Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukirman
"Penelitian ini berawal dari pemikiran bahwa prestasi belajar mahasiswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa (faktor internal) maupun faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa (faktor eksternal). Inteligensi sebagai faktor internal kognitif, dan kemandirian serta kebiasaan belajar sebagai faktor internal yang non kognitif (kepribadian), berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa, Pada penelitian ini prestasi belajar mahasiswa program D2 PGSD yang tidak terlalu tinggi disebabkan oleh berbagai faktor. Inteligensi, kemandirian dan kebiasaan belajar merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa D2 PGSD IKIP Semarang.
Penelitian ini mengkaji hubungan antara inteligensi, kemandirian dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar mahasiswa. Sampel penelitian diambil sebanyak 4 kelas (161 mahasiswa) secara random dari semua mahasiswa D2 PGSD semester IV tahun ajaran 1994/1995 yang berjumlah 10 kelas (400 mahasiswa). Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes inteligensi yaitu dengan tes Standard Progresive Matrics (SPM) dari Raven, angket kemandirian, dan angket kebiasaan belajar serta prestasi belajar diperoleh dari rata-rata IPK selama tiga semester.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa dari empat hipotesis yang diajukan semuanya diterima. Keempat hipotesis tersebut adalah . (1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara inteligensi dengan prestasi belajar (r = .5335) dengan p = .01; (2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kemandirian dengan prestasi belajar (r =.3402) dengan p.01; (3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar (r = .3498) dengan p = .01; (4) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara inteligensi, kemandirian dan kebiasaan belajar dengan prestasi belajar.
Selanjutnya dari hasil temuan itu diajukan saran hendaknya perlu ditingkatkan usaha untuk mendorong mahasiswa agar dapat berprestasi secara optimal melalui peningkatan kemandirian dan kebiasaan belajar ke tingkat yang lebih baik lagi. Pemberian motivasi ini dapat dilakukan oleh dosen mata kuliah, dosen wali, ketua UPP, pimpinan fakultas maupun ketua program D2 PGSD. Dalam penelitian lanjutan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar hendaknya tidak hanya melibatkan faktor-faktor internal saja, tetapi juga mencakup faktor-faktor eksternal maupun internal yang mungkin berpengaruh terhadap prestasi belajar seperti status sosial ekonomi orang tua, situasi proses perkuliahan, jumlah SKS atau beban kredit yang diambil, masa depan yang berkaitan dengan lapangan pekerjaan. Dan perlu menggunakan alat-alat ukur yang lebih standar, artinya alatalat ukur yang digunakan sebagai pengumpul data sebaiknya diujicobakan terlebih dahulu di lapangan, dan validitas serta reliabilitas dianalisis dengan beberapa teknik yang memungkinkan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T7972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukirman
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983
S19497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukirman
"Suatu mekanisme kinetika kimia terinci untuk pembakaran toluena telah dilakukan dan dievaluasi pada rentang yang lebar dari suatu reaksi pembakaran. Dalam hal ini mencakup beberapa diantaranya adalah diterapkan dalam alat uji shock tubes, perfectly stirred reactor (PSR) dan plug flow reactor (PFR). Mekanisme reaksi yang dihasilkan dengan menggunakan program aplikasi Chemkin terdiri dari 617 reaksi elementer dan 107 spesies yang mana membutuhkan keahlian yang cukup untuk mengembangkan suatu mekanisme kinetika kimia yang bisa diaplikasikan pada reaksi oksidasi dengan temperaratur sedang hingga temperature tinggi. Dekomposisi termal dari toluene dan reaksi reaksi serangan spesies radikal yang mengarah pada terbentunya spesies teroksigenasi (oxygenated species) diberikan perhatian khusus.
Model kinetika toluena yang menyeluruh akan mendukung untuk mendapatkan profil konsumsi bahan bakar yang effisien baik itu untuk aplikasi shock tubes, perfectly stirred reactor maupun plug flow reactor. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dipakai sebagai acuan untuk validasi adalah hasil percobaan yang dilakukan terhadap campuran homogen pada rentang tertentu nisbah kesetaraan (equivalence ratios) pada tekanan yang dimampatkan dari 25 sampai 45 bar dan temperature 920 K hingga 1100 K. Data yang dipakai untuk validasi ini adalah data sekunder dari hasil percobaan Davidson [D.F. Davidson, B.M. Gauthier, R.K. Hanson, Proc. Combust. Inst. 30 (2005) 1175 - 1182] dengan memvariasikan konsentrasi oksigen, sementara konsentrasi toluenanya dijaga tetap untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh dari oksigen dalam berkontribusi terhadap pola ignisi.
