Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suharso
"ABSTRAK
Polipropilen berada dalam 3 isomer, yaitu : ataktik, isotaktik . dan sindiotaktik. Polipropilen dengan kandungan ataktik antara 2-5% mempunyai kualitas yang tinggi. Polipropilen dengan kandtuigan ataktik melebihi 5% bersifat lunak dan sebaliknya apabila kandungannya kurang dari 2%, maka polipropilen bersifat getas. Selama ini penentuan kandungan ataktik tersebut menggunakan cara refluk yang menggunakan pelarut yang toksik (xilen ) dengan biaya yang besat serta efisiensi kerja yang rendah. Untuk itu diperlukan cara lain untuk menentukan kandungan ataktik. NMR merupakan alat yang dapat memberikan informasi data berdasarkan signal yang dihasilkan dari interaksi medan magnet dengan inti atoni'H. Dengan cara ini dapat dikurangi kerugian-kerugian cara refluks. Untuk mengukur kandungan ataktik sampel, terlebili dahulu dibuat stanclar dengan kandungan ataktik yang bervariasi. Kandungan ataktik sampel dapat diketahtti dengan membandingkan besarnya signal sampel dengan signal ataktik standar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharso
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi aspek tahapan audit intern Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan yang perlu disiapkan untuk menerapkan opini audit intern beserta usulan rancangan penerapannya yang cocok. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui studi dokumen, observasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan perlunya penyiapan aspek tahapan audit intern seperti penyempurnaan pedoman proposal pengawasan di tahap perencanaan, pembuatan pedoman penugasan lapangan di tahap pelaksanaan, dan penyiapan format eskalasi temuan dan laporan untuk tahap komunikasi. Model opini audit intern yang cocok adalah berbentuk tiga atau empat tingkatan, dengan prioritas objek berupa proses bisnis dan pengendalian intern, serta difokuskan pada level mikro pada jangka pendek. Penerapan opini level makro pada jangka panjang dapat disiapkan dengan membangun model self-assessment dan pedoman pendukungnya.

The purposes of this research are to determine how to improve Inspectorate General of the Ministry of Finance rsquo s audit phases in order to implement audit opinion and to determine how the design for the implementation. It is a qualitative research using a case study approach. Data are collected through the study of documents, observation, and interviews. The results show a number of required improvement such as audit proposal in planning phase, audit fieldwork guidance in performing phase, and finding escalation and report format in communication phase. The appropriate design for audit opinion is using three or four grade, with priority to business processes and internal controls, and focused on the micro level in short term. Macro level opinion implementation in long term can be prepared by designing self assessment model and other supporting guidance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fuji Lestari Suharso
"ABSTRAK
Akibat kemajuan jaman, masyarakat, maupun teknologi mengundang suatu permasalahan tersendiri dalam hal pemanfaatan waktu luangnya. Aneka ragam produk negara maju, baik yang berbentuk fasilitas maupun budaya, telah diadopsi oleh masyarakat yang siap atau tidak siap harus bertanggung jawab terhadap kansekuensi penggunaan produk ini (Sukadji, S, 1990). Banyak ahli ilmu sosial menganggap pertunya bimbingan terutama yang menyangkut penggunaan untuk mengisi waktu luang bagi remaja, khususnya pelajar SMU.
Sering dijumpai remaja-remaja yang masih berseragam sekolah berkeliaran di pusat perbelanjaan atau bergerombol di tepi jalan melihat orang-orang yang berlalulalang. Kegiatan semacam ini dirasakan kurang bermanfaat dan dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti mengganggu ketentraman, perkelahian dll. Bukanlah tidak mungkin dari berbagai situasi yang tidak nyaman seperti sekarang ini, keterlibatan siswa dalam tawuran merupakan wujud dari kurangnya pemanfaatan waktu luang secara maksimal. Dugaan ini dapat ditinjau lebih jauh melalui salah satu manfaat sosial dari pengisian waktu luang. Pelajar yang lebih sibuk dan menyukai kesibukan, umumnya memiliki waktu luang yang membuat Mareka cenderung kurang berminat pada kegiatan-kegiatan yang tidak berguna. Pengisian waktu luang yang kurang terarah, akan mendesak kegiatan yang kurang terarah seperti perbuatan negatif, merusak ataupun keterlibatan mereka pada tawuran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (dalam skripsi Dewi D.R. Kumala, 1979) bahwa waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh yang buruk bagi remaja.
