Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiyanto
Abstrak :
Pembukaan UUD 1945 alinea 4 mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Indonesia bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya amandemen UUD tahun 1945 pasal 28 H menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal tersebut di atas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menjunjung tinggi kesepakatan universal tentang kesehatan sebagai hak azasi manusia. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang didasari TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, mengamanatkan pelaksanaan desentralisasi pemerintahan, termasuk dalam bidang kesehatan. Selanjutnya Pemerintah menetapkan bahwa, Otonomi Daerah mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001. Keputusan ini mengantarkan pada perubahan tatanan secara besar-besaran dan mendasar. Puskesmas Pondok Gede Sebagai salah satu puskesmas di Kota Bekasi yang diproyeksikan sebagai puskesmas perintis dalam pengembangan puskesmas dengan tempat perawatan (DTP) serta perintis dalam hal pengembangan pelayanan kesehatan dasar puskesmas perkotaan di Kota Bekasi, dipandang perlu untuk segera membuat arah dan tujuan serta strategi kebijakan yang berlandaskan kepada perencanaan berdasarkan fakta di lapangan. Sampai dengan saat ini Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi belum memiliki perencanaan strategis untuk tahun anggaran 2002- 2005. Untuk menyusun perencanaan strategis Puskesmas Pondok Gede dilakukan penelitian operational (operational research) dengan analisis faktor eksternal dan internal dari data kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan menggunakan software Quantitative System for Bussines (QSB+) untuk melakukan peramalan secara berseri (Time Series Forecasting). Pada tahap pertama (Input Stage) dilakukan analisis lingkungan eksternal dan lingkungan internal oleh Consensus Decission Making Group (CDMG) yang terdiri dari Unsur Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Kepala Puskesmas dan penanggung jawab program di Puskesmas Pondok Gede. Selanjutnya pada tahap kedua (Matching Stage) CDMG melakukan analisis matrix Internal-External (IE) dan SWOT untuk menentukan posisi organisasi. Pada tahap berikutnya yaitu tahap Decision Stage digunakan matrik QSPM untuk menentukan prioritas strategi utama terpilih. Pada penelitian ini Puskesmas Pondok Gede berada pada matrix IE posisinya pada kuadran V (Hold and Maintain), dengan strategi yang direkomendasikan adalah market penetration dan product development. Sedangkan berdasarkan TOWS Matrix berada pada posisi Internal Fix-it Quadrant dengan strategi yang direkomendasikan adalah retrenchment, enhancement, market development, product development, vertical integration dan related diversification. Dari hasil matching ditetapkan bahwa Puskesmas Pondok Gede harus melakukan product development. Puskesmas Pondok Gede disarankan agar segera menindaklanjuti hasil penelitian ini antara lain melalui sosialisasi visi dan misi kepada staf dan seluruh stakeholder terkait serta mengimplementasikan program yang dituangkan dalam strategic action plan.
