Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sulistio
Abstrak :
Api yang tidak terkontrol dinamakan kebakaran. Kebakaran dapat dikendalikan dengan alat pemadam api yang banyak jenisnya salah satunya yaitu sistem kabut air yang saat ini sedang dikembangkan untuk dapat memadamkan api secara efektif. Kinerja sistem kabut air ini dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu, mass flux density, momentum, ukuran droplet, jarak nosel dengan sumber nyala api dan tekanan yang dipakai. Penelitian ini akan mencari karakteristik dari nosel tipe full cone dan mencari karakteristik bahan bakar bensin. Salah satu pengaplikasian sistem kabut air ini yaitu pada pemadaman kebakaran dapur rumah tangga karena media yang digunakan sistem kabut air ini adalah air maka tidak akan merusak lingkungan sekitar dan aman untuk digunakan. ......Uncontrolled fire is called fire. Fires can be controlled with a fire extinguisher which is one of many types of water mist system, water mist system currently being developed to be able for extinguish the fire effectively. Water mist system performance is influenced by several things, mass flux density, momentum, droplet size, nozzle distance to the source of flame and pressure used. This study will looking for the characteristics of full-cone nozzle type and characteristics of gasoline fuel. The application of water mist system is fire suppression in the household kitchen because the source which used in water mist system is water, then it will not be damage for the surrounding environment and safe to use.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1580
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Angelina Sulistio,author
Abstrak :
Konsep diri merupakan bagian penting dari kehidupan seorang anak. Anak dengan konsep diri positif akan merasa dirinya kompeten dalam menghadapi tugas - tugas di sekolah. Anak dengan konsep diri negatif cenderung akan merasa dirinya tidak kompeten atau meragukan kemampuannya untuk meraih prestasi di sekolah. Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep diri seorang anak dapat mempengaruhi bagaimana anak tersebut berpikir dan bertingkah laku. Salah satu penyebab seorang anak mempunyai konsep diri negatif adalah adanya kekeliruan pola berpikir tentang diri sendiri dan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengubah kekeliruan pola berpikir pada individu adalah melalui Cognitive behavior therapy. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh cognitive behavior therapy dalam meningkatkan konsep diri anak menjadi lebih positif. Terapi dilaksanakan dengan menggunakan program - program cognitive behavior therapy yang telah disusun oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metoda studi kasus. Metoda yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah wawancara, observasi, dan dokumen. Partisipan pada penelitian ini adalah klien Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi UI yaitu; G, anak laki-laki berusia 9 tahun 7 bulan dan memiliki konsep diri negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cognitive behavior therapy mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan konsep diri anak menjadi lebih positif. Namun, peneliti meragukan apakah keberhasilan terapi benarbenar merupakan hasil terapi atau dikarenakan kondisi yang baru terjadi pada G, yaitu penurunan raport dan ia naik kelas. Oleh karena itu disarankan untuk melakukan terapi dengan jarak yang cukup jauh dengan penerimaan raport kenaikan kelas sehingga anak juga dapat menerapkan langsung coping dan positive self-talk ketika menghadapi ulangan.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Eko Sulistio
Abstrak :
ABSTRAK
Pencatatan perkawinan adalah merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam setiap pelaksanaan perkawinan. Perkawinan yang tidak dicatat, tidak diakui oleh negara. Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan) menentukan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayannya itu. Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan menentukan tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan adanya ketentuan Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan, yang menjadi, persoalan adalah apakah dengan tidak dilakukannya pencatatan mengakibatkan perkawinan tidak sah ? Dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan, penulis mencoba melakukan penelitian mengenai perkawinan yang tidak dicatat berkaitan dengan praktek pembuatan akta notaris. Dari hasil penelitian penulis ternyata terdapat perbedaan pandangan di kalangan notaris yang berpraktek di Jakarta, ada yang menyatakan bahwa perkawinan yang tidak dicatat dianggap tidak sah, dan ada pula yang menyatakan bahwa perkawinan yang tidak dicatat tetap dianggap ada dan sah. Adanya perbedaan pendapat di kalangan notaris membawa akibat di dalam menentukan kewenangan para pihak dalam pembuatan akta notaris, yang akhirnya membawa akibat tidak terdapatnya kepastian hukum bagi para pihak, hal mana akan menimbulkan permasalahanpermasalahan hukum berkaitan dengan praktek notaris di dalam pembuatan akta. Sehubungan dengan apa yang diuraikan diatas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan pembahasan lebih lanjut mengenai permasalahan hukum berkaitan dengan perkawinan yang tidak dicatat, khususnya berkaitan dengan praktek pembuatan akta notaris.
