Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumartini
Abstrak :
Masih tingginya angka kematian neonatal di Indonesia dimana masih mencapai 34/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal tersebut antara lain adalah disebabkan oleh tetanus neonatorium, diare, pneumoni dan infeksi tali pusat yang mencapai 57,1 % (Djaja, 2003). Dari beberpa penelitian perawatan tali pusat menunjukkan pengaruh metoda terhadap lama puput dan terjadinya infeksi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kohort karena melakukan observasi terhadap perawatan tali pusat sampai lepas puput tali pusat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan metoda perawatan tali pusat terhadap lama puput tali pusat. Populasi penelitian adalah bayi sehat yang lahir secara spontan di Rumah Sakit Kesdam Jaya Jakarta dibagi tiga populasi untuk masing-masing metoda sebesar 24 bayi. Analisis data meliputi analisa univariat, analisis bivariat dengan uji chi square. Untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk melihat faktor yang paling dominan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat 5 variabel yang berhubungan dengan lama puput tali pusat di Rumah Sakit Kesdam Jaya Jakarta yaitu variabel metoda perawatan tali pusat, timbulnya infeksi, cara perawatan, kelembaban tali pusat dan sanitasi lingkungan. Sedangkan berat lahir bayi dan lingkar tali pusat tidak berhubungan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan lama puput tali pusat adalah timbulnya infeksi dan sanitasi lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan rerata waktu pelepasan tali pusat yang dirawat dengan metoda kering terbuka adalah 4,58 hari, kering tertutup 6,58 hari dan alkohol 8,46 hari. Bila dibandingkan perbedaan rata rata lama puput antara metoda alkohol dengan kering terbuka 3,38 hari, antara metoda alkohol dengan kering tertutup 1,88 hari dan antara metoda kering terbuka dengan kering tertutup 2,00 hari (p=0,000) terdapat perbedaan yang bermakna. Sehingga dapat ditarik kesimpulan perawatan tali pusat metoda kering terbuka puput lebih cepat dibandingkan metoda alkohol dan kering tertutup. Disarankan kepada rumah bersalin dan bidan dapat menerapkan dan dapat memberikan pendidikan kesehatan yang benar kepada ibu yang baru melahirkan agar dapat melaksanakan metoda dan cara perawatan tali pusat yang baik. ...... Neonatal mortalities in Indonesia are still high reached 34/1000 live births. Some of them are caused by neonatarium tetanus, diarhea, pneumonia and umbilical cord infection that reach 57.1% (Djaja, 2003). Some researches show that there are influences of umbilical cord treatment method to the length of umbilical cord separation and infection occurance. This study is an observational research using kohort design because it observed the umbilical cord treatment till its separation that aims at knowing the correlation of the umbilcal cord treatment method to the length of its ravelation. The population of this study are normal born healthy babies in Kesdam Jaya Jakarta Hospital which are devided into three populations with 24 babies for each method. The data analysis includes univariat analysis; bivariat analysis with chi square test to see the correlation between independance variable and dependance variable; and multivariat analysis with logistic regression test to see the most dominant factor. Multivariat analysis results show that there are 5 variables related to the long of umbilical cord separation in kesdam jaya jakarta hospital, that are umbilical cord treatment method, infection occurrence, treatment ways, umbilical cord humidity, and environmental sanitation. While babies? birth weight and the umbilical cord bend are not related. The most dominant variables related to the the long of umbilical cord revelation are the infection occurence and environmental sanitation. The results show that the time average of umbilical cord ravelation with dry-open treatment method is 4.58 days, 6.58 days with dry-closed method, and 8.46 days with alcohol method. The time average comparation between alcohol and dry-open method is 3.38 days, alcohol and dry-closed method is 1.88 days, and between dry-open and dry-closed method is 2.00 days (p=0.000) which means there is a difference. Therefore, it can be concluded that the umbilical cord ravelation treatment with dry-open method is faster than alcohol and dry-closed method. It is recommended to the maternity home and the midwife to apply and provide the proper health education to new mothers who give birth in order to implement the proper umbilical cord treatment methods.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T41265