The preamble of UUD 1945, 4th paragraph stated that Indonesia Government should protect the nation and develop the nation's welfare and further to enlighten it. Furthermore, amendment of UUD 1945 section 28 H stated that nation should get health service. The above section showing that Indonesia idolizes universal commitment about health as human rights. UU No. 22 1999 about District Government and UU No. 25 1999 about Financial Balance Between National and District based on TAP MPR No. XV/MPR/1998 about District Autonomy, mandated operational of decentralization including health sector. Furthermore, governments determine that district autonomy starts at January 1, 2001. This decision makes big change and fundamental. Pondok Gede Primary Health Centre as a Primary Health Centre (PHC) in Bekasi was projection as a volunteer in developed PHC with treatment facility and volunteer for developed basic health service for urban in Bekasi. It's important to make vision; goal and strategy that based on evidence based planning. For this time, Pondok Gede PHC does not have strategic planning for 2002-2005. To make strategic planning Pondok Gede PHC used operational research with external and internal analysis factor from qualitative and quantitative data that processed with Quantitative System for Business (QSB+) software for time series forecasting. On first step (Input Stage) the external and internal environment analyzed by Consensus Decision Making Group (CDMG) that consist of Bekasi District Health Officer, Head of PHC and health programmer Pondok Gede PHC. Furthermore, the second step (Matching Stage) CDMG doing lE Matrix analysis and SWOT for organization positioning. For the next step is decision stage that used QSPM Matrix for chosen main strategy priority. Pondok Gede PHC stay at Internal External Matrix in V quadrant (Hold and Maintain), with recommended strategy is market penetration and product development. Based on TOWS Matrix the position is Internal Fix it Quadrant with recommended strategy is retrenchment, enhancement, market development, product development, vertical integration and related diversification. From the Matching Stage Pondok Gede PHC must do product development. Pondok Gede PHC suggested that as soon as possible follow up this research result pass through socialization of vision and mission to staff and related stakeholders and implemented this program with strategic action plan.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyanto
Abstrak :
Akibat buruk merokok telah menyebabkan kematian sekitar 3,5 juta manusia setiap tahunnya di dunia, sedangkan di Indonesia mencapai 57.000 per tahun. Pada tahun 2003 jika tidak dilakukan pencegahan diperkirakan rokok menyebabkan kematian 10 juta pertahun. Penelitian ekonometri telah membuktikan bahwa konsumsi rokok telah menimbulkan kerugian ekonomi. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena Indonesia merupakan negara pengkonsumsi rokok terbesar ke-4 dunia, dengan pertumbuhan mencapai 44% (1990-1997). Konsumsi rokok kretek 182.614 juta batang dan rokok putih 29.546 juta batang. Dalam rangka peiaksanaan Pasal 44 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan, Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81/1999 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan. Untuk mengubah produksi rokok kretek melalui penyesuaian mutu tembakau memerlukan waktu yang cukup panjang. Sedangkan penelitian pada tanaman tembakau selama ini ditujukan untuk meningkatkan kadar tar dan nikotin. Dengan pemberlakukan kebijakan diperkirakan Indonesia akan akan jadi pengimpor tembakau Virginia terbesar. Dampak bagi perkebunan cengkeh lebih serius dikarenakan industri rokok rendah tar dan nikotin tidak menggunakan bahan baku cengkeh, jika memakaipun dalam jumlah sedikit. Bagi pengusaha rokok kretek kendala yang jelas adalah angka obsolut tar 20 mg dan nikotin 1,5 mg per batang, serta jangka waktu selama 5 tahun untuk SKM dan 10 tahun untuk Sigaret Kretek Tangan (SKT). Kandungan tar rokok kretek sendiri tergantung bahan baku dan proses produksi. Sigaret Kretek Mesin (SKM) dapat disesuaikan dengan biaya yang lebih mahal dan testa yang berubah yang belum tentu diterima pasar. Sedangkan Sigaret Kretek Tangan (SKT) tidak akan dapat mencapai kandungan kadar tar dan nikotin. Bila dipaksakan peraturan ini maka akan banyak perusahaan rokok yang ditutup karena tidak mampu menyeusaikan diri, padahal Industri rokok kretek menyerap tenaga kerja sekitar 6,4 juta orang yang akan terancam keberadaannya. Selama tahun 1993-1997 konsumsi rokok per kapita rata-rata naik 10,49%. Pada tahun 1997 konsumsi rokok per kapita 1,189 batangltahun. pemberlakuan Peraturan Pemerintah (PP) tersebut sangat menguntungkan industri rokok impor Sigaret Putih Mesin yang telah sesuai standar Word Health Organization (WHO). Sebaiknya yang ditempuh dahulu sosialisasi kesadaran akan kesehatan, etika dan tata krama merokok. Pembuatan kode etik mengenai iklan rokok, dan ketentuan cukai Selanjutnya diperlukan dialog untuk mengatasi perbedaan antara praktisi dan Semua pihak yang terkait.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T7685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah ingin mempelaiari pengaruh faktor rumah tangga dalam pemilian jenis pendidikan di SMTA dan kondisi pendidikan SMTA kaitannya dengan aspek ketenagakerjaan.

Data yang digunakan adalah data hasil Susenas 1992 untuk daerah pulau Jawa kecuali DKI Jakarta.

Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah pemilihan jenis pendidikan di SMTA, sedangkan variabel bebasnya adalah faktor-faktor rumah tangga.

Metode analisis yang digunakan adalah statistik deskriptif berupa analisa tabel silang dua atau tiga dimensi dan analisis statistik inferensial berupa statistik regresi logistic berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan : 1) terdapat perbedaan dalam pemilihan jenis pendidikan di SMTA berdasarkan kelompok tanggungan rumah tangga, pendapatan rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, jenis pekerjaan kepala rumah tangga, daerah tempat tinggal dan jenis kelamin anak, 2) jumlah SMU lebih besar (dua kali lipat) daripada SMK, namun dari rasio siswa per sekolah, SMK relatif lebih padat daripada siswa SMU. Dilihat dari aspek ketenagakerjaan, yaitu dari lapangan kerja, jenis pekerjaan dan status pekerjaan, pekerja lulusan SMK menunjukkan "indikasi produktivitas yang lebih baik" dibandingkan pekerja lulusan SMU. Penganggur lulusan SMU lebih besar daripada lulusan SMK.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyanto
Abstrak :
In accordance with the message of the 1999-2004 GBHN (Broad Outline of the Nation's Direction) that since the fiscal year of 1999/2000 up to now the taxation sector has become the backbone for the government in financing state expenditure known as the six strategic targets namely : to reflect the effect in the direction of sustainable fiscal achievement to continue t" creation of fiscal stimulus, to support the sanitation program of the banking sector, the provision of subsidy for strategic commodities. better income for apparatus of the public sector and strengthen implementation of regional decentralization. The state income from the taxation sector from year to year showed an increase, the realization of revenue in 2001 was Rp. 185,5 trillion increasing into Rp. 210,2 trillion in 2002 and 2003 amounting to Rp. 254,2 trillion. The taxation revenue in 2004 planned in the amount of RI). 272,17 trillion, is expected to be achieved by the hard work of all echelons of the Directorate General of Tax by performing reformation program of taxation administration namely to increase the effectiveness of tax collection and to extend the tax basis without having to wsrit for a change in the existing taxation laws. The effort to be inter alia is to perfect the taxation regulations to accommodate the development climate for the entry of investments and trade, to continue the program at extension and intensification of taxes collection, to enhance the service to taxpayers and to enhance the ethical code in the echelons of Directorate General Tax. In order to carry out one of these taxation reformations without the exception of the banking sector it is also necessary to dig carefully in which the largest tax income from this banking sector is from deposits, saving, clearing deposit (giro) and from employees. To that effect the monitoring of the revenue of income tax from this sector must be made swiftly and accurately namely the availability of computer application managing the revenue data in executing banks, perception banks as well as PT. Posindo on behalf of the Directorate General of Tax. As known that the development of the sophisticated ness of computers in the information technology era plays a great role in the information exploitation process by organizations exploiting it, so that its superiority assist the completion ofvery work such as the improvement of efficiency, productivity, human resources, and to invent other superiorities. So that information technology is very necessary in the application of policy of each institution not expecting in fiscal policy. Notwithstanding to date Bank "X" has made a calculation of the amount of taxes to be reported to the government yet it has not shown an optimal condition, in view of the amount of the interest rate level from operational fund sources ( clearing deposit, saving and deposits) and the work force are not yet duly counted. Therefore the writerf tries to make an approach thru the Management Information System in order to give an optimal income taxes revenue in this Bank "X".
