemukakan ketiga framing secara merata, yaitu Stabilitas Keamanan, Jasa Rakyat Aceh dan Pelanggar HAM.

Namun pada elemen framing yang dikemukakan terdapat eksemplar, yaitu pemboman terhadap kedutaan besar Amerika Serikat di Nairobi, Kenya dan Dar es Salaam, Tanzania oleh aksi teroris. Depiction yang muncul adalah Terorisme pada aksi-aksi kerusuhan sedangkan pelakunya adalah teroris. Hal ini_ biasanya dikemukakan oleh media non Islam dengan menyebarkan nilai-nilai (Katolik) yang dianutnya. Ideologi dominan pada ketiga media tersebut adalah ideologi kapitalis. KOMPAS memiliki oplah yang besar sehingga lebih banyak dibaca dibandingkan dengan Suara Karya yang hanya lebih banyak dibaca oleh pegawai negeri (afiliasi ke Golkar) dan Republika yang segmen pembacanya kebanyakan muslim. Dengan adanya pemberitaan kasus Aceh tersebut. ketiga suratkabar mengharapkan lebihbanyak dibaca pembacanya sehingga oplahnya menjadi naik dan para pengiklan lebih banyak masuk.

Pemberitaan dalam media pada masa orde baru sangat dibatasi terutama yang menyangkut masalah Pancasila, UUD 1945, Dwi Fungsi ABRI dan kegiatannya serta Keluarga Suharto beserta kroninya. Karena itu pemberitaan mengenai ABRI sangat jarang terekspos. Sedangkan pada masa reformasi, katup-katup pembatas tersebut mulai terbuka. Semua media menikmati ephoria kebebasan tersebut, sehingga kasus Aceh yang banyak menyangkut kegiatan ABRI mulai terekspos. Para pekerja media mengkonstruksi berita Kasus Aceh dipengaruhi oleh perekonomian media yang bersangkutan. Sehingga saat berita tersebut terjadi dikaitkan dengan krisis moneter yang melanda media massa serta peta politik yang sedang berubah ke arah era reformasi. Berita Kasus Aceh dikonstruksikan dengan tujuan agar oplah media tersebut menjadi naik sehingga tetap bertahan dalam situasi dan kondisi yang terjadi di Indonesia.

1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raudatul Jannah Suraya
Abstrak :
Pangan adalah kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Terdapat tidak kurang dari 3000 jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan manusia untuk pangannya. Dari jumlah tersebut hanya sekitar 100 jenis saja yang sekarang dibudidayakan secara luas. Penciutan jumlah jenis ini antara lain akibat dari hasil pemilihan yang didasarkan pada selera dan budaya manusia. Kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian telah mampu melakukan pencangkokan tanaman dari satu gen ke gen lain, yang disebut rekayasa genetika, untuk menghasilkan benih unggul. Para ahli bioteknologi pertanian meyakini bahwa kegiatan rekayasa genetika bisa mengatasi masalah pangan yang Iaju pertumbuhannya tidak dapat mengimbangi laju pertumbuhan kebutuhan penduduk dunia, jika dilakukan dalam pertanian secara konvensiona. Disamping berbagai keuntungan yang bisa dihasilkan, temyata kegiatan rekayasa genetika dikhawatirkan pula bisa menyebabkan timbulnya dampak negatif pada lingkungan hidup, kesehatan manusia dan berdampak pula pada kondisi sosial-ekonomi-budaya manusia. Dengan adanya dampak negatif produk pangan hasil rekayasa genetika, khususnya pada kesehatan manusia, maka diperlukan adanya aturan untuk melindungi manusia sebagai konsumen dari produk hasil rekayasa genetika. Indonesia telah memiliki setidaknya enam peraturan yang berkaitan dengan produk pangan hasil rekayasa genetika. Saat ini yang masih dinanti adalah dilaksanakannya peraturan-peraturan tersebut agar konsumen Indonesia terlindungi, terutama berkaitan dengan pelabelan produk pangan hasil rekayasa genetika yang saat ini sudah beredar di pasaran. Dengan pelabelan ini berarti konsumen memiliki hak untuk memilih dan mendapat infonnasi yang benar mengenai produk yang dikonsumsinya.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T16594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Suraya
Abstrak :