Dan berbagai penelitian tampak bahwa makin bertambahnya usia dan tingkat pendidikan seseorang ternyata tidak hanya IQ (kecerdasan) yang berpengaruh pada prestasi akademik seseorang. Temyata ditemukan dimensi lain yang juga berpengaruh pada prestasi akademik (keberhasilan dalam akademik) seperti kepribadian, minat, motivasi dll. yang sebetulnya dapat diperoleh melalui pengisian kegiatan waktu luangnya. Hal ini bisa dimengerti karena pengisian waktu luang dapat bermanfaat untuk pengembangan diri, menambah pengetahuan juga memperluas pergaulan (Mursitolaksmi, 1988).
Pengertian waktu luang masih diasosiasikan sebagai waktu dimana seseorang tidak melakukan sesuatu atau saat orang bermalas-malasan, saat orang melakukan sesuatu seenaknya tanpa tergesa-gesa dan tidak perlu serius (Sukadji, S, 1990). Di lain pihak jika ditinjau dan kegiatan formal maupun non-formal, maka waktu luang adalah waktu di luar jam kerja atau sekolah, di luar kewajiban-kewajiban yang diberikan oleh keluarga dan masyarakat, kegiatan makan, tidur atau istirahat dan pemenuhan kebutuhan fisiologis lainnya (Catursari, 1990).
Penelitian mengenai kegiatan waktu luang, khususnya siswa SMU (sekolah menengah umum) yang dibandingkan dengan siswa SMUK (sekolah menengah umum kejuruan) memang masih sedikit. Ditinjau dan sistem pendidikan (kurikulum), maupun lingkungan antara SMU dengan SMUK, tampaknya ada karakteristik yang berbeda antara siswa dan SMU dan SMUK. Dimana siswa SMUK sudah banyak tertuju pada hal-hal yang lebih khusus sejak mereka menduduki kelas 1, misalnya SMEA, STM, SMT atau SMIP di yang masing-masing terdiri dari beberapa rumpun atau bidang kekhususan dan akan lebih banyak menerima materi pelajaran yang berkaitan dengan jurusannya. Sementara siswa SMU lebih banyak menerima materi pelajaran yang bersifat umum sampai menduduki kolas 2 SMU, Perbedaan penerimaan materi pelajaran bar terlihat begitu siswa memasuki penjurusan di kelas 3 SMU, yaitu pada saat mereka di juruskan ke IPS, IPA atau Bahasa. Perbedaan ini kemungkinan besar juga akan membedakan dalam hal pengisian waktu luang mereka.
Berdasarkan laltar belakang masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan ?Bagaimana gambaran kegiatan waktu Iuang antara siswa SMU dengan siswa SMUK" dan ?Bagairnana gambaran pengisian waktu Iuang siswa SMU maupun SMK berkaitan dengan jurusannya masing-masing?"
Dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi, khususnya guru bimbingan di sekolah baik SMU maupun SMUK agar kegiatan bimbingan waktu luang dapat diperkenalkan/ditingkatkan sehingga para siswa dapat diarahkan ke kegiatan yang positif sesuai dengan minat mereka. Dengan demikian diharapkan kegiatan yang tidak bermanfaat yang dilakukan pelajar dapat berkurang. Selain itu dengan kegiatan bimbingan ini, diharapkan siswa dapat memiliki gambaran yang lebih nyata mengenai kematangan karirnya, karena pemilihan kegiatan waktu luang juga banyak berkaitan dengan minat seseorang.