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14054
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Kami mengkaji paduan Half-Heusler NiMnSb dalam struktur kristal C1b dari aspek teori kemagnetannya. Kami melakukan perhitungan numerik pada sistem ini dengan metode Hamiltonian suku kinetik pendekatan tight-binding dan interaksi berbasis mean-field theory. Dari hasil perhitungan, sistem paduan NiMnSb menunjukkan karakter metal pada saat U J < 2.5 eV dan karakter semi metal pada U J ge; 2.5 eV. Menariknya, pada U=2.5 eV dan J=0.9 eV diperoleh moment magnet asymp; yang mana ini sesuai dengan prediksi Slater-Pauling.Kata kunci : Paduan Half-Heusler, Moment Magnet, Tight-Binding
ABSTRACT
We study a Half Heusler alloy of NiMnSb in C1b crystal structure for magnetic theoretical aspect. We have done numerical calculation of the NiMnSb compound system using the model Hamiltonian kinetic term within tight binding approximation and the interaction based on mean field theory. From computational output, the NiMnSb compound system exhibit metal phase by the time U J 2.5 eV and half metal phase in U J ge 2.5 eV. Interestingly, the moment magnet results of U 2.5 eV J 0.9 eV is asymp which is agree with Slater Pauling prediction.Key words Half Heusler Alloy, Magnetic Moment, Tight Binding
2017
T48150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyanto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1983
S16829
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyanto
Abstrak :
Cool box merupakan sebuah alat yang biasa digunakan untuk menyimpan bahan - bahan yang memerlukan kondisi dingin seperti makanan, minuman, vaksin, darah dan lain sebagainya. Kotak bagasi ( box carrier ) merupakan salah satu aksesori sepeda motor yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan barang bawaan sehingga bermanfaat dalam jasa pengiriman menggunakan sepeda motor. Untuk menambah nilai fungsional dari box carrier maka dibuat suatu produk yang dapat menyimpan barang dalam suhu dingin atau kondisi refrigerasi seperti minuman atau buah - buahan. Saat ini tengah dikembangkan box carrier di Laboratorium Perpindahan Kalor DTM-FTUI. Pada penelitian sebelumnya telah dikembangkan box carrier yang menggunakan modul termoelektrik (elemen peltier) yang menggunakan heatsink-fan di sisi panas dari elemen tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja pendinginan dan karakteristik box carrier yang menggunakan heat pipe fan dan cold sink. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa box carrier dengan menggunakan heat pipe sebagai pendingin sisi panas elemen peltier ganda dapat mencapai temperatur 4 °C. ......Cool Box is a device that usually used for saving goods requiring cold condition such as food, drink, vaccine, blood, etc. Carrier box is a accessory of motorcycle used as storage of property so it is useful in transportation field using motorcycle. For adding functional value of box carrier, it is need to make a product that can save the product in cold condition or refrigeration condition such as drink or fruits. Now, it is developed box carrier in Laboratory of Heat transfer DTM-FTUI. Researches before has been developed a box carrier using thermoelecric module using heat sink-fan on hot side of the element. The objective of this research is to know the cooling performance and characteristic of box carrier that using heat pipe fan and cold sink. The results of the research are box carrier employed heat pipe on double peltier hot side can the cabin's temperature to 4 °C.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S38224
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiyanto
Abstrak :
Arrhythmia is a cardiovascular disease that can be diagnosed by doctors using an electrocardiogram (ECG). The information contained on the ECG is used by doctors to analyze the electrical activity of the heart and determine the type of arrhythmia suffered by the patient. In this study, ECG arrhythmia classification process was performed using Support Vector Machine based fuzzy logic. In the pro-posed method, fuzzy membership functions are used to cope with data that are not classifiable in the method of Support Vector Machine (SVM) one-against-one. An early stage of the data processing is the baseline wander removal process on the original ECG signal using Transformation Wavelet Dis-crete (TWD). Afterwards then the ECG signal is cleaned from the baseline wander segmented into units beat. The next stage is to look for six features of the beat. Every single beat is classified using SVM method based fuzzy logic. Results from this study show that ECG arrhythmia classification using proposed method (SVM based fuzzy logic) gives better results than original SVM method. ECG arrhythmia classification using SVM method based fuzzy logic forms an average value of accuracy level, sensitivity level, and specificity level of 93.5%, 93.5%, and 98.7% respectively. ECG arrhyth-mia classification using only SVM method forms an average value accuracy level, sensitivity level, and specificity level of 91.83%, 91.83%, and 98.36% respectively.