Uji fit APR merupakan satu prosedur yang seharusnya dilakukan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya pencegahan pajanan dengan penggunaaan alat pelindung respirasi. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas uji fit APR dalam mencegah penurunan VEP1 yang dipicu kromium pada pengelas baja stainless dan menilai kenyamanan pemakaian APR tersebut. Metode : Penelitian menggunakan desain clinical tral (cross over) antara dua kelompok pekerja yaitu yang menggunakan APR teruji fit dan pengguna APR tanpa uji fit dengan tersamar tunggal pada pemeriksa VEP1. Efek penurunan VEP1 diukur pada 24 responden dengan membandingkan nilai VEP1 sebelum dan sesudah bekerja dalam 1 shift. Kenyamanan pemakaian APR dinilai dengan kuesioner. Uji fit APR menggunakan metode kualitatif dengan instrument FT- 30 bitter dari 3M. Kadar kromium lingkungan kerja diukur dengan metode NIOSH 7027-1994. Hasil: Kadar kromium lingkungan adalah 3,45 μg/m3. Rata-rata VEP1 ketika responden menggunakan APR biasa sebelum bekerja adalah 3403,8 ml dan sesudah bekerja adalah 3247,5 ml. Rata-rata VEP1 ketika menggunakan APR fit sebelum bekerja adalah 3359,0 ml dan sesudah bekerja adalah 3339,6 ml. Terdapat perbedaan yang signifikan dimana penurunan VEP1 saat menggunakan APR biasa lebih tinggi dibanding saat menggunakan APR fit (uji t berpasangan p=0,011 ). APR fit juga lebih nyaman digunakan dibanding APR biasa (uji Mc Nemar p= 0,022) Kesimpulan : APR teruji fit terbukti efektif mencegah penurunan VEP1 yang terlihat dari (1) terdapat penurunan VEP1 yang signifikan saat responden menggunakan APR biasa dalam 1 shift kerja namun tidak terjadi penurunan bermakna saat menggunakan APR fit, (2) perbedaan penurunan VEP1 antara saat menggunakan APR yang teruji fit dan saat menggunakan APR biasa secara statistik bermakna. APR teruji fit mempunyai tingkat kenyamanan yang lebih baik dibandingkan dengan APR tanpa uji fit.
Introduction: Respirator fit-testing is one of the procedures which should be performed as an integrated part of hazard prevention effort by respirator protection device usage. The purpose of this research was to evaluate effect of RPE fit testing aimed at preventing an acute decline in FEV1 induced by chromium in stainless steel welder and to assess the convenience of RPE usage. Methods: This research was conducted on clinical trial (cross over) design between workers who wore tight fitting RPE and workers who wore regular RPE with single blind at FEV1 evaluator. Declining of FEV1 was measured on 24 respondents by comparing prior working FEV1 value and end working FEV1 value in a work shift. The convenience of RPE usage was assessed by questionnaire. Respirator fit-testing was conducted by qualitative method with FT-30 bitter instrument from 3M. Chromium level at working environment was measured by NIOSH 7072-1994 method. Results: Chromium environment level was 3.45 ug/m³. Should respondents worn regular RPE, the mean of FEV1 prior working was 3403,8 ml and end working was 3247,5 ml. Having worn tight fitting RPE, the mean of FEV1 of respondents prior working was 3359,0 ml and end working was 3339,6 ml. There was a significant differences that FEV1 declining when respondents wore regular RPE was higher than that on wearing tight fitting RPE (dependent t test p=0.011). Tight fitting RPE was also more convenient to wear compare to regular RPE (Mc Nemar test p= 0.022). Conclusions: Tight fitting RPE proved to be effective in preventing an acute decline in FEV1 which were visible from (1) There was significant acute decline in FEV1 when respondents wore regular RPE but not when wearing fit RPE, (2) The differences of FEV1 declining on both treatment was statistically significant. Tight fitting RPE had better convenience level compare to non fitting RPE.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izza Suraya