Percobaan tambahan dengan memvariasikan fraksi mol dari bahan bakar pada harga nisbah kesetaraan tertentu menunjukkan bahwa waktu tunda ignisi menjadi lebih pendek dengan makin tingginya konsentrasi bahan bakar. Prakiraan dari berbagai mekanisme kinetika rinci juga diperbandingkan dimana hasilnya menunjukkan belum didapatkannya keakuratan data mekanisme kinetika untuk toluene terhadap data percobaan untuk penentuan waktu tunda ignisi maupun jumlah panas yang dilepaskan. Analisa fluks dilakukan untuk mengidentifikasi arah reaksi yang paling dominan dan reaksi mana yang menunjukkan penyimpangan dari data yang bersumber dari percobaan dan data hasil simulasi.

A detailed chemical kinetic mechanism for the combustion of toluene has been assembled and investigated for a wide range of combustion regimes. The later includes shock tubes, perfectly stirred reactor (PSR) and Plug Flow Reactor (PFR). The reaction mechanism features 617 elementary reactions and 107 species and represents an attempt to develop a chemical kinetic mechanism applicable to intermediate and high temperature oxidation. Toluene thermal decomposition and radical attack reactions leading to oxygenated species are given a particular attention.
The final toluene kinetic model results in excellent fuel consumption profiles in both flame and plug flow reactors and sensible predictions of temporal evolution of hydrogen radical and pyrolysis products in shock tube experiments. Experiments are conducted for homogeneous mixtures over a range of equivalence ratios at compressed pressures from 25 to 45 bar and compressed temperatures from 920 to 1100 K. Experiments varying oxygen concentration while keeping the mole fraction of toluene constant reveal a strong influence of oxygen in promoting ignition.
Additional experiments varying fuel mole fraction at a fixed equivalence ratio show that ignition delay becomes shorter with increasing fuel concentration. Moreover, autoignition of benzene shows significantly higher activation energy than that of toluene. In addition, the experimental pressure traces for toluene show behavior of heat release significantly different from the results of Davidson et al. [D.F. Davidson, B.M. Gauthier, R.K. Hanson, Proc. Combust. Inst. 30 (2005) 1175'1182]. Predictability of various detailed kinetic mechanisms is also compared. Results demonstrate that the existing mechanisms for toluene fail to predict the experimental data with respect to ignition delay and heat release. Flux analysis is further conducted to identify the dominant reaction pathways and the reactions responsible for the mismatch of experimental and simulated data.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49616
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eman Sukirman
"Perkembangan kota Depok menjadi kota baru, yang memiliki struktur sendiri yaitu pusat bisnis, pemukiman kelas menengah, pemukiman kelas menengah ke atas, pusat pendidikan, dan wilayah bersifat desa. Perkembangan ini merupakan salah satu hal yang menandakan bahwa kota Depok mempunyai daya tarik tersendiri bagi kalangan investor. Daya tarik investasi suatu kota tidak hanya ditentukan oleh satu atau dua faktor kota tersebut. Keseluruhan faktor dan kondisi tersebut bergabung menjadi satu yang membentuk daya tarik investasi suatu kota. Hal ini berlaku umum pada setiap kota atau daerah, termasuk kota Depok. Setelah mengetahui daya tarik investasi, hal yang perlu dirumuskan yaitu cara atau strategi memasarkan kota. Permasalahan yang akan dijawab yaitu (1) Apakah faktor-faktor yang menentukan kondisi daya tarik investasi di Kota Depok ? Apakah kondisi eksisting kota Depok berpengaruh pada iklim investasi dan menjadi daya tarik bagi investor ?; dan (2) Apakah strategi pemasaran yang tepat bagi kota Depok berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki oleh kota Depok ?