Aritmia adalah penyakit kardiovaskular yang dapat didiagnosis dokter menggunakan elektrokardio-gram (EKG). Informasi yang terdapat di EKG digunakan oleh dokter untuk menganalisis aktivitas elektrik jantung dan menentukan jenis aritmia yang diderita oleh pasien. Dalam penelitian ini, proses klasifikasi aritmia EKG dilakukan dengan menggunakan Support Vector Machine berbasis fuzzy logic. Pada metode yang diusulkan, fungsi keanggotaan fuzzy digunakan untuk mengatasi dengan data yang tidak dapat diklasifikasikan dalam metode Support Vector Machine (SVM) satu-terhadap-satu. Tahap awal pengolahan data adalah proses baseline wander removal pada sinyal EKG asli menggunakan Transformasi Wavelet Diskrit (TWD), dan kemudian sinyal EKG bersih dari baseline wander tersegmentasi ke unit denyut. Tahap berikutnya adalah untuk mencari enam fitur dari denyut, dan setiap denyut tunggal diklasifikasikan menggunakan metode SVM berbasis fuzzy logic. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi aritmia EKG menggunakan metode yang diusulkan (SVM berdasarkan logika fuzzy) memberikan hasil yang lebih baik daripada metode SVM asli. Klasifikasi aritmia EKG menggunakan metode SVM berbasis logika fuzzy membentuk nilai rata-rata tingkat akurasi, tingkat sensitivitas, dan tingkat spesifisitas 93,5%, 93,5%, dan 98,7%. Klasifikasi aritmia EKG menggunakan metode SVM asli hanya membentuk tingkat rata-rata nilai akurasi, tingkat sensitivitas, dan tingkat spesifisitas 91,83%, 91,83%, dan 98,36%.
Adhi Tama Institute of Technology Surabaya, Faculty of Information Technology, Department of Informatics Engineering, 2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lanjar Sugiyanto
Abstrak :
Mutu pelayanan rumah sakit dapat diukur dengan berbagai parameter, misalnya "rerata lama hari rawat", "angka kematian suatu penyakit", "angka kematian dalam kasus gawat darurat", "tingkat kepuasan pelanggan" dan sebagainya. Ada aspek lain yang tidak kalah penting artinya berkaitan dengan mutu pelayanan medis dan sudah menjadi salah satu parameter program akreditasi rumah sakit di Indonesia. Parameter tersebut adalah "terhindarnya pasien dari infeksi nosokomial" atau "tingkat kemampuan rumah sakit dalam upaya pengendalian infeksi nosokomial". Menyimak masalah infeksi nosokomial, teridentifikasi adanya kecenderungan peningkatan insidens infeksi nosokomial saluran pernafasan dan paru (pneumonia nosokomial) pada pasien yang menggunakan bantuan pernafasan mekanik (ventilator) di ruang ICU RS Mitra Keluarga Jatinegara. Keadaan ini menyebabkan dikeluarkannya kebijakan manajemen untuk melakukan perubahan pada sistem perawatan saluran pernafasan secara terbuka (Open Ventilation Suction System OSN) yang sudah biasa digunakan, dengan sistem perawatan saluran pernafasan secara tertutup (Closed Ventilation Suction System, (VSN yang Baru diperkenalkan melalui Surat Direktur SDISOP/D7149199). Penelitian ini merupakan studi komparatif observasional yang disertai analisis biaya - manfaat (cost cfg,ctivenesx unalycis'CE-A) yang bertujuan untuk mendapatkan Yuainbaran tingkat cost effectiveness dari masing - masing sistem perawatan saluran pernafasan tersebut. Sistem yang dinilai mempunyai tingkat cost effectiveness yang lebih baik; dari penelitian ini diharapkan dapat mendukung kebijakan manajemen untuk memberlakukan sistem tersebut sebagai standart perawatan saluran pernafasan bagi pasien dengan bantuan ventilator di ruang ICU RS Mitra Keluarga jatinegara. Model penelitian ini berupa pengamatan terhadap timbulnya pneumonia nosokomial pada dua kelompok sampel yaitu kelompok sampel dengan (OVSS) dan kelompok lain dengan (CVn yang dilakukan dalam dua periode waktu yang berbeda, masing - masing sistem suction selama 3 bulan. Hasil pengamatan kedua kelompok berupa perbandingan "angka insidens pneumonia nosokomial", "resiko relatif", dan perbandingan "tingkat cost - effectiveness. " masing -- masing sistem perawatan saluran pernafasan tersebut. Hasil penelitian didapatkan bahwa angka insider's pneumonia nosokomial kedua sistem berbeda secara bermakna menurut uji