Penelitian ini dilakukan pada 489 siswa kelas 2 SMU/SMK di Jakarta, yaitu: SMUK 7, SMU YPM, SMU Muhammadiyah 14, Madrasah Aliyah Negeri 7 Lenteng Agung, SMUT Al-lzhar, SMK 29, SMK 57, dan SMK YPM. Seluruh siswa diberikan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan tertutup yang harus dijawab oleh siswa. Kemudian data yang terkumpul diolah dandi analisa berdasarkan perhitungan frekuensi dan % jawaban.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa :
Gambaran kegiatan waktu luang antara siswa SMU dengan SMUK, maupun antara jurusan dan masing-masing SMU dan SMUK tampak tidak jauh berbeda. Kegiatan olahraga maupun kegiatan mengerjakan tugas sekolah dan rumah merupakan kegiatan yang umumnya dipilih oleh siswa SMU maupun SMUK. Hal yang menarik dan penelitian ini adalah bahwa bagi siswa SMU kegiatan ekskul merupakan kegiatan yang cukup diminati sebagai kegiatan di luar sekolah selain kegiatan mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah. Sementara bagi siswa SMUK justru tidak memiliki kegiatan di luar sekolah lebih diminati daripada mengikuti kegiatan ekskul.
Kegiatan belajar di rumah umumnya dilakukan di malam hari selama 1-2 jam.
Kegiatan waktu luang cukup positif bagi siswa dimana selain dapat menambah pengetauan juga untuk pengembangan diri. Ada pula yang menganggap dapat menambah teman. Namun hal yang perlu dicatat adalah, ada segelintir siswa yang menganggap kegiatan waktu luang sebagai sesuatu kegiatan yang membuang-buang waktu dan tidak bermanfaat.
Tampaknya sebagian besar siswa menganggap bahwa kegiatan waktu luang yang mereka piiih merupakan pilihan mereka sendiri, dan oleh karena itu juga berhubungan dengan hobi mereka.
Berdasarkan basil penelitian tersebut, maka disarankan agar diperluas ke sejumlah siswa lain agar perbandingan antara siswa SMUN, SMU swasta, SMUK maupun SMU Beragama dapat seimbang, sehingga dinamika jawaban dari setiap sekolah dapat lebih tampak. Selain itu beberapa pertanyaan dapat diperluas dengan pertanyaan lain, seperti alasan mengapa siswa memilih beberapa kegiatan tertentu atau tidak memilih kegiatan apapun di luar kegiatan sekolahnya, atau mengapa siswa memiliki kegiatan belajar yang tidak tentu. Dengan mengetahui alasan jawaban siswa, akan lebih mudah bagi berbagai pihak untuk menciptakan suatu kebiasaan akan pentingnya membagi/mengatur waktu antara kegiatan sekolah dan di luar sekolah. Sebagai suatu kegaitan yang positif sebaiknya sekolah, atau guru khususnya, bahkan keluarga (orangtua) perlu menunjang siswa untuk mengisi kegiatan waktu luangnya. Sebab seperti telah diutarakan kegiatan apapun yang dipilih seseorang tidak dapat dilepaskan dan dukungan keluarga dan pihak sekolah selain penyediaan sarana juga dorongan untuk mengikuti kegiatan tertentu.
