Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukma Wardhani
Abstrak :
Indeks polifenol adalah suatu indeks yang mewakili kadar polifenol total dalam suatu sampeL Untuk analisis kuantitatif polifenol digunakan metode spektrofotometri sinar tampak dengan pereaksi Folin CioGalteiu Asam gallat dipilih sebagai baku pembanding karena memiliki banyak kelebihan^ anta^a lain dengan kadar rendah memberikan absorpsi yang tinggi dibandingkan asam tanat. Prinsip metode ini adalah senyawa polifenol akan mereduksi asam fosfomolidat-tungstat yang merupakan kandungan utama pereaksi Folin Ciocalteu dalam suasana basa menghasilkan senyawa berwarna birii yang dapat diiikiir serapannya seeara spektrofotometri sinar tampak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum untuk analisis kuantitatif polifenol menggunakan metode ini adalah pada perbandingan volume Folin Ciocalteu : natrium karbonat 10% sebesar 1,2 : 0,5 dengan pengukuran serapan setelah direaksikan selama 10 menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa indeks polifenol tertinggi dimiliki oleh minuman teh sampel A setara dengan 0,373 mg/ml asam gallat, dan indeks polifenol terendah dimiliki oleh minuman teh sampel D dan E setara dengan 0,184 mg/ml asam gallat. Untuk memisahkan polifenol dari senyawa bukan polifenol yang juga membentuk warna biat dengan pereaksi Folin Ciocalteu, maka ditambahkan polivinil pirolidon untuk mengikat polifenol membentuk endapan. Bila jumlah polivinil pirolidon yang ditambahkan minimum 50 mg/ml, endapan akan terbentuk apabila telah mencapai konsentrasi minimum polifenol (asam gallat) sebesar 0,40 mg/ml. ...... Polyphenol index is an index that represents total polyphenol concentration in a sample. Quantitative analysis of polyphenol was done according to visual spectrophotometry method using Folin Ciocalteu as reagant. Gallic acid was chosen as a reference substance because in low concentration it gives high absorption value when compared to tannic acid. This method is based on the ability of polyphenol substance to reduce phosphomolybdat-tungstic acid as the main substance in Folin Ciocalteu reagant in alkalin condition, to produce a blue substance that can be determined by its absorption on a visual spectrophotometer. The results showed that the optimal condition for this method is a ratio of Folin Ciocalteu : natrium karbonat equivalent to 1.2 : 0.5, and the absorption was observed, 10 minutes after the reaction. In addition it showed that the highest polyphenol index was given by a tea sample A equivalent to 0.373 mg/ml gallic acid, while the lowest was given by tea sample D and E equivalent to 0.184 mg/ml gallic acid. To separate the polyphenol from non polyphenol substance that also can give blue color using Folin Ciocalteu reagant, polivinil pirolidon was added to bind the polyphenol and formed precipitate. If the polivinil pirolidon added was minimum 50 mg/ml, a precipitate will occur if the polyphenol (gallic acid) concentration is minimum 0,4 mg/ml.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wiweka Sukma Wardhani
Abstrak :
Seiring dengan rneningkatnya volume perdagangan jasa, rnaka terdapat kebutuhan akan sebuah perjanjian yang rnengatur tentang perdagangan jasa internasional. Di bawah WTO, GATS disepakati pada tahun 1995 dan bertujuan untuk rnendorong liberalisasi perdagangan jasa internasional. Pendidikan tinggi, yang selama ini dianggap sebagai barang publik, adalah Salah satu dari subsektor yang diatur dalarn GATS. China sebagai Salah satu negara berkernbang dengan kebutuhan pendidikan tinggi tertinggi dunia yang sernakin rneningkat memutuskan untuk meliberalisasi jasa pendidikan tingginya. Pendidikan tinggi di China dianggap sebagai pasar potensial bagi negara maju eksportir pendidikan tinggi. Hasil interaksi China, sebagai anggota baru WTO pada tahun 2001, dengan berbagai kepentingan negara maju, sesama negara berkembang, dan dengan WTO sebagai organisasi internasional turut rnemengaruhi alasan di balik strategi dan posisi yang diambil dalarn negosiasi liberalisasi jasa pendidikan tinggi di bawah GATS. ......The increasing volume of international trade in services promoted the urgency of an international agreement that regulates trade in services. Under the WTO, GATS agreement has been signed in 1995 and has a goal to further the liberalization phase in intemational trade in services. Higher education, a sector that has been considered as one of the public goods, also subjected and regulated under the GATS agreement. China, as a developing country With the highest demand on higher education, decided to give commitment on the liberalization of its higher education system. Chinese higher education has become a potential market for many developed countries, which also the main exporting countries for higher education. The interaction process between China, as a new member state of the WTO in 2001, and other member states (developed and developing countries), and also the WTO as an international organization, gives influence on the rationale behind China's decision to apply one particular strategy and position in the negotiation of higher education liberalization under the GATS agreement.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library