statistik X-Square yaitu 26,6% pada penggunaan C)tSS dan 4,0% pada penggunaan C'1!SS dengan p = 0,013 (cc < 0,05), resiko relatif penggunaan CUSS dibanding dengan penggunaan OVSS adalah 0,015, ini berarti CVSS dapat dianggap sebagai faktor pencegah terjadinya pneumonia nosokomial. Pada analisis biaya - manfaat secara normatif dengan standarisasi biaya operasional untuk l minggu, masing - masing sistem mempunyai tingkat cost - e ffectiveness pads penggunaan OVSS adalah, 11.859.981 rupiah/pasien bebas pneumonia nosokomial pada penggunaan CJSS adalah 7.149.125 rupiahlpasien pasien bebas pneumonia nosokomial. Sedangkan secara aktual sesuai dengan hasil pengamatan di lapangan didapatkan, tingkat cost effectiveness pada penggunaan OVSS adalah 9119.943 rupiah/ pasien bebas pneumonia nosokomial, dan pada penggunaan adalah CVS 4,782.661 rupiah/pasien bebas pneumonia nosokomial. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan Sistem Perawatan Saluran Pernafasan Secara Tertutup memberikan tingkat cost effectiveness yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan Sistein Perawatan Saluran Pernafasan Secara Terbuka, oleh karena itu disarankan agar Sistem Perawatan Saluran Pernafasan Secara Tertutup ini dapat direkomemndasikan untuk digunakan sebagai standar perawatan pada pasien dengan bantuan ventilator perawat di ruang ICU khususnya di RS Mitra keluarga Jatinegara.
Cost - Effectiveness Analysis for Using "Closed Ventilation Suction System" on Nosocomial Infection Control in Intensive Care Unit of Mitra Keluarga Jatinegara HospitalThe performance of hospital services can be measured by many parameters. Among them are "average lenght of stay" (Av-LOS), "mortality rates on certain disease", ``mortality rate on emergency case", customers satisfaction level, etc. Another parameter with regard to medical services quality and has included in parameter of hospitals acreditation in Indonesia are nosocomial infection control capability and number of its infection. With regard to this issue, it has been identified that there seems to be an increase on "pneumonia nosocomial on patient using ventilator in the ICU of Mitra Keluarga Jatinegara Hospital. This lead to a management decision to change the treatment method from "Open Ventilation Suction Systern/OVSS" to "Closed Ventilation Suction System/CVSS". This study' is an observational comparative study with objective to get more clear level of cost effectiveness from each treatment as mentioned above. Benefit of this study is to support scientifically the management policy on the matter (Evaluative Policy Study). Design of the study is observation study the two systems using two different "population" as samples on two different periods. We found that there is a significant difference on cummulative rate of pneumonia nosocomial incidence using X-Square statistical method. That is 26,7% on OVSS and 4,0% using CVSS (p = 0.013, OC < 0,05), with relative risk in the use of CVSS compare to OVSS is, meaning we can assured that CVSS method is more effective in preventing of pneumnia nosocomial, compared to OVSS. Using "normative cost - effectiveness analysis" with a duration of one week, the two systems produce result of 13.087254 rupiahs per patient with free pneumonia nosocomial for OVSS, 7.763.160 rupiahs per patient with free pneumonia nosocomial. "Actual cost - effectiveness analysis" result of 9.119.943 rupiahs per patient with free pneumonia noscomial patient' for OVSS and 4.782.661 rupiahs per patient with free pneumonia nosocomial " for CVSS. It means that CVSS is more cost - effective method to be applied on pneumonia nosocomial control program. Based on that above study, we suggest that the Closed Ventilation Suction System is to be continued as a standard treatment for patients using ventilator in the ICU of Mitra Keluarga Jatinegara Hospital.
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Sugiyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari perbedaan fertilitas (anak lahir hidup) menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden.