Disamping itu sebaiknya kegiatan bimbingan waktu luang maupun bimbingan karir perlu diperkenalkan pada siswa SMU agar siswa juga belajar menghargai waktu dan dapat mengatur waktu secara efektif dan proporsional dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Tentunya orangtua maupun pihak sekolah juga perlu menunjukkan bahwa pengisian kegiatan waktu luang tidak harus berkaitan dengan sesuatu yang sifatnya akademis, tetapi juga perlu diimbangi dengan hal-hal lain yang menunjang hobi mereka."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Puji Lestari Suharso
"ABSTRAK
Pentingnya menciptakan suatu bentuk pengajaran yang menarik disertai dengan alat peraga yang dekat dengan kehidupan sehari-hari mendorong penulis untuk membuat suatu Program Pengkayaan Matematika yang sebenarnya tidak hanya ditujukan bagi mereka yang berkesulitan dalam matematika saja tetapi juga siswa-siswa lainnya yang tidak berkesulitan sekaligus membantu para pendidik untuk mendapatkan wawasan baru dalam proses belajar mengajar. Matematika merupakan bidang studi yang banyak dibahas akhir-akhir ini sebagai bidang studi yang menyulitkan siswa, orang tua maupun guru. Banyak siswa mengeluh akan sulitnya bidang studi yang satu ini. Sampai saat ini jalan keluar yang banyak ditempuh oleh para orang tua adalah mengikut sertakan anaknya pada les matematika yang diajarkan oleh guru kelas ataupun meminta bantuan pada guru privat yang dapat memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami hambatan dalam pelajaran matematika. Namun jalan keluar ini pun tidak ditempuh oleh semua orang tua, hanya mereka yang berpandangan luas dan berpendidikan saja yang melaksanakannya. Tampaknya biaya merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan orang tua, selain itu melalui les pun tidak terlalu membantu, karena biasanya hanya mengajarkan anak agar dapat mengerjakan pekerjaan rumah maupun tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Melalui Program Pengkayaan Hatematika ini penulis mencoba menciptakan suatu suasana mengajar yang menyenangkan, yang dekat dengan pengalaman sehari-hari, sehingga dari keadaan tersebut diharapkan dapat meningkatkan sikap yang lebih positif pada pelajaran matematika dengan demikian dapat meningkatkan prestasi dalam pelajaran tersebut.
Program Pengkayaan Hatematika yang dirancang oleh peneliti ini ditujukan pada siswa kelas 1 SD karena kelas 1 merupakan awal diajarkannya segala macam bidang studi, dengan demikian dasar-dasar dari suatu pelajaran di tingkat SD, SMP, SMA maupun Perguruan Tinggi berawal dari kelas 1 SD.
Dalam penelitian ingin diketahui apakah Program Pengkayaan Matematika ini benar-benar efektif dibandingkan dengan les biasa dalam membantu meningkatkan prestasi belajar matematika pads anak kelas 1 SD. Dengan demikian apabila PPM memang efektif, maka diharapkan dapat membantu siswa untuk mengatasi kesulitannya dalam belajar matematika serta dapat tertanam sikap yang lebih positif pada pelajaran matematika. Selain itu juga membantu pada tenaga pengajar maupun orang tua untuk mengembangkan suatu proses belajar mengajar yang menarik dengan alat peraga yang beraneka ragam.
Penelitian dilakukan di 8 buah SON di bilangan Jakarta Pusat, khususnya Kecamatan Senen yaitu di Kelurahan Paseban. Dipilihnya SDN di lingkungan Jakarta Pusat karena prestasi matematika (hasil Ebtanas 1990-1991) di SDN Jakarta Pusat tergolong rendah bila dibandingkan dengan seluruh SD di DKI Jakarta.
Program Pengkayaan Matematika atau PPM merupakan suatu program yang terstruktur, yang diberikan oleh instruktur terlatih, dimana dalam setiap kegiatan (pembahasan suatu bahan pelajaran) meliputi beberapa hal seperti pelajaran apa yang dibahas, apa sasarannya, apa sarana yang digunakan, bagaimana memotivasi siswa, menyajikannya serta bagaimana bentuk latihan atau evaluasinya. Program ini berbeda dengan les biasa yang diberikan oleh guru kelas dan tidak jauh berbeda dengan mengajar di kelas.