Menurut Kotler (1993 : 18) Pemasaran kota atau daerah merupakan cara mendisain suatu daerah untuk memuaskan kebutuhan dari target pasarnya. Ukuran keberhasilannya adalah ketika penduduk dan kalangan bisnis senang dengan komunitasnya, dan adanya pertemuan harapan dan kenyataan antara pengunjung dengan investor. Untuk menyusun strategi pemasaran kota, maka diperlukan pengukuran tingkat daya tarik investasi di kota Depok. Untuk keperluan tersebut diperlukan model, yaitu peralatan analisis yang mampu memformulasikan persepsi masyarakat yang bersifat kualitatif menjadi sebuah nilai kuantitatif yang akhirnya dapat dijadikan sebagai dasar penghitungan tingkat daya tarik investasi kota Depok Salah satu model analisis yang sesuai dengan keperluan tersebut adalah AHP (The Analytic Hierarchy Process), yaitu sebuah model multi purposes yang mampu menganalisis data kualitatif menjadi data kuantitatif.
Dari hasil kajian yang dilakukan dengan menggunakan metode AHP, berdasarkan persepsi para pelaku usaha dan para pengamat ekonomi, faktor-faktor yang dapat dianggap penting dalam menentukan daya tarik investasi kota Depok secara berurutan adalah faktor infrastruktur fisik (termasuk didalamnya ketersediaan infrastruktur fisik dan kualitas akses) yaitu sebesar 44,5 %, faktor ekonomi daerah (termasuk didalamnya potensi ekonomi daerah dan struktur ekonomi daerah) sebesar 26,2 %, faktor kelembagaan (termasuk didalamnya kepastian hukum, aparatur, kebijakan daerah dan keuangan daerah) sebesar 15,2 %, faktor tenaga kerja dan produktifitas (termasuk didalamnya ketersediaan tenaga kerja, biaya tenaga kerja dan produktifitas tenaga kerja) sebesar 8,9 % dan terakhir faktor sosial politik (termasuk didalamnya keamanan, kondisi sosial politik dan budaya masyarakat) sebesar 5,2 %. Kondisi ini merupakan kondisi secara nyata (eksisting) yang mempengaruhi daya tarik investasi di kota Depok. Data keseluruhan daya tarik Kota Depok menunjukkan rendahnya minat para pelaku usaha untuk menanamkan modalnya di Kota Depok.
Hasil kajian menunjukkan daya tarik yang rendah sebesar 36.4 %, daya tarik sedang sebesar 27.9 %, daya tarik sangat rendah 18.1 %, daya tarik tinggi sebesar 12.4 % dan terakhir daya tarik sangat tinggi sebesar 18.1 %. Kondisi nyata (eksisting) yang paling mempengaruhi daya tarik investasi yaitu infrastruktur fisik (44,5 %). Hal ini disebabkan ketersediaan infrastruktur fisik di Depok yang masih kurang dan tentunya kualitas akses yang masih rendah. Ada dua langkah strategi pemasaran kota Depok, yaitu pertama memperbaiki infrastruktur fisik yang disesuaikan dengan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) kota Depok (termasuk didalamnya Rencana Rinci Tata Ruang(RRTR) dan kedua, membentuk image dan positioning kota Depok.
Berdasarkan hasil kajian, terdapat beberapa rekomendasi terkait upaya penyusunan strategi pemasaran berdasarkan daya tarik investasi di Kota Depok, yaitu: (1) Perlunya kajian mendalam mengenai variabel-variabel daya tarik investasi berdasarkan kondisi nyata (eksisting) agar dapat dilakukan positioning yang tepat dan komprehensif, (2) Upaya untuk meningkatkan sarana infrastruktur fisik dengan melakukan pembangunan dan penambahan akses yang menghubungkan seluruh wilayah yang ada di Kota Depok sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah yang ada; (3) Meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan dengan menjadikan visi kota sebagai dasar pelaksanaan kegiatan pembangunan; (4) Perlunya kota Depok merubah visinya agar lebih fokus dan menjual; dan yang tidak kalah penting yaitu; (5) SDM unggul di Kota Depok yang memiliki kompetensi dan kapabilitas bertaraf nasional maupun internasional sebaiknya dilibatkan secara intensif dalam menyusun perencanaan dan pemasaran kota.

Developing Depok city become a new city, who has its own structure , that is business center, settlement of middle society and upper class society, education center and the areas which have special characteristic as a village. This development indicates that Depok city has attracting investment for investor community. The attracting investment of one city or area is not just definited by one or two element But all element and condition collected together forming the attracting investment of the city. This, prevails for every city or area, including Depok. After knowing this point, the thing that has to be formulated is the strategic city marketing.
