Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudiarto
"Pembangunan perumahan sangat sederhana di Perumnas DV Karawaci yang berlokasi di Kelurahan Uwungjaya dan Cibodas, Kecamatan Jatiuwung, Kotamadya Dati II Tangerang dilaksanakan oleh Perum Perumnas pada tahun 1992. Pembangunan perumahan sangat sederhana tersebut sebagian besar diperuntukkan bagi relokasi permukiman kumuh Kampung Sawah, Kelurahan Tanjungduren dan Kemanggisan Jakarta Barat. Pembangunan perumahan sangat sederhana dengan luas bangunan 21 m2 dan luas tanah 54 m2 secara sepintas merupakan keberpihakan terhadap pemenuhan kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. Karakteristik data di lapangan menunjukkan masih terdapat rumah sangat sederhana yang utuh (belum diubah) disingkat RSSUT dan rumah sangat sederhana yang telah diubah (direnovasi) disingkat RSS-RV. Ditinjau dari luas bangunan, bahan bangunan dan konstruksi diduga tidak layak huni, bahkan ada kesan memindahkan permukiman kumuh baru dan tidak manusiawi dan tidak memenuhi persyaratan lingkungan baik sosial, fisik maupun kesehatan.
Tujuan pertama penelitian ini adalah mencari hubungan antara aspek sosial ekonomi, aspek fisik dan aspek kesehatan/sanitasi lingkungan perumahan sangat sederhana dengan kesehatan penghuninya. Tujuan penelitian yang kedua untuk memperoleh gambaran bangunan tipe berapakah rumah sangat sederhana yang memperhatikan aspek sosial ekonomi, aspek fisik, aspek sanitasi lingkungan dan aspek kesehatan penghuni. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pihakpihak terkait dalam merumuskan kebijaksanaan dan melaksanakan pembangunan perumahan yang berwawasan lingkungan.
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan kondisi kesehatan antara penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT) dengan penghuni rumah sangat sederhana telah direnovasi (RSS-RV).
2. Terdapat hubungan antara kondisi sosial ekonomi penghuni rumah sangat sederhana dan kesehatan penghuninya.
3. Terdapat hubungan antara kondisi fisik rumah sangat sederhana dan kesehatan penghuninya.
4. Terdapat hubungan antara kondisi kesehatan/sanitasi lingkungan rumah sangat sederhana dan kesehatan penghuninya.
Penelitian yang dilakukan adalah ekspos faktor korelasi, dengan pengumpulan data primer dari 120 kepala keluarga penghuni rumah sangat sederhana sebagai responden, data sekunder, dan observasi langsung.
Responden ditentukan secara acak sederhana untuk memperoleh jumlah yang sama, karakteristik data rumah meliputi rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT) berjumlah 518 unit dan rumah sangat sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) 675 unit, total 1193 unit RSS.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji analisis statistik non parametrik menggunakan rumus X2 (chi square) untuk menentukan adanya hubungan antar variabel yang diteliti. Uji koefisien kontinjensi untuk mengetahui derajat hubungan antar variabel.
Hasil penelitian
1. Antara penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT) dan rumah sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) terdapat perbedaan kesehatan menurut tingkat kesehatan penghuni, jenis penyakit dan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Tingkat kesehatan penghuni rumah sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) lebih baik dibandingkan dengan penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT).
2. Kondisi sosial ekonomi penghuni rumah sangat sederhana berpengaruh terhadap kesehatan penghuni. Analisis hubungan antara jumlah anggota keluarga (kepadatan hunian), pendidikan, dan pendapatan dengan kesehatan penghuni menunjukkan dua tabulasi silang pada derajat hubungan yang kuat dan enam tabulasi silang pada hubungan yang cukup kuat. Tujuh diantaranya mempunyai nilai kontinjensi di atas nilai tengah koefisien kontinjensi maksimum dan satu dengan nilai kontinjensi di bawah nilai tengah kontinjensi maksimum.