Dalam pelaksanaannya seluruh siswa (baik siswa yang akan mendapat PPM, les biasa maupun tidak mendapat perlakuan apapun) diberikan pretest yaitu tes Coloured Progressive Matrices dan Tes Prestasi Matematika. Setelah itu perlakuan diberikan selama 1,5 bulan lamanya. Kemudian dilanjutkan lagi dengan posttest berupa Tes Prestasi Matematika dan Skala Sikap Siswa terhadap pelajaran Matematika yang diberikan pada seluruh siswa.
Dalam penelitian ini diajukan tiga buah hipotesis mayor, dimana masing-masing terbagi menjadi dua hipotesis minor. Dari ke tiga hipotesis mayor ini, hanya satu hipotesis minor yang dapat diterima, yaitu siswa yang mendapat PPM secara signifikan menunjukkan peningkatan prestasi belajar matematika yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapat perlakuan apapun. Dari penelitian ini terlihat pula bahwa tidak ada perbedaan dalam prestasi belajar matematika antara siswa laki-laki dengan siswa perempuan. Selain itu siswa yang mendapat PPM tidak menunjukkan sikap yang lebih positif terhadap pelajaran matematika bila dibandingkan dengan siswa yang mendapat les biasa maupun yang tidak mendapat perlakuan apapun.
Dengan jumlah sampel yang terbatas tampaknya sulit untuk mendapatkan hasil yang signifikan antara kelompok yang mendapat PPM dengan kelompok yang mendapat les biasa. Selain itu efek latihan pads kelompok yang mendapat les biasa dan pengaruh instruktur/pengajar yang berbeda, tampaknya cukup berpengaruh dalam hasil penelitian ini. Oleh karena itu untuk penelitian lebih lanjut, penulis menyarankan agar sampel diperluas, rancangan pembagian kelompok eksperimen maupun kontrol yang lebih mencerminkan gabungan dari berbagai kelas, kesamaan latar belakang instruktur/pengajar, menggunakan hasil ulangan harian, ulangan umum maupun nilai rapor setiap Caturwulan sebagai alat ukur lain selain Tes Prestasi Matematika.
"
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linggarsari Suharso
"Sebagai akibat dari akuisisi tersebut dilakukanlah perubahan struktur organisasi, sistem kerja dan konsep dasar dari Bank X disertai pula perubahan visi dari bank. Simptom yang terlihat adalah adanya penurunan dari profitabilitas pada tahun 2005 (dari Rp 690 M di tahun 2004 menjadi Rp 390 M di tahun 2005), karyawan merasakan suasana kerja yang kurang kondusif dan resah serta penurunan motivasi pada kinerja mereka, kerjasama terlihat kurang memadai, cost efficiency terjadi di segala bidang, namun di sisi lain pemilik mendatangkan tenaga kerja asing yang silih berganti dalam melakukan implementasi sistem maupun konsep yang baru, sehingga dapatlah disimpulkan bahwa telah terjadi resistensi terhadap perubahan organisasi dan sistem kerja dari Bank X.
Dengan memperhatikan uraian mengenai masalah tersebut di atas, maka penulis merekomendasikan rancangan program Transformational Leadership Team yang dirasakan cukup komprehensif karena melibatkan seluruh unit kerjadengan mengoptimalkan fungsi dari para pimpinan sebagai change leader berdasarkan pada Human Process Intervention dan Human ResourceManagement Intervention."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18089
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tomi Suharso
"Mata air adalah titik dimana air tanah keluar sebagai aliran permukaan. Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya mata air, yaitu ; karakteristik hidrologi permukaan terutama topografi, kelulusan batuan, formasi dan struktur geologinya. Kabupaten Wonogiri merupakan wilayah yang termasuk kering dan sulit untuk mendapatkan air, terutama pada saat musim kemarau seperti tahun ini, sehingga dibangun waduk serba guna Gajah Mungkur yang selain fungsi utamanya sebagai pengendali banjir kota Solo dan sekitarnya, juga digunakan untuk PLTA serta sebagai waduk irigasi untuk wilayah kabupaten sekitarnya. Masalah yang dikemukakan pada penelitian ini adalah bagaimana persebaran mata air di Kabupaten Wonogiri pada musim kemarau tahun 1997 ? Analisa dilakukan dengan menggunakan metode superimpose peta antara peta persebaran mata air dengan peta fisik wilayah { peta ketinggian, peta lereng, peta hidrologi dan peta geologi).