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumartini
1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumartini
Abstrak :
ABSTRAK
Penyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Erysiphae diffusa (Cook and Peck) pada tanaman kedelai dan E. polygoni (DC Sawada) pada kacang hijau. Penyebaran penyakit penting ini menyebabkna kehilangan hasil mencapai 35% pada kedelai dan 26% pada kacang hijau. Di Indonesia, penyakit ini terjadi di sentra produksi kedelai dan kacang hijau. Di luar negri, penyebaran penyakit embun tepung meliputi Asia, Amerika Serikat, dan Brazil. Intensitas penyakit biasanya tinggi pada musim kemara, pada saat suh dingin di pagi hari dan kondisi berembun di sekitar pertanaman. Gejala penyakit embun tepung mudah dikenali dengan ciri seperti tepung di permukaan atas daun. Hal ini dapat mengganggu proses fotosintesis dan transpirasi. selain itu, haustorium Erysiphe menyerap fungsi tanaman sehingga menganggu beberapa fungsi dan proses metabolisme. Penyakit embun tepung perlu dikendalikan untuk menekan kehilangan hasil kedelai dan kacang hijau. Cara pengendalian yang disarankan adalah penyemprotan dengan bahan nabati (ekstrak biji mimba, kompos teh, susu sapi, minyak dari citronella, lemongrass, eucalyptus, cinnamon, dan tanaman teh ) pada kedelai dan penggunaan varietes tahan vima-1 pada kacang hijau.
Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017
630 JPPP 30:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Sumartini
Abstrak :
Tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan suatu organisasi adalah dalam rangka mewujudkan suatu tujuan. Tujuan organisasi akan dapat cepat diwujudkan apabila semua komponen dan sumber daya yang dimiliki dapat dipergunakan dengan efektif dan efisien. Kinerja sebagai salah satu output dari sumber daya manusia yang berada dalam organisasi merupakan hal terpenting yang selalu harus diupayakan untuk ditingkatkan guna mencapai kinerja organisasi. Banyak faktor dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Di antaranya adalah kepemimpinan dan motivasi. Pemimpin dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam memimpin, mengarahkan, membimbing, dan memberi teladan bagi pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga mereka dapat melaksanakannya dengan optimal sesuai harapan pimpinan khususnya dan organisasi umumnya. Motivasi yang merupakan kekuatan yang mendorong para pegawai untuk bekerja dengan baik, karena di balik dorongan tersebut terdapat hal-hal yang dianggap dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pegawai. Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan dan motivasi dengan kinerja pegawai di lingkungan Setjen DPR RI khususnya pada Biro Persidangan. Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Untuk mengukur kepemimpinan, Motivasi dan kinerja digunakan pendapat dari Bernad Bass, dkk , Frederick Herzberg dan Thomas S. Bateman. Kinerja pegawai dinilai melalui persepsi atasan langsung terhadap hasil kerja mereka dengan kriteria-kriteria yang dianggap relevan dengan kondisi dan lingkungan kerja. Kepemimpinan seorang atasan dinilai melalui persepsi bawahan mereka. Sedangkan motivasi pegawai dinilai melalui persepsi mereka terhadap pemenuhan hal-hal yang menjadi kebutuhan mereka di lingkungan pekerjaannya. Populasi penelitian ini adalah pegawai Setjen DPR RI yang ditempatkan di lingkungan biro persidangan sebanyak 149 orang, dengan pengambilan data dilakukan atas dasar sampel 50 orang dengan teknik berstrata, proporsional dan random. Data diambil dengan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan dengan didukung wawancara langsung dengan responden. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas data dengan korelasi split half method dan rumusSpearman Brown kemudian dilakukan analisis dengan teknik analisis korelasi product moment Pearson, korelasi berganda dan tabel Anova dari analisa regresi linear dengan last square method. Dari kuestioner yang disebarkan kepada 65 responden, diambil 50 responden sesuai dengan jumlah pengambilan sampel yang ditetapkan yang mewakili populasi sejumlah 149 orang. Dari data penelitian yang telah valid dan reliabel dilakukan analisis dengan hasil, bahwa : 1. Ada hubungan positif dan signifikan antara variabel kepemimpinan dengan kinerja, dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar : 0.950 2. Ada hubungan positif dan signifikan antara variabel motivasi dengan kinerja, dengan nilai koefisien korelasi (r ) sebesar : 0.859 3. Ada hubungan positif dan signifikasi antara variabel kepemimpinan dan motivasi dengan kinerja, dengan nilai koefisien korelasi ( R2 ) sebesar : 0.948 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel-variabel yang diteliti adalah sangat erat. Adapun saran-saran yang disampaikan berhubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh, antara lain : (1) menekankan pentingnya faktor kepemimpinan dalam upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia pada sebuah instansi pemerintah, seperti Sekretariat Jenderal DPR RI. (2) dalam usaha peningkatan kinerja pegawai pada Sekretariat Jenderal DPR RI, maka perlu pula dipertimbangkan dan diperhatikan faktor-faktor yang akan membangkitkan motivasi kerja pegawai, seperti : (a) diadakannya sistim reward and punishment (b) kesempatan bagi para pegawai untuk terus meningkatkan kemampuan, ketrampilan maupun pengetahuannya (c) sistim pengembangan karir yang berpedoman pada sistim penilaian kinerja yang efektif pada intern organisasi (d) penciptaan linkungan kerja yang kondusif dan sehat dengan membina rasa saling percaya dan transparansi (e) dilakukannya pengawasan langsung yang bersifat membina dan mengarahkan bukan menghakimi. xvii + 126 halaman + 16 tabel + 3 gambar + 33 lampiran Daftar pustaka : 34 + 1 artikel+ 6 Peraturan Perundang-undangan (Tahun 1979-2OO2).
the Bureau of Meeting) It is clear that an organization exists to achieve a goal. The objectives of an organization could be accomplished quickly on the condition that all components and the possessed resources are utilized effectively and efficiently. Performance as an output of the resources possessed by an organization constitutes a significant aspect that should be upgrade aiming at achieving the performance of organization. Amount of factors may affect the works performed by the employees in carrying out their jobs. They are, among others, leadership and motivation. A leader in executing his function of leadership plays a very important role necessarily to take the lead, to give directions, to guide and to pioneer the staffs in going through with their works, so that they can optimally their performance in conformity with the wishes of the leader, particularly, and ones of the organization, generally. Motivation constitutes a strength which motivates the staffs to have good performance, because there, behind the motivation, it exists many things believed to be able to realize the wishes and to fulfill the needs of the staffs. The research intends to achieve a goal aiming at comprehending the correlation between leadership and motivation with performance achieved by the staffs of the House of Representatives particularly ones who are at the Bureau of meeting. The research method utilized by the research is quantitative descriptive research. In measuring leadership, motivation and performance, the research applied the theories and opinions of DR Bernard Bass and his colleagues, Frederick Hersberg and Thomas S. Bateman and his colleagues. The performance achieved by a staff is appraised by the means of perception expressed by his direct supervisor to his achievement in accordance with the criteria?s relevant to the situation and the working environment. Leadership of a supervisor is appraised by the means of perception expressed by his staffs. While motivation of the employees was appraised by the means of their perceptions to the fulfillment of what they need in the working site. Population of the research was 149 House's staffs employed at the Bureau of session, and compiling the data was done by taking sample of 50 respondents and by applying the methods of random, proportional and layered technique. The data was handled with care by using a research