2004
T36637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septo Sulistio
Abstrak :
[ABSTRAK
Latar Belakang : Laparoskopi kolesistektomi saat ini menjadi pilihan utama kasus batu kandung empedu simtomatik. Walaupun minimal, laporan mengenai nyeri abdomen dan nyeri bahu masih dirasakan pascalaparoskopi kolesistektomi. Nyeri ini muncul segera setelah operasi dan dapat bertahan selama 3 hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas instilasi ropivakain 0.375% intraperitonium sebagai ajuvan terapi nyeri pascalaparoskopi kolesistektomi. Metode : Penelitian ini adalah uji klinik acak tersamar ganda yang dikerjakan di Instalasi Bedah Pusat RSCM pada bulan November 2014 sampai April 2015. Subjek yang memenuhi kriteria dibagi menjadi kelompok ropivakain (R) (n=35) mendapat 40 mL ropivakain 0.375% dan kelompok NaCl (N) (n=33) mendapat 40 mL NaCl 0.9%. Peracikan regimen dikerjakan oleh orang yang berbeda dengan operator dan penilai. Tingkat nyeri statis, dinamis dan nyeri rujuk dinilai pada jam ke-1, 6 dan 24 pascaoperasi. Waktu meminta analgetik tambahan pertama (petidin) juga dicatat. Data regimen yang diterima baru dibuka setelah pengumpulan data selesai. Hasil : Secara statistik terdapat perbedaan bermakna pada proporsi nyeri statis jam pertama antara kelompok R dan N. Kelompok R cenderung memiliki nilai VAS lebih rendah (p=0.05;OR=0.453). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada keseluruhan jenis nyeri yang dinilai dalam tiap-tiap waktu penilaian. Median waktu meminta petidin juga tidak berbeda antara kedua kelompok. Simpulan: Instilasi ropivakain 0.375% intraperitonium tidak lebih efektif sebagai ajuvan terapi nyeri pascalaparoskopi kolesistektomi dibandingkan tanpa ajuvan.
ABSTRACT
Background: Laparoscopy cholecystectomy has been the preferred procedure for symptomatic cholelithiasis. Although less minimal, abdominal and shoulder pain are still reported. The pain rises after operation and persists for 3 days. The aim of this study was to determine the effect of intraperitoneal ropivacaine 0.375% as adjuvant in postlaparoscopy cholecystectomy pain therapy. Method: This was a randomized, double blinded, clinical control trial that held in central operating theater Ciptomangunkusumo hospital during November 2014 until April 2015. Subjects divided into two groups. The ropivacaine (R) group (n=35) got 40 mL ropivacain 0.375% and the control (N) group (n=33) got NaCl 0.9% in same volume. Regiment was prepared by different personel from the operator and evaluator. Pain at rest, cough and shoulder pain were recorded in VAS at 1st, 6th and 24th hours postoperative. Time to get the first petidine dose was also recorded. Result: Ropivacaine had higher proportion of mild pain at rest (VAS<4) at 1st hour (p=0.050; OR=0.453). There were no statistically significant difference for other pain proportions in any time measured. Median time to get first petidine dose did not differ between the two groups. Conclusion: Intraperitoneal instillation of ropivacaine 0.375% as adjuvant in postlaparoscopy cholecystectomy pain therapy is not more effective than without adjuvant.;Background: Laparoscopy cholecystectomy has been the preferred procedure for symptomatic cholelithiasis. Although less minimal, abdominal and shoulder pain are still reported. The pain rises after operation and persists for 3 days. The aim of this study was to determine the effect of intraperitoneal ropivacaine 0.375% as adjuvant in postlaparoscopy cholecystectomy pain therapy. Method: This was a randomized, double blinded, clinical control trial that held in central operating theater Ciptomangunkusumo hospital during November 2014 until April 2015. Subjects divided into two groups. The ropivacaine (R) group (n=35) got 40 mL ropivacain 0.375% and the control (N) group (n=33) got NaCl 0.9% in same volume. Regiment was prepared by different personel from the operator and evaluator. Pain at rest, cough and shoulder pain were recorded in VAS at 1st, 6th and 24th hours postoperative. Time to get the first petidine dose was also recorded. Result: Ropivacaine had higher proportion of mild pain at rest (VAS<4) at 1st hour (p=0.050; OR=0.453). There were no statistically significant difference for other pain proportions in any time measured. Median time to get first petidine dose did not differ between the two groups. Conclusion: Intraperitoneal instillation of ropivacaine 0.375% as adjuvant in postlaparoscopy cholecystectomy pain therapy is not more effective than without adjuvant., Background: Laparoscopy cholecystectomy has been the preferred procedure for symptomatic cholelithiasis. Although less minimal, abdominal and shoulder pain are still reported. The pain rises after operation and persists for 3 days. The aim of this study was to determine the effect of intraperitoneal ropivacaine 0.375% as adjuvant in postlaparoscopy cholecystectomy pain therapy. Method: This was a randomized, double blinded, clinical control trial that held in central operating theater Ciptomangunkusumo hospital during November 2014 until April 2015. Subjects divided into two groups. The ropivacaine (R) group (n=35) got 40 mL ropivacain 0.375% and the control (N) group (n=33) got NaCl 0.9% in same volume. Regiment was prepared by different personel from the operator and evaluator. Pain at rest, cough and shoulder pain were recorded in VAS at 1st, 6th and 24th hours postoperative. Time to get the first petidine dose was also recorded. Result: Ropivacaine had higher proportion of mild pain at rest (VAS<4) at 1st hour (p=0.050; OR=0.453). There were no statistically significant difference for other pain proportions in any time measured. Median time to get first petidine dose did not differ between the two groups. Conclusion: Intraperitoneal instillation of ropivacaine 0.375% as adjuvant in postlaparoscopy cholecystectomy pain therapy is not more effective than without adjuvant.]
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58676
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Sulistio
Abstrak :
Pendahuluan: Interleukin-17 (IL-17) adalah sitokin yang berasal dari sel T yang berperan penting dalam memulai dan mempertahankan respon pro-inflamasi dan perkembangan penyakit periodontal. Tujuan: untuk menilai kadar IL-17 dalam cairan crevicular gingiva (CKG) dari perokok dengan periodontitis kronis, dan dibandingkan dengan kelompok non-perokok. Metode: Sampel CKG diambil dari lokasi kehilangan perlekatan ≥ 3mm pada 14 subjek perokok dan 11 subjek tidak merokok dengan penyakit periodontal. Pemeriksaan ELISA dilakukan untuk menentukan jumlah total IL-17 di dalam sampel CKG. Hasil: Ada perbedaan bermakna (p≤ 0,05) total kadar IL-17 di dalam sampel CKG antara perokok dengan non-perokok. Tidak ada perubahan signifikan tingkat IL-17 di CKG sesuai dengan banyaknya jumlah konsumsi rokok.Tidak ada perbedaan kadar IL-17 pada kedalaman poket periodontal antara perokok dengan periodontitis kronis, dan tidak ada perbedaan kadar IL-17 antara perokok dengan non-perokok disertai periodontitis kronis. Kesimpulan: Merokok tidak mempengaruhi kadar IL-17 pada CKG penderita periodontitis kronis. ......Introduction: Interleukin-17 (IL-17) is a cytokine derived from T cells. This cytokine has a role in beginning and continuing a pro-inflammatory response and the development of periodontal disease. Objective: to investigate the effect of smoking on IL-17 levels in the gingival crevicular fluid (CKG) of smokers with chronic periodontitis, and compared with the group non-smoking with chronic periodontitis. Methods: CKG samples were taken from the deepest pocket affected by periodontal disease (attachment loss ≥ 3mm) from 14 subjects of smokers and 11 subjects of non-smokers. ELISA examination was carried out to establish the total amount of IL-17 in the collected CKG samples. Results: There were significant differences in total IL-17 levels in CKG between smokers and non-smoker. There was no significant change in IL-17 levels in CKG related to the amount of cigarette consumption. There was no significant change in IL-17 levels related to periodontal pocket depth (PPD) smoker with chronic periodontitis. There was no significant change in IL-17 levels between smoker and non-smoker with chronic periodontitis. Conclusion: Smoking did not significantly affect total levels of IL-17 cytokines in CKG patients with chronic periodontitis.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sulistio