Dengan hasil yang diperoleh adalah mata air terbanyak pada wilayah penelitian terdapat pada kelas ketinggian 100 - 300 m, pada kelas lereng 2-15 %, pada daerah hidrologi dengan akifer produktif setempat-setempat ( keterusan sangat beragam ) serta pada daerah geologi endapan vulkanik terdiri dari tufa, lahar, breksi dan lava andesit sampai basal, kelulusan sedang hingga tinggi tergantung banyaknya celah-celah. Jumlah mata air terkecil terdapat pada kelas ketinggian 600 m dan lebih, pada kelas lereng 40 % dan lebih, pada daerah hidrologi dengan akifer berproduktifitas tinggi serta pada daerah geologi alluvium endapan rawa, danau dan daratan berbutir kasar hingga sedang dengan sisipan lempung."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S33622
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ryan Edrick Suharso
"Bata merah merupakan material yang paling umum digunakan sebagai pembentuk dinding dalam suatu bangunan karena kuat, ekonomis dan mudah didapat. Dalam perencanaan, dinding bata dianggap terpisah dari portal dan tidak menyumbangkan kekakuan, tetapi pada kenyataannya dinding bata tidak terpisah dari struktur. Dinding bata dapat dimodelkan sebagai strut diagonal elastis berdasarkan pola retaknya. Dengan tambahan kekakuan yang disumbangkan dinding bata, maka kemampuan struktur untuk menahan gaya lateral makin besar. Salah satu gaya lateral yang sangat berperan dan harus diperhitungkan dalam perencanaan struktur adalah gempa.
Penelitian ini mendapatkan respon, gaya geser dasar, dan drift lantai struktur portal beton bertulang tiga dimensi dengan dinding bata elastis sebagai pengisi dalam pembebanan gempa serta respon spektrum gempa yang diberikan, sehingga dapat diketahui peran dinding bata terhadap struktur dinamik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Suharso
"Pengisian air melalui waduk resapan di Universitas Indonesia, Depok telah menimbulkan pencemaran. Dari hasil pengujian melalui laboratorium, parameter DO, COD, Nitrogen dan Phosfat melebihi nilai yang disyaratkan menurut Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 (Kelas I) Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Untuk mengetahui sebaran pencemaran maka diperlukan pemodelan. Pemodelan didasarkan pada hukum kekekalan massa dengan mempertimbangkan proses adveksi dan dispersi. Pemodelan komputer dalam Visual Basic Application for Excel dibuat dengan pendekatan metode beda hingga dan menghasilkan visualisasi berupa grafik konsentrasi dan jarak. Dari berbagai variasi didapat jarak pencemaran terjauh 3500 m dengan konsentrasi tertinggi 370,30 mg/l.

Water recharge through artificial pond at university of indonesia, Depok caused water pollution. From the laboratory test, DO, COD, Nitrogen and phosphat parameter exceed the value that admitted by Goverment Regulation No. 82 year 2001 (class I) about Water quality management and water pollution control. For that, to understand the pollution distribution, it is necessary a numerical simulation. Numerical simulation based on the conservation of mass law by considering the advection and dispersion process. Numerical simulation by computer in visual basic application for excel made with finite-difference method approach and produce concentration and distance graphic visualitation. from many variation result that the longest pollution distance 3500 m with the highest concentration 370,30 mg/l."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1143
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>