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk menurunkan kematian balita 30 % dalam Millenium Development Goal tahun 2015, ketahanan bayi neonatal perlu ditingkatkan . Terutama ketahanan hidup BBLR. Di Indonesia, terdapat 72,4 % bayi dengan berat < 2500 gram meninggal pada masa neonatal. Salah satu usaha meningkatkan ketahanan bayi tersebut adalah dengan melakukan intervensi pasca melahirkan, menyegarakan waktu disusui. Mengingat pentingnya peningkatan ketahanan hidup BBLR melalui waktu disusui pertama, penelitian ini dilakukan. Penelitian melihat peranan waktu disusui pertama kali terhadap ketahanan hidup BBLR pada masa 28 hari setelah kelahiran. Jika meninggal dalam kurun waktu tersebut, maka bayi dianggap gagal bertahan. Penelitian menggunakan data SDKI 2002-2003 dan 2007. Desain studi yang digunakan adalah kohort retrospektif. Analisis hubungan tersebut menggunakan teknik analisis survival . Setelah dikontrol, hasil penelitian menunjukkan bahwa BBLR yang disusui pertama kali < 1 hari tidak memiliki hubungan signifikan dengan ketahanan hidup BBLR, melalui pvalue = 0.114 (HR : 2,69 95 % CI : 0,78 ? 9,18). Dengan demikian, waktu disusui pertama kali perlu disesuaikan dengan kesiapan BBLR sehingga mendapatkan hasil yang optimal.
Abstract
To reduce child under five mortality until 30 % in Millenium Development Goal 2015, newborn survival must be increased, especially low birth weight newborn survival. There is 72,4 % low birth weight died around 28 days after their birth. And early breastfeeding is one of many intervention after birth. Based on that reason, we conduct this study to know effect early breastfeeding on newborn survival. Study will use Indonesia Demographic Health Survey 2002-2003 and 2007 with retrospective kohort as design study. This study will use survival analysis technique and control other variabels come from baby (gender and preterm birth) , mother (parity, birth interval, age, abortion, and complication) , health facility (ante natal care, assitance delivery, palce of birth, delivery mode, exclusive breastfeeding, and post natal care visit), and their social economic (wealth, mother?s education, and residence). This study show early breastfeeding doesnt have association with low birth weight newborn survival with pvalue = 0.114 (HR : 2,69 95 % CI : 0,78 ? 9,18). Therefore, early breastfeeding must be well prepared to get an optimal outcome.
2012
T31744
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Suraya
Abstrak :
Musik dapat mempengaruhi emosi dan beberapa fungsi tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh pajanan musik rock terhadap nafsu makan pada tikus galur Wistar jantan dengan metode eksperimental. Selama 15 hari, tikus diberi pajanan musik rock selama empat jam per hari, dan diukur jumlah makanan yang dikonsumsi tiap tiga hari. Data dianalisis menggunakan uji t tidak berpasangan dan didapatkan bahwa pajanan musik rock secara signifikan berhubungan dengan perubahan nafsu makan pada tikus galur Wistar; nilai p = 0,007. Kesimpulannya, Pajanan musik rock selama empat jam dalam waktu 15 hari berpengaruh terhadap peningkatan nafsu makan tikus galur Wistar.
Music affects emotion and some body functions. The aim of this research is to know whether rock music exposed to Wistar-strained rats is linked to their appetite using experimental method. Each rat was exposed to rock music four hours a day in 15 consecutive days and measured for their food consumption every three day. The data were analyzed statistically with independent-t test. In conclusion, rock music was significantly linked to the change of appetite on Wistar-strained rats; p value: 0.007. Rock music exposure to Wistar-strained rats for four hours in 15 consecutive days resulted in the increase of their appetite.
2009
S09046fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library