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanoko Prawira Sulistio
Abstrak :
Hama, dikenal sebagai salah satu fenomena yang membahayakan dalam kehidupan manusia, karena memiliki banyak kemungkinan untuk menghancurkan sumber daya manusia, tanpa terkecuali koleksi perpustakaan seperti buku, naskah, arsip. Koleksi Perpustakaan rentan mendapat ancaman yang berasal dari agen biologis (makhluk hidup) yang dapat menyebabkan kerusakan, baik sedang maupun besar. Penyebab datangnya hama disebabkan oleh beberapa faktor seperti temperatur, kelembaban, dan lingkungan yang kotor. Tujuan penelitian ini adalah menelusuri indikasi hama  dan apa saja kerusakan yang terjadi pada koleksi Perpustakaan Universitas Indonesia serta upaya-upaya preservasi dan konservasi yang dilakukan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus deskriptif yang menguraikan gambaran perservasi dan konservasi koleksi perpustakaan. Penelitian dilakukan di Perpustakaan Universitas Indonesia, menggunakan metode pengumpulan data, observasi, pencatatan dan wawancara serta analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa kerusakan baik pada koleksi perpustakaan maupun pada sarana penyimpanan koleksi perpustakaan yang disebabkan oleh debu, serangga (ngengat, kutu buku, kecoa), air, kelembaban, jamur, karat dan hewan pengerat yaitu tikus. Kerusakan terjadi terutama pada koleksi buku terbitan diatas 15 tahun yang lalu. Perservasi dan konservasi yang telah dilakukan meliputi; perbaikan atap yang bocor, relokasi koleksi, melindungi koleksi dengan cara membungkus dengan plastic dan melakukan penyemprotan hama secara berkala. Kesimpulan penelitian ini adalah hama, seperti serangga, jamur (fungi) dan hewan pengerat seperti tikus, cuaca dan kelembaban udara dapat merusak koleksi yang disimpan di Perpustakaan, dengan demikian preservasi dan konservasi koleksi perpustakaan harus dilakukan secara berkala dan rutin agar kerusakan lebih lanjut tidak terjadi, terutama di ruang penyimpanan koleksi umum yang menyimpan koleksi berbahan kertas. ......Pest, known as one of many hazardous phenomenons in human daily life and having so much possibilities to destroying human resources. Without any exception, the collections on library such as books, archive, and others collections that made from the paper, considered to be fragile when it has a threat from any biological agents. Pests can cause mild or even heavy damage for all those collections.  However, the Cause of Pest infestation can be caused by several factors such as temperature, lights, humidity, or even a dirty environment. The focus of this research is about Pest Control as the part of Preservation and Conservation subjects on Library and Information Science Department. This research (Mini Thesis) was occurred and held on University of Indonesia Library prior as the part of the researches graduation requirements. This Research was written and finished by using qualitative methods of research. And the use of Observation, Data Analysis, and Case Study approaches as the methods of information and data gathering. As the Conclusion, the purpose of this research refer to the explanation about what pests such as insects, fungi (mushrooms), and rodents could do towards the Collections that stored in the Library, especially common collections room that keeps any paper based material collections.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yakso Sulistio
Abstrak :