The problems that will be answered are (1) What are the factors that determine the condition of attracting investment in Depok city ? Do the conditions of Depok city influence in investment climate and becoming the attracting investment for investor ?; and (2) What are the appropriate strategic marketing for Depok city based on its potential and condition.
According to Kotler (1993: 18), city or place marketing constitutes the way to design the city for satisfying necessity of marketing target. The measurement of success is if people and business community like their own community and presence unification of expectation and reality between visitor and investor. To arrange strategic city marketing, it's needed level measuring of attracting investment in Depok city. For this, needs model, that is analytical tools- that afford to formulate society perception that has qualitative character become into quantitative character. At the end can be becomed enumeration base of attracting investment level Depok city. One of the analysis model that appropriate is AHP (The Analytic Hierarchy Process), this is the multi purpose model which afford analyze qualitative data become quantitative data.
From the outcome of research that use AHP method- according to the perception of business performer and economic observer- the important factors that determine attracting investment of Depok city are physical infrastructure (including availability of physical infrastructure and access quality) about 44,5%, factor of economic area (including potential of economic area and structure of economic area) about 26,2%, institutional factor (including law assurance, apparatus, region policy and region finances) about 15,2%, labor force and productivity factor (including availability of labor force, cost and productivity of labor force) about 8,9% and the last, social political factor (including safety, social political condition and society culture) about 5,2%.
This is constitute the existing condition that influence attracting investment in Depok city. All data about attracting investment in Depok city, indicate how low the interest of business performers to invest their financial capital in Depok. The low attracting investment about 36.4%, the lower about 27,9%, the lowest about 18,1 %, the high attracting investment about 12,4 % and the highest about 18,1%. The existing condition that most constitutes attracting investment is physical infrastructure (44,5%). This is because the less of availability physical infrastructure and the low of access quality.
There are two steps of Depok strategic marketing, first improve physical infrastructure that appropriated with city lay out and region structure of Depok city (including the details of city lay out), second, transform image and positioning Depok city.
According to study results above, there are several case that need to be recommended and interrelated by compiling strategic marketing, based on attracting investment in Depok city, (1) Execute the profound study about statistical variable of attracting investment based on existing condition, so can be attituded the appropriate and comprehensive positioning; (2) The efforts to increase physical infrastructure tools, by executing development and increasing access that connect all the region in Depok city. Besides, the important thing is appropriating infrastructure development with the planning of city lay out and planning of the existing region structure; (3) Increase the quality of city environment by create the vision of the city as a base implementation of development activity; (4) It's necessary for Depok changing its vision, so it can be more focus and marketable; (5) The excellent human[ resource in Depok who has national and international competence and capability, it's preferable to involved in preparing city planning and marketing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13756
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Engkir Sukirman
"INTISARI
Senyawa YBa2Cu307_x memiliki dua bentuk struktur, yakni struktur ortorombik yang superkonduktif dan struktur tetragonal yang berperilaku seperti semikonduktor. Distribusi kekosongan kedua struktur tersebut telah ditentukan dengan teknik difraksi neutron, menggunakan metode analisis Rietveld. Perilaku hambatan listrik terhadap suhu cuplikan ditentukan dengan metode "probe" empat titik. Hasil analisis menunjukkan bahwa, pada cuplikan superkonduktif atom - atom oksigen dan kekosongan oksigen terdistribusi secara teratur berturut-turut sejajar sumbu a dan sumbu b pada bidang CuO, sehingga mengakibatkan b < a. Pada cuplikan semikonduktif, kekosongan oksigen terdistribusi secara acak pada bidang CuU, menyebabkan a = b. Batasan yang menyatakan bahwa, untuk 0 { x < 0,5 bahan berbentuk ortorombik dan bentuk tetragonal terjadi jika 0,5 < x { 1, ternyata tidak terbukti. Dalam penelitian ini ditemukan fasa ortorombik yang banyak mengalami kekurangan oksigen x = 0,68. Jadi batasan yang paling tepat untuk pembentukan fasa ortorombik/ tetragonal adalah kondisi keteraturan / ketidakteraturan kekosongan oksigen pada bidang dasar sel satuan.