instrument of questionnaire Which was supported by direct interviews to the respondents. After having examined the validity and reliability of the data by application the split half method correlation and the formula of Spearman Brown, an analyze to the data was accomplished by using the correlation analysis technique of product moment Pearson, multiple correlation and Anova table derived from analyze of linear regression and last square method. Based on the questionnaires disseminated to 65 respondents, 50 were taken in accordance with the due sampling representing the population of 149 staffs. From the reliable and valid data, an analyze was carried out, and the results were as follows: 1. There was a significant and positive correlation between leadership with performance, with correlation coefficient value (r) : 0.950 2. There was a significant and positive correlation between motivation with performance, with correlation coefficient value (r) : 0.859 3. There was a significant and positive correlation between leadership and motivation with performance, with correlation coefficient value (R2) : 0.948 It is assumed that there are tight correlations between the variables analyzed in the research. Some suggestions are proposed relating to the results reflected in the research, among others: (1) to emphasize on the leadership as a significant factor in enhancing the capacity of the human resources possessed by governmental institutions, such as Secretariat General of the House. (2) in order to enhance the works performed by the House's employees, consideration and attention should be paid to several factors which can generate the motivation of staffs, such as below: (a) reward and punishment system should be implemented (b) any possible chance to improve their capacity, skills and knowledge should be provided (c) career development should be based on the appraisal to the effectiveness of performance at the intern of organization (d) a healthy and conducive working environment should be created by the means of transparency and confidence building (e) direct supervision should be applied aiming at to give guidance and direction, not to judge. xvii + 126 pages + 16 tables + 3 pictures + 33 annexes Bibliography: 34 + 1 article + 6 laws and regulations of 1979 - 2002
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Sumartini
Abstrak :
Industri yang bergerak dalam pengolahan makanan dan penyajian makanan slap santap yang disebut industri jasabogal catering telah berkembang dengan pesat pada saat ini. Industri semacam ini banyak dimanfaatkan untuk penyediaan makanan di berbagai tempat dan untuk berbagai keperluan. Kabupaten Bekasi yang telah berkembang sebagai daerah industri, mempunyai dampak yang besar terhadap pertumbuhan usaha jasaboga dalam rangka memenuhi kebutuhan makanan bagi karyawan perusahaan. Dengan makin meningkatnya kasus kejadian luar biasa keracunan makanan yang diakibatkan karena makanan yang disediakan oleh jasaboga yang tidak hygienes dan aman, telah dikembangkan suatu sistem manajemen yang dapat menjamin keamanan makanan yaitu HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point). Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu system pengawasan makanan yang dapat menjamin keamanan makanan secara menyeluruh yang telah diaplikasikan secara meluas pada industri pangan di negara-negara maju. Ada 7 prinsip dalam HACCP yaitu, analisis hazard, identifikasi CCP,Penentuan batas kritikal. prosedur pemantauan, tindakan koreksi, prosedur verifikasi dan dokumentasi serta pencatatan-pelaporan. Penelilian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan penerapan HACCP pada pengelolaan makanan di 5 jasaboga golongan B yang sudah mempunyai sertifikat talk sehat di Kabupaten Bekasi dan hubungan antara cara pengelolaan makanan dengan tingkal cemaran biologis, kimia dan fisik makanan yang dihasilkannya.Penelitian dilakukan dengan melakukan pcnilaian. mengamatan langsung, wawancara, pemeriksaan laboratorium dan pengolahan data sekunder. Dari penelitian ini didapat bahwa pada tahap pemilihan bahan Jasaboga I (nilai 37.5714) dan IV (nilai 36.5714) sudah menerapkan HACCP dengan balk (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga II (28.1905), III dan V (17.2857) menerapan HACCP nya cukup ( nilai antara 30 - 16 ). Sedangkan rata-rata penerapan HACCP pada tahap pemilihan bahan di 5 jasaboga adalah cukup ( nilai antara 30 - 16 ). Pada tahap penyimpanan bahan Jasaboga I (nilai 38.0000) sudah menerapkan HACCP pada tahap penyimpanan bahan dengan balk (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga lI (223143), III ( 30.0000 ) , IV (25.0000) dan V (30.0000) menerapan HACCP pada tahap penyimpanan bahan cukup ( nilai antara 30 - 16 )_ Sedangkan rata-rata penerapan HACCP pada tahap penyimpanan bahan di 5 jasaboga adalah cukup ( nilai antara 30 - 16 ). Pada tahap pengolahan makanan semua Jasaboga yang menjadi objek penelitian penerapan HACCP mempunyai nilai cukup (nilai antara 50-26). Rata-rata penerapan HACCP pada tahap pengolahan makanan di 5 jasaboga adalah cukup ( nilai antara 50 - 26 ). Pada tahap penyimpanan makanan matang Jasaboga I, III dan V penerapan HACCP nya adalah baik (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga II dan IV menerapan HACCP nya adalah cukup ( nilai antara 30 - I6 )_Sedangkan rata-rata penerapan HACCP pada tahap penyimpanan makanan masak di 5 jasaboga adalah cukup (nilai antara 30 - 16 ). Pada tahap pengangkutan makanan Jasaboga I , 111 dan V penerapan HACCP nya adalah balk (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga II dan IV menerapan HACCP nya adalah cukup ( nilai antara 30 --- 16 )_ Rata-rata penerapan HACCP pada tahap pengangkutan makanan di 5 jasaboga adalah balk (nilai antara 45-31). Pada tahap penyajian makanan Jasaboga I penerapan HACCP nya adalah back (nilai antdra 45-31), sedangkah Jasaboga I1,III ,IV dan V menerapan HACCP pada nya adalah cuktip ( nilai antara 30 - 16 ). Rata-rata penerapan HACCP pada tahap penyajian makanan di 5 jasaboga adalah back (nilai antara 45-31).Penerapan HACCP yang paling balk pada setiap tahapan penggelolaan makanan adalah Jasaboga I. Tahapan pengelolaan makanan yang berpengaruh terhadap cemaran biologis adalah tahap pemilihan bahan (nilai Sig. _000), pengolahan makanan (nilai Sig. .028), penyajian niakanan (nilai Sig. _006) dan tahapan pengelolaan makanan yang paling kritis atau paling berpengaruh terhadap cemaran biologis adalah tahap pemilihan bahan (nilai t-test adalah 17.214).
Today, industry that deals with food processing and serving called catering industry, has grown rapidly. The service given by this kind of industry is providing food in any places and for any occasions. Bekasi has become an industrial area, gives a great effect on the growth of catering industry in terms of fulfilling the need of a company's employees of food. Since the number of food poisoning caused by unhygienic and unsafe food provided by catering companies has increased, a management system that can guarantee the food safety. named HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point),is developed. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) which has been applied widely to food industries in developed countries, is a system of food supervision that can give a total guarantee of food safety. HACCP has seven basic principles ; they are hazard analysis. CCP identification. critical level determination, procedures of control, conduct of correction, procedure of verification and documentation and recording reporting. A purpose of this study is to acknowledge the comparison of HACCP application to food processing at 5 catering companies of group B in Bekasi that have held healthy certificates ; and relation between food process method and contamination level of food biology. chemistry, and physic resulted from the food process. The method of this study is judgment, direct observation. interview, laboratory observation. and secondary data process. From this study it is learned Catering Company I (value 37.5714) and IV (value 36.5714) have applied HACCP good (value ranges from 45 - 31), while Catering Company II ( 28.1905), III and V ( 17.2857) of application its HACCP sufficient ( value ranges from 30 - 16 ). That an average of HACCP application to the ingredients selection step at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 30 - 16). Catering Company I ( value 38.0000) have applied HACCP to the ingredient storage step is good (value ranges from 45-31), while Catering Company II (22.7143), III (30.0000), IV (25.0000) and V (30.0000) HACCP application to the ingredients storage step is sufficient (value ranges from 30 - 16).An average of HACCP application to the ingredients storage step at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 30 - 16). An average of HACCP application to the food processing step at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 30 - I6). All Catering Companies becoming research object of HACCP application to the cooked food storage have value is sufficient (value ranges from 50 - 26).An average of HACCP application to the cooked food storage at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 50 - 26). Catering Company I,lll and V of HACCP application to the food delivery is good (value ranges from 45 - 3I ), while Jasaboga II and of IV HACCP application to the food delivery is sufficient (value ranges from 30 - 16). An average of HACCP application to the food delivery at 5 catering companies is good (value ranges from 45 - 3I ). Catering Company I of HACCP application to the food serving is good (value ranges from 45 - 31 ), while Catering Company II , III , IV and V of HACCP application to the food serving is sufficient (value ranges from 30 - 16). An average of HACCP application to the food serving at 5 catering companies is good (value ranges from 45 - 31 ). Catering company I has performed the best HACCP application to every step of food processing. The food processing step which has an effect on biological contamination is food selecting (value sig. .000), food processing (value sig. .028), food serving ( value sig. .006) and the food processing step which is most critical and has an effect on biological contamination is food selecting (t-test value is 17.214).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Sumartini
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini perlu dilakukan karena komitmcn dokter pada rumah sakit akan mempengaruhi tingkat kehadiran dokter spesialis, produktivitas dokter spcsialis dalam memberikan pelayanan dan pengembangan mutu pelayanan di rumah sakit. Komitmen dihubungkan dengan budaya organisasi didasarkan pada fungsi budaya organisasi yang dapal menumbuhkan komitmen . Komitmcn dihubungkan dengan kepuasan kerja didasarkan pada peke|ja yang puas akan meningkatkan komitmennya. Tujuan penelitian ialah : (1) diketahuinya hubungan antara budaya organisasi dengan komiuncn dokter spesialis; (2) dikctahuinya hubungan antara kepuasan kerja dengan komilmen dokter spesialis; (3) diketahuinya hubungzm budaya organisasi dan kepuasan kerja dcngzm komitmen dokter spwialis. Responden penelitian ini adalah 35 doktcr spcsialis. Alat ukur yang digunakan adalah organinizational culture survey Denison (2000), a job satisfaction survey Spector (1985) dan organizational commirmem Allen & Meyer (1993). Scmua skala dimodiiikasi. Penelitian ini mcnggunalan analisis kuantitatii Analisis statistik dilakukan secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan kepuasan kerja berhubungan dcngan korniunen, tidak dcmikian dcngan hubungan budaya organisasi dan komitmen .Budaya organisasi bcrupa praktek manajemen, dinilai oleh dokter spesialis bclum sepcnuhnya fokus pada keterlibatan, konsistensi, adaptabilitas dan penghayatan misi. Sumber kepuasan kerja dokter spesialis adalah rekan kexja dan pekcrjaan yang dilakukan. Sumber ketidakpuasan dokter spesialis adalah imbalan, promosi, supervisi dan kondisi kerja. Dokter spesialis memiliki komitmen yang tinggi. Komitmcn kclanjutan dokter spesialis berhubungan dengan praktek manajemen yang fokus pada konsistensi dan kepuasan pada imbalan. Komitmen normatif dolqer spcsialis berhubungan dengan praktck manajemen yang fokus pada penghayatan misi dan kepuasan pada pekerjaan yang terkait dengan profesinya. Kesimpulan penelitian ini adalah keterikatan yang tinggi dari doktcr spesialis berkaitan dengan statusnya sebagai PNS. Kepuasan Kezja sangat belperan pada komiimen yang dimiliki dokter spesialis. Saran utama yang diajukan kepada RSUD Kota Bekasi adalah pimpinan dan manajemen perlu menyatukan persepsi dengan seluruh karyawan rumah sakit, agar memiliki pemahaman yang sama dalam praktek manajemen. Pimpinan dan manajemen perlu memahami dan memenuhi kebutuhan- kebutuhan dokter spesialis, khususnya yang terkait dengan kepuasan kerja.