Setidaknya sejumlah lebih dari 332 ribu jiwa telah hilang akibat lebih dan 260 kejadian gempa bumi yang terjadi di dunia dalam kurun waktu 1949 sampai dengan 1969. Dalam tiga dekade terakhir sejumlah penelitian telah mengarah kepada penggunaan sistem kontrol struktur sebagai metode penahan gempa, baik sistem kontrot pasif, sistem kontrol aktif, (keduanya dapat dibedakan dari ada tidaknya gaya kontrol yang digunakan untuk melawan gaya-gaya yang disebabkan percepatan tanah pada saat terjadinya gempa bumi), maupun sistem kontrol hibrid (gabungan keduanya). Kontrol hibrid diharapkan menghasilkan performance pengontrolan yang baik karena dapat menutupi kelemahan kedua metode kontrol yang digabungkan. Penggunaan alat kontrol (control devices) baik dengan sistem kontrot aktif, pasif dan hibrid dimaksudkan agar struktur tidak mengalami kerusakan ketika terjadi gempa-gempa besar (percepatan maksimum mencapai 0.4 g). Sebuah algoritma kontrol aktif yang diajukan oleh P.B. Shing et. al. yang disebut sebagai non-linear velocity feedback dengan menggunakan Active Bracing System terbukti sangat efektif dalam mereduksi respon struktur akibat gempa bumi, dan menghasilkan kinerja pengontrolan yang lebih baik dari pada algoritma kontrol klasik LQR. Non linier yang dimaksudkan dalam metode ini adalah besar gaya kontrol yang digunakan bukan merupakan fungsi linear terhadap respon struktur (dalam hal ini kecepatan struktur). Non linieritas dalam metode ini dijamin oleh penggunaan saturasi (batas maksimal gaya kontrol yang boleh digunakan /terjadi pada aktuator). Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah kapasitas maksimum dari aktuator yang digunakan akan sering tercapai (hal ini tidak terjadi pada algoritma LQR), sehingga aktuator dapat digunakan secara optimal. Dalam skripsi ini, sistem kontrol hibrid (Base Isolator + non linier velocity feedback Active Bracing System yang diformulasikan berdasarkan algoritma di -atas) disimulasikan terhadap struktur portal geser delapan lantai yang dikenai percepatan gempa El Centro (1940) pada komponen utara-selatan (NS), gempa San Fernando-NS (1971) dan Kobe-NS (1995), dan hasilnya dibandingkan dengan sistem kontrol aktif (non linier velocity feedback Active Bracing System) dan pasif (Base Isolator). Hasil simulasi menunjukkan reduksi interstory drift sampai dengan 65% dapat dicapai oleh struktur yang dilengkapi dengan Bl, dan sampai dengan 71% dapat dicapai oleh struktur yang dilengkapi dengan sistem hibrid, yang dikenai percepatan gempa El Centre. Pada beban dan gaya kontrol yang sama dengan sistem hibrid tersebut, sistem kontrol aktif hanya mampu melakukan reduksi sampai dengan 32%. Dengan sistem kontrol di atas, struktur dapat didisain dengan dimensi yang lebih kecil, dan tanpa resiko kerusakan struktural dan arsitektural pada saat terjadinya gempa bumi, sehingga lebih aman bagi pengguna bangunan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S34858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Sulistio
Abstrak :
ISO 9000 adalah syarat untuk memenangkan persaingan global. Implementasinya berbanding lurus dengan peningkatan kehandalan proses. Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistim untuk meningkatkan kehandalan proses. Salah satu perangkat TQM untuk menganalisa kehandalan rnelalui metode statistika adalah Probabilitas Risk Assesment (PRA), dimana di dalamnya terdapat metode analisa induktif dengan alat bantu analisa Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Tujuannya adalah mencegah kegagalan produk akibat proses perakitan sebelum produk tersebut sampai ke pelanggan. Dengan analisa FMEA dapat ditentukan proses kritis pada perakitan yang menjadi penyebab kegagalan produk. Hasil dari analisa digunakan sebagai masukan bagi perusahaan untuk melakukan perbaikan proses. ......ISO 9000 is a requirement for winning gloal competition. The implementation is equivalent with reability process improvement. Total Quality Management (TQM) is a system to improve process reability. One of TQM tool to analyze reability through statistical method is Probabilistic Risk Assesment (PRA), which have inductive analysis method tool analysis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). The purpose of FMEA is preventing product failure causes by assembly process before its reach through customer's hand. Using FMEA analysis it can be predict the critical process at assembly line that causes product failure. The result is use as input for company's process improvement.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S37826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Sulistio
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1982
S16726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>