3. Kondisi fisik rumah sangat sederhana berpengaruh terhadap kesehatan penghuninya. Rumah sangat sederhana tipe RSS-21 m2 dengan jumlah penghuni rata-rata 6 orang untuk satu rumah menyebabkan kesehatan menurun. Analisis hubungan antara luas bangunan rumah, kondisi ventilasi udara, kondisi kenyamanan hawa, kondisi sinar matahari, jumlah kamar tidur, dan tats letak kerapatan mempunyai hubungan dengan kesehatan penghuninya, Hubungan tersebut pada derajat cukup kuat terdapat lima nilai kontinjensi di atas nilai tengah kontinjensi maksimum sedangkan tujuh di bawah nilai tengah koefisien kontinjensi maksimum.
4. Sanitasi lingkungan perumahan sangat sederhana mempengaruhi terhadap kesehatan penghuni. Analisis hubungan antara pembuangan air limbah, pembuangan limbah padatlsampah, kondisi kebersihan halaman dan lingkungan dengan kesehatan penghuni secara keseluruhan mempunyai derajat hubungan yang cukup kuat berarti mempunyai hubungan yang bermakna. Pada derajat hubungan yang cukup kuat, lima hubungan dengan nilai kontinjensi di bawah nilai kontinjensi maksimum dan satu di atas nilai tengah kontinjensi maksimum.
Kesimpulannya bahwa tingkat kesehatan penghuni rumah sederhana yang telah direnovasi (RSS-RV) lebih baik dibandingkan dengan penghuni rumah sangat sederhana yang masih utuh (RSS-UT). Terdapat hubungan antara perumahan sangat sederhana dengan kesehatan penghuninya.
E. Daftar Kepustakaan : 47 (1982-1998)

The Relationship Between Very Low Cost Housing And The Health Of Its Inhabitant (A Case Study of the Very Low Cost Housing Environment in Tangerang Municipality)In 1992 Perum Perumnas (The National Urban Development Corporation) implemented the very low cost housing development at Uwungjaya and Cibodas, Jatiuwung, Tangerang Municipality. This development is mostly meant for relocation of the shanty settlement of Kampung Sawah Tanjungduren and Kemanggisan in West Jakarta. At first glance, the development of the very low cost housing of 54 square meters plot of land , 21 square meters out of which is allocated for housing, seems to take side to the people with lower income. There are some original very low cost housing and renovated houses. Based on the width of the building, the material used and construction, the houses can be considered improper to stay, even it appears to move the new shanty town and it is not human and unable to create a good and healthy environment.
The first purpose of this research is to find associations between the social economic aspect, physical aspect, sanitation and environmental health aspect of the very low cost housing and the health of its inhabitant. The second purpose is to get an answer to the question of what type of the very low cost housing which really observed the environmental aspects. The findings of this research are expected to become an input to the related institutions and policy makers in formulating policy and implementing the housing development that has great concern towards environmental aspects.
The hypothesis are as follows :
1. There are differences between the health condition of inhabitants of
2. There is a relationship between the social economic condition of the very low cost housing and the health of its inhabitant.
3. There is a relationship between the physical condition of the very low cost housing and the health of its inhabitant.
4. There is a relationship between the sanitary condition of the very" low cost housing and the health of its inhabitant.
The methodology of this research is expost facto correlation by collecting primary data from 120 respondents namely inhabitants of the very low cost housing, secondary data, and direct observation in the area. The respondents were taken by simple random sampling . The characteristic data of the houses are 518 units of the original very low cost houses and 675 units of similar type but already renovated ; the total number is 1193 units of very low cost houses.
Data analysis was carried out by non parametric statistical analysis examination, and formula X2 (chi square) was used to determine whether or not there is correlation among variables to be examined. The contingency coeficient test was used to know the degree of relationship among variables.
The findings of this research include :
1. Between the original very low cost housing inhabitant and the renovated very low cost housing inhabitant, there were health differences by the health level of its inhabitant, deseases and the usage of the health services. The health level of the renovated housing inhabitant was much better in comparison to the original housing inhabitant.
2. The social economic conditions of the very low cost housing have influence upon the health of its inhabitants. The relationship analysis between the housing density, education, income and the health of its inhabitants have two cross tables of relationship at the strong level and six tables at the slightly less strong level of relationship. Seven (7) out of eight (8) tables have contingency value above the middle maksimum coeficient contingency value and only one is below the middle maksimum coeficient contingency value.
