Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supit, Laureen
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan. Studi ini dilaksanakan untuk membuat prototipe alat mirror stand yang dapat dimanfaatkan untuk standardisasi pengambilan foto wajah. Alat ini dapat mewakili suasana studio dengan memadukan elemen-eleman dasar fotografi.

Metode. Sebuah prototipe alat mirror stand dibangun untuk pengambilan foto klinis wajah. Empat-puluh subjek diambil foto wajahnya dengan posisi standar yang diharapkan. Ukuran antropometri wajah sebenarnya diukur pada tiap subjek, dan pada foto yang dihasilkan dengan referensi ukuran yang ikut terdokumentasi dalam foto. Kedua hasil pengukuran dibandingkan untuk memperoleh perhitungan konversi antar pengukuran tersebut.

Hasil. Hasil pengukuran yang didapat dari wajah sebenarnya hampir sama dengan yang didapat dari pengukuran pada foto yang dihasilkan dari mirror stand. Didapatkan sebuah rumus konstanta yang dapat menterjemahkan ukuran pada foto menjadi ikuran antropometrik sebenarnya.

Kesimpulan. Mirror stand dapat menghasilkan foto yang konsisten dengan standar yang sama. Ukuran pada foto dapat dikonvernsi menjadi ukuran wajah sebenarnya. Alat ini dapat digunakan dalam keseharian klinis sebagai dokumentasi foto wajah yang terstandardisasi.
ABSTRACT
Introduction. Photodocumentation in plastic surgery is vital as a part of clinical, communicational, educaitonal, legal, and research aid. To obtain an ideally conditioned photographs it is necessary to set-up a studio or purchase a designated three-dimensonal anatomic scanner, which may be costly. This study propose a simplified photo standardization for use in random clinical settings using a device called the mirror stand. This model device aims to mimic a studio environment by incorporating the basic elements of producing consistent photographs.

Methods. A pilot mirror stand model is designed for facial photography. Facial images of 40 random subjects were obtained using the device. Real anthropometric measurements of each subject are collected, and then compared to the photographic measurements. The photograpic versus real measurements are calculated.

Results. The actual facial measurements are comparable to the photogrammetric measurements obtained from photos taken on the mirror stand. A constant formula is derived, which allows the conversion of photographic values into the real anthropometric values.

Conclusion. The mirror stand produces consistent photographs in regards to standards.. The pictures obtained can be reliably translated into their real-size anthropometric measurements. The mirror stand can be applied in the daily practice, providing an efficient and cost effective alternative for obtaining a standard justifiable photographs.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supit, Laureen
Abstrak :
Bibir sumbing dengan atau tanpa sumbing langit-langit adalah cacat bawaan kraniofasial yang paling banyak ditemukan. Penyebabnya kompleks dan melibatkan banyak faktor genetik dan lingkungan. Cacat bawaan ini dapat menyebabkan banyak morbiditas, serta beban ekonomi yang berat; karena pasien sumbing membutuhkan intervensi medis setidaknya selama 18 tahun pertama yang mencakup beberapa aspek kehidupan pasien. Derajat dan kompleksitas sumbing sangat bervariasi, yang nantinya akan menentukan tatalaksana dan hasil akhir rekonstruksi untuk tiap individu. Identifikasi dan klasifikasi sangat berperan dalam penilaian awal kasus sumbing yang masing-masing unik, selanjutnya menjadi panduan untuk pemilihan metode yang tepat untuk mengoreksi defek. Beberapa klasifikasi yang ada dapat mengukur derajat keberhasilan rekonstruksi setelah operasi. Upaya yang telah dilakukan dan tantangan untuk dapat memformulasikan suatu klasifikasi yang ideal dan mencakup semua jenis sumbing ditelaah dalam tulisan ini.
Abstract
Cleft lip with or without cleft palate is the most occurring craniofacial anomaly in human, resulting from a complex etiology involving multiple genetic and environmental factors. The defect carries lifelong morbidity and economic burden. Children with clefts will require continuous medical interventions for at least the first 18 years of life, affecting many aspects of their lives. The extent and complexity of clefts vary infinitely, later determining individual management and outcome. Identification and classification play significant roles in initial assessment of these unique cleft cases, which affect options for following correctional attempts. Some classifications even allow measurement of progress after anatomical repositioning, and success rate after surgical repairs. The challenge of developing one such widely inclusive classification is discussed.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library