ABSTRACT
Physician?s commitment has significant relationship with their level of attendances, and their productivity in term of services quality, which will leverage the total quality of hospital . Commitment is related to organimtion culture in form of relationship where the organization culture develops organization commitment. Commitment has also a strong relationship with cmployee?s satisfaction. Objectives of this research are: (1) examining thc relationship of organization culture toward physician?s commitment; (2) examining the relationship of job satisfaction toward the pl'tysician?s commitment; (3) examining the relationship of both organization culture and job satisfaction toward physiciaxfs commitment. Respondent for this research are 35. Scale of organizational culture survey Denison (2000), scale of job satisfaction survey Spector (l985), and scale of organizational commitment Allen & Meyer (1993) are the measurement tools. The analysis of this research is using quantitative method. Statistical analysis is performed in univariate, bivariate and multivariate. The result of this research shows that job satisfaction level has significant relationship on organization commitment. Separately, organization commitment does not have significant relationship on organization culture. Organization culture, base on physician opinion, has not yet focus on empowerment; has not consistent in development of work instruction and implementation; has not adaptive with the change of organization environment; and has a lack of organization?s mission understanding. Physician?s?s satisfaction is influcnt by their type of job and the relationship within their professional colleagues. Their dissatisfaction can be influent by the lack of benefit and promotion opportunities, and the non-conducive work environment conditions.. The physician has been highly committed to RSUD Bekasi. Physician?s continuans commitment has a relationship to management practices that focus on consistency and benefit _ Physician?s normative commitment has a relationship to management practices that focus on organization mission, and their job satisfaction as a physician . This research concludes that the level of pl1ysician?s commitment to RSUD Bekasi has a strong correlation with their status as civil service. Job satisfaction is more sensitive to physician?s commitment As a recommendation for RSUD Bekasi, top management should develop a synergy within all employees, in tenn of perception to the organization mission, which will be implemented through management practices. Top management should understand and willing to fulfill the physieian?s requirements, which are related to their job satisfaction.
2007
T34531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Sumartini
Abstrak :
ABSTRAK
Tingginya angka kurang gizi pada balita di Kota Depok merupakan masalah yang belum teratasi dan dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak serta kualitas hidup anak selanjutnya. Salah satu penyebabnya adalah pemberian makan yang tidak sesuai usia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi praktik ibu dalam memberikan makan pada anak balita kurang gizi di Kecamatan Beji Depok. Desain penelitian menggunakan cross sectional yang bersifat explanatory research dengan jumlah sampel sebanyak 163 ibu yang memiliki balita usia rata-rata 29,07 bulan. Ibu yang tidak sesuai melakukan praktik pemberian makan pada balita dengan jumlah 96 orang 58,9 . Analisis bivariat menunjukkan variabel pengetahuan ibu, jenis keluarga, dan pendapatan keluarga memiliki hubungan yang signifikan P value.
ABSTRACT
High rates of malnourished children under the age of five in Depok has not resolved yet. It might affect children rsquo s growth and development, and also their quality of life. One possible cause is inappropriate feeding practice. This study aimed to identify factors affecting maternal feeding practice for malnourished children under five years in Depok. The design of this research was cross sectional. A total of 163 mothers of children with 29.07 months average age were recruited. Among the cases, larger proportion of inappropriate maternal feeding practice was 96 mothers 58.9 . Bivariate analysis showed mother 39 s knowledge, type of family, and family rsquo s income were significantly associated with maternal feeding practice P value
2015
T47158
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sumartini
Abstrak :