3. The physical condition of the very low cost housing has influence upon the health of its inhabitant. The type of the very low cost houses of 21 square meters building occupied by an average of six inhabitants tend to cause the health level to decline. The relationship analysis of house floorspace, ventilation condition, pleasant air condition, sunray condition, the a number of bedrooms, the housing design and density has relationships with the health of its inhabitants. The relationship at the sufficiently strong degrees relationship has, five contingency above the middle maksimum coeficient contingency whereas seven below are the middle maksimum coeficient contingency.
4. Very low cost housing sanitation influenced the health of its inhabitant. The relationship analysis between the sewage, garbage dump, and the and clean condition of the yard of houses environment and the health of its inhabitant showed that there is a significant relationship. The strong degree relationship has, five significant contingency value under the middle maksimum coeficient contingency, only one is above the middle maksimum coeficient contingency.
5. The conclusion is the health level of the renovated housing inhabitant is much better compared to the original housing inhabitant. There is relationship between the very low cost housing and the health of its inhabitant.
E References: 47 (1982-1998)
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiarto
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004
341.52 SUD m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiarto
Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sudiarto
"Upaya yang dilakukan untuk mengantsipasi krisis energi listrik adalah dengan menggunakan paralatan yang mempunyai tingkat efifisiensi tinggi. Lampu flourescense dengan ballast elektron atau yang dikenal dengan lampu hemat energi
(LHE) merupakan salah satu peralatan listrik yang mendapat rekomendasi untuk digunakan luas of masyarakat menggantikan lampu konvensionaL hal ini mendukung dengan subsidi harga lampu atas kegiasama produsen Hstrflfr (PL/V), pemerintah (DJLPE) dan pihak sv/asia (produsen lampu).
Lampu hemat energi mempunyai tingkat efisiensi tinggi, karena tingkat lumen yang dihasilkan sangat tinggi dibandingkan daya yang diserap. Akan tetapi selain mempunyai tingkat efisiensi yang baik ternyata lampu hemat energi menghasilkan distorsi harmonik yang cukup besar yang diakibatkan oleh karakteristik kerja ballast elektronik. istorsi harmonik dapat menyebabkan beberapa kerugian pada sistem tenaga listrik diantaranya adalah meningkatkan rugi-rugi pada penghantar listrik.
Pada tulisan ini akan dibahas pengaruh harmonik lampu hemat energi terhadsp tingkat rugi-rugi yang dihasilkan pada jaringan tegangan rendah,serta kontribusi rugi-rugi yang dihasilkan pada jaringan tegangan rendah serta kontribusi rugi-rugi harmonik lampu hemat energi terhadap rugi-rugi total pada jaringan tegangan rendah."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T16099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sudiarto
"Penentuan tarif Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang dewasa ini tidak menggunakan perhitungan biaya satuan melainkan berdasarkan harga bahan reagens dan disesuaikan dengan tarif laboratorium lain. Hal itu mengakibatkan tarif yang berlaku tidak sesuai dengan biaya satuan. Produk pemeriksaan laboratorium kcsehatan adalah beragam schingga perhitungan biaya setiap jenis pemeriksaan bervariasi karcna pcmakaian bahan pengainbil spesimen, alat laboratorium, bahan reagens dan waklu pemeriksaan berbeda-beda.
Penelitian ini adalah anal isis biaya yang hertujuan untuk mendapatkan garnharan hiaya total, biaya satuan dan alternatif penentuan tarif yang mempertimbangkan biaya satuan, tarif pesaing, subsidi, Cost Recovery Rate, dan ATP/WTP jenis pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang. Metoda analisis biaya yang digunakan adalah Activity Based Costing pada semua jenis pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang pada tahun 2005. Analisis biaya dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap pra-analitik, tahap analitik dan tahap pasca analitik yang masing-masing tahap dijabarkan dalam biaya investasi, operasional dan pemeliharan.
Dari basil penelitian didapatkan bahwa jumlah pemeriksaan Laboratorium Kesehatan Kabupeten Sintang tahun 2005 masih rendah yaitu bare mencapai rata-rata 41,45% dan biaya totalnya adalah Rp_ 225.831.631,-.
Tarif Laboratorium Klinik Taruna lebih tinggi rata-rata 76,82% dibandingkan dengan tarif Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang. CRR biaya total aktual sebesar 14%, sedangkan CRR biaya total dengan subsidi sebesar 20%. Sebaiknya penentuan tarif Laboratorium Kesehatan Kabupaten Sintang berdasarkan biaya satuan aktual dengan subsidi, penyediaan dana investasi (gedung, alat dan inventaris kantor), gaji dan insentif diperlukan sebesar Rp. 187.561.421,- pada tahun 2005.