ABSTRACT
The YBa2Cu307_x compound occurs in two polymorphs 2 9 7-x orthorhombic and tetragonal structures which have super conducting properties and semiconductor-like behavior, respectively. The vacancy distribution of both structures has been determined by neutron diffraction technique, using Rietveld analysis method. The resistivity behavior at various sample temperatures has been determined by four-point probe method. The analysis of the diffraction patterns show that oxygen ?atoms and the vacancies in a super-conducting sample are orderly distributed on CuO planes parallel to the a-axis and b-axis respectively, resulting in b < a. The oxygen vacancies in a semi conducting sample are randomly distributed on the CuO planes, resulting in a = b. The rule which states that the orthorhombic and tetragonal phases can be formed over a range of compositions: OCxCO.5 and 0.5[x[1.0 respectively, are not confirmed. In this investigation it was observed that an orthorhombic phase occurred at an oxygen deficiency of x = O.6B. Thus the most appropriate rule for the orthorhombic I tetragonal phases formation are the ordering / disordering of the oxygen vacancies on the CuO planes.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sukirman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fardy Muhammad Ichsan Sukirman
"Risiko dan ketidakpastian dalam kegiatan pemboran merupakan suatu hal yang lumrah dihadapi di industri hulu migas. Tidak diantisipasinya risiko akan berakibat fatal pada biaya pemboran. Kesiapan aspek material tangible oleh KKKS (Owner Company) adalah suatu keharusan dan menjadi faktor pertimbangan utama jadi atau tidaknya proyek. Pemboran tidak bisa dimulai atau dilanjutkan ke tahap trayek berikutnya, ketika material tidak tersedia dalam kuantitas yang mencukupi. Perusahaan harus menjamin ketersediaan material dengan tetap memperhatikan faktor keekonomian dan finansial dalam sudut pandang proses bisnis SCM (Supply Chain Management): Pengelolaan persediaan.
Penelitian dilakukan terhadap 12 jenis material tangible utama, dalam rentang waktu 2 tahun (2018-2019), mencakup 33 sumur bor (7 eksplorasi dan 26 eksploitasi), berdasarkan 4 parameter data primer sebagai informasi historis berupa jumlah: Persediaan, permintaan, pembelian, dan pemakaian. Kerangka berpikir yang digunakan dalam analisis risiko ini mengacu pada ISO 31000 Supply Chain Risk Management (SCRM). Analisis risiko dilakukan secara kuantitif dengan bantuan Crystal Ball®[1] untuk memperoleh nilai perkiraan risiko serta melakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh, sehingga dapat dilakukan berbagai upaya untuk menurunkan risiko pada tingkatan yang dapat diterima.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor dominan utama adalah Casing 9.5/8 in. Simulasi model optimasi dapat meningkatkan probabilitas tercapainya kondisi persediaan sehat hingga 78,19%. Dengan menerapkan faktor koreksi sebesar 8,33% terhadap keputusan pembelian secara keseluruhan, sehingga kondisi persediaan sehat dengan toleransi risiko sebesar 10% dari nilai persediaan dapat tercapai.

The risks and uncertainties in gas well drilling activity are common in upstream oil & gas industry. The non-anticipated risk will be fatal to the drilling costs. Readiness of Tangible material aspect by PSC’s (Owner Company) is a must and becoming major consideration factor to the project do or not. Drilling can’t be started or continue to the next trajectory, when the material is not available on sufficient quantity, without ignoring quality. The company must guarantee the availability of material by taking into economic and financial factors in perspective of SCM (Supply Chain Management) business processes: Inventory management.
The research was carried out on 12 main tangible material items, in a span of 2 years (2018-2019), including 33 wellbores (7 explorations and 26 exploitations), based on 4 primary data parameters as historical information of quantity: Initial, requirement, purchasing, and usage. The thinking framework used in this risk analysis refers to ISO 31000 Supply Chain Risk Management (SCRM). Risk analysis used quantitatively method with Crystal Ball® to get the risk forecasting and sensitivity analysis indicating risk priority of the most decisive variable, so that various efforts can be implemented to reducing the risk at a tolerable level.
The results show that the most dominant factor is 9.5/8-inch Casing. Optimization model can increase the probability of health stock achieved up to 78.19%. With implementing correction factor by 8.33% towards purchase decision in overall, so that the health stock condition with 10% risk tolerance of inventory value can be achieved.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library