Upaya kesehatan berpedoman pada prinsip pemerataan yang artinya harus merata mencapai seluruh lapisan masyarakat baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Dengan ditetapkannya Kabupaten Tangerang sebagai daerah penyangga DKI Jakarta, maka banyak menampung luapan penduduk DKI Jakarta akibatnya banyak berdiri daerah pemukiman. Demikian juga yang terjadi di Kecamatan Ciputat yang termasuk salah satu kecamatan yang terdekat dengan DKI Jakarta,disana banyak bermunculan daerah pemukiman baru, untuk itu banyak berdiri pula berbagai sarana pengobatan dengan berbagai kualitas. Sebagai akibatnya ada kecenderungan masyarakat dalam pola pencarian/pemilihan pengobatan terhadap sarana pengobatan baik milik pemerintah maupun swasta yang ada didaerahnya. Sesuai dengan hasil SKRT 1986 bahwa pengguna pelayanan kesehatan terbanyak disamping kelompok usia lanjut adalah kelompok balita (0 - 4th), untuk itu peneliti tertarik mengadakan penelitian mengenai variasi pemilihan pengobatan balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Kecamatan Ciputat. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya variasi pemilihan pengobatan balita dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu mengadakan observasi terhadap ibu balita yang mempunyai balita 0-4 tahun yang pada periode 4 bulan terakhir sebelum penelitian sakit, dengan cara mengukur variabel pendidikan, pengetahuan, pendapatan perkapita tiap bulan, biaya pengobatan, jarak, waktu menunggu dan kebutuhan terhadap pemilihan pengobatan balita. Hasil penelitian yang diperoleh ternyata ibu balita dalam pemilihan pengobatan jika balitanya sakit adalah sangat bervariasi yaitu mengobati sendiri, dibawa ke puskesmas, ke bidan, ke praktek dokter, klinik 24 jam dan ke rumah sakit serta ke dokter spesialis. Dan yang terbanyak adalah mengobati sendiri dan ke puskesmas. Tetapi dengan keterbatasan biaya, waktu dan sarana, maka yang dilakukan analisa adalah pemilihan terhadap pengobatan pemerintah dimana sekaligus dapat diketahui pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Dan dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dari 7 variabel yang diteliti yaitu variabel pendidikan, pengetahuan, pendapatan perkapita tiap bulan, biaya pengobatan, jarak dan waktu menunggu serta kebutuhan pengobatan, maka ada 3 variabel yang mempunyai pengaruh terhadap pemilihan pengobatan balita yaitu variabel biaya pengobatan, jarak dan waktu menunggu. biaya pengobatan, maka kecenderungan Makin tinggi tinggi memilih pengobatan pemerintah makin tinggi. Kemudian makin jauh jarak ke tempat pengobatan, maka kecenderungan memilih pengobatan pemerintah makin kecil. Kesimpulan lain makin lama waktu menunggu dalam pengobatan, maka kecenderungan memilih peMgobatan pemerintah makin kecil. Untuk tercapainya pemerataan pelayanan kesehatan dan meningkatkan pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang ada maka perlu peninjauan kembali dari penelitian ini mengenai penyebab sedikitnya ibu balita memilih pelayanan pemerintah apakah karena jumlah sampel yang kurang ataukah karena ada faktor lain yang tidak diteliti tapi lebih besar pengaruhnya misalnya dari segi providernya atau karena kurangnya sarana dan prasarana atau karena penyebab lain. Untuk itu disarankan bagi penelitian lebih lanjut diharapkan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan perlu penelitian dari faktorr lain yang belum diteliti dengan data yang lebih lengkap dan analisa yang lebih mendalam. Daftar Kepustakaan 29 (1974 - 1993).
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Sumartini
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T27333
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bertha Tri Sumartini
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh panduan coaching kepala ruang terhadap kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan perawat primer. Penelitian dengan desain quasi experiment with control group posttest only. Populasi penelitian adalah perawat primer di ruang rawat inap PKSC, Jakarta. Jumlah sampel 77 orang pada kelompok intervensi dan 77 orang pada kelompok kontrol. Hasil penelitian karakteristik individu tidak ada pengaruh terhadap berpikir kritis dan pengambilan keputusan. Analisis regresi logistik ganda ditemukan adanya pengaruh coaching terhadap berpikir kritis ( p value 0,04) dan pengambilan keputusan (p value 0,036), Coaching dapat dikembangkan penggunaannya bagi staf, perawat baru dan pembimbingan mahasiswa untuk pengembangan keperawatan profesional. ......The aim of this study was to examine the effect of coaching guide of charge nurse to critical thinking and decision making primary nurse .This study with quasi experiment with control group posttest only design. The study population was the primary nurse at the inpatient ward in PKSC, Jakarta. The number of samples of 77 people in the intervention group and 77 people in the control group. The individual characteristic did not reveal any contribution.Multiple logistic regression analysis found that the significant influences on coaching toward critical thinking (p value 0,044) and decision making (p value 0,036). Coaching can be developed for personal use, nurses orientee and nurses student for professional nursing development.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T33228
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>