Untuk dapat mengungkapkan keterangan tentang perbedaan anak lahir hidup menurut ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhatikan umur perkawinan pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur responden, telah dikemukakan beberapa hipotesis. Analisis data dilakukan dengan analisa deskriptif yaitu dengan menggunakan tabulasi silang dan beberapa teknik, demografi, dan analisa inferensial yaitu dengan menggunakan regresi ganda. Sumber data utama adalah dari hasil Survey Pendudukan Antar Sensus 1985 yang d.ipublikasi oleh Kantor Biro Pusat Statistik.

Penemuan-penemuan dalam studi ini secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut. Melalui metode analisis regresi ganda digunakan untuk mempelajari perbedaan jumlah anak lahir hidup menurut tempat tinggal, ibu bekerja dan tingkat pendidikan ibu dengan memperhitungkan umur kawin pertama, pemakaian alat kontrasepsi dan umur ibu. Berdasarkan analisis statistik, diperoleh hasil bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian cenderung mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih rendah dibandingkan dengan responden yang bekerja di sektor non-pertanian baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan. Ada dugaan sementara bahwa ibu yang bekerja di sektor pertanian tersebut telah memiliki jumlah anak banyak, sehingga kebutuhan keluarganya tidak cukup dipenuhi dari sektor pertanian. Keadaan ini cenderung mendorong mereka untuk pindah ke sektor non-pertanian/sektor informal.

Responden yang bertempat tinggal di perkotaan dan berpendidikan SD kebawah kecuali tidak sekolah mempunyai jumlah anak lahir hidup sedikit lebih banyak dibandingkan responden yang berpendidikan SLTP ke atas. Berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak, lahir hidup mempunyai hubungan negatif. Hal ini mungkin disebabkan faktor latar belakang responden, yaitu responden yang berpendidikan rendah (SD kebawah) pada umumnya kurang memiliki pengetahuan terutama tentang pengaturan jarak kelahiran. Sedangkan responden yang bertempat tinggal di pedesaan, mereka yang berpendidikan SD kebawah mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih sedikit dari pada responden yang berpendidikan SLTP ke atas, berarti hubungan pendidikan dengan jumlah anak lahir mempunyai hubungan positif. Kemungkinan yang dapat dijelaskan, yaitu responden dengan latar belakang pendidikan rendah memiliki pengetahuan tentang gizi yang rendah pula. Sehingga wanita dengan pendidikan rendah secara biologis cenderung kurang subur dan pertama kali mendapatkan haid terlambat serta akhir haid lebih cepat. Menurut semua jenjang pendidikan, responden yang bertempat tinggal di perkotaan mempunyai jumlah anak lahir hidup lebih banyan dibandingkan di pedesaan. Kenyataan ini tidak seperti yang diharapkan yaitu di perkotaan mempunyai jumlah anak: lahir hidup lebih rendah dibandingkan di pedesaan.

Pengaruh negatif antara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup baik diperkotaan maupun di pedesaan. Keadaan ini tetap konsisten dengan hasil-hasil temuan sebelumnya. Menurut tempat tinggal, pengaruh negatif aniara umur kawin pertama terhadap jumlah anak lahir hidup lebih besar di perkotaan dari pada di pedesaan. Berdasarkan hasil perhitungan dari SUPAS 1985 rata--rata umur kawin pertama di perkotaan sebesar 22,5 tahun dan di pedesaan sebesar 19,5 tahun. Secara rasional, di pedesaan dengan rata-rata umur kawin pertama yang lebih rendah ada kecenderungan untuk mempunyai anak: lahir hidup lebih banyak.

Berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi, baik untuk daerah perkotaan maupun pedesaan, responden yang memakai alat kontrasepsi cenderung mempunyai anak lahir hidup lebih banyak, dibandingkan dengan responden yang tidak memakai alat kontrasepsi. Hal ini diduga, responden yang memakai alat kontrasepsi adalah mereka yang mempunyai jumlah anak lahir hidup sesuai jumlah anak yang diinginkan, dan tidak menambah anak lagi.
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>