Determination of health laboratory tariff in Sintang district recently doesn't use unit cost but based on reagents cost and adjusted to other laboratories tariff. That causes the tariff available doesn't in accordance with the unit cost. The health laboratory analysis products are varied so that the determination of each analysis cost is varied because the use of reagents for specimen preparation, Iaboratory instruments, reagents and analysis time are varied.
This was a cost analysis research with the aims to gain the description of total cost, unit cost and determination of tariff alternative considering unit cost, competitor tariff, subsidy, Cost Recovery Rate, and-ATP/WTP of kind of health laboratory analysis of Sintang district. The used cost analysis method was Activity Based Costing to all kind of analysis performed in the Health Laboratory of Sintang district in year 2005. Cost analysis was divided into three steps, that were pre-analysis phase, analysis phase and post analysis phase, and each phase was presented in cost of investment, operational, and maintenance.
The research showed that the number of analysis in the Health Laboratory of Sintang district was still low, which reached average 41.45% and the total cost was Rp. 225,831,631,-.
The tariff of Laboratoriurn Klinik Taruna was average higher 76.82% compared with the tariff of the Health Laboratory of Sintang district. The CRR of total actual cost was 14%, whereas The CRR of total cost with subsidy was 20%. It is suggested that the tariff determination of the Health Laboratory of Sintang district is based on the actual subsidized unit cost, availability of investment fund (building, instruments and office inventory), and in year 2005 Rp. 187,561,421,- is needed for salary and incentive in year 2005.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Detri Sudiarto
"Obat tradisional yang oleh masyarakat lebih dikenal sebagai jamu, sudah sejak dahuiu digunakan untuk kesehatan. Berdasarican Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 246/ Menkes/ Per/ V/ 1990 tentang Izin Usaha Industri Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional dinyatakan bahwa obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia sintetik atau basil isolasi yang berkhasiat obat. Salah satu obat yang mungkin ditambahkan dalam jamu adalah obat-obat golongan anti inflamasi non steroid (AINS). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis obat anti inflamasi non steroid yang digunakan dalam jamu secara kromatografl lapis tipis.. Metode yang digunakan adalah ekstraksi jamu dengan etanol absolut selama 40 detik dilanjutkan dengan kromatografl lapis tipis dengan menggunakan fase gerak toluena ; etanol (7:3) dan etil asetat:metanol:amonia (85:10:5) dengan penampak noda cahaya uv gelombang pendek. Dari sampel yang diperiksa, ditemukan sembilan sampel yang positif mengandung obat golongan anti inflamasi non steroid. Sampel tersebut.yaitu S4, 35, 36, 311 dan 313 mengandung antaigin. 39 mengandung as am mefenamat dan indometasin. Sedangkan 35, 38, 310 dan 311 mengandung parasetamol dan 36 serta 312 mengandung fenilbutazon.

Indonesian traditional medicine which is widely known as jamu has been used for along time in medicatioa According to the regulation of Minister Of Health No. 246 / Menkes / Per / V / 1990 on Industrial Permission and the Registrj' of Traditional Medicine stated that traditional medicine must not contain chemical substance or active drug isolation product One of possibly added drug in jamu is classified as Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs (NSAID). This research was aimed to analyze NSAID added in jamu using thin layer chromatography. IT Method applied was jamu extraction with absolute ethanol for 40 seconds followed by TLC using mobile phase toluene : etiianol (7:3) and ethyl acetate: methanol: ammonia (85:10:5) with short waved UV as detection mediod. From samples analyzed, it was found that 9 samples contained NSAID drugs which were S4, S5, S6, S7, Sll, S13 containing antalgin and S9 containing raefenamic acid and indometacin while S5, S8, SIO, Sll contained paracetamol, and S6, SI2 contained phenylbutazoa"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanny Sudiarto
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Sudiarto
"Non Tax Government Revenue (PNBP) from mining is among one of the potential government revenues for Indonesia. Unfortunately, it is not optimally managed. The Contract of Work stipulated for copper mining is only stated that, the contractor is required only to pay royalty of gold, silver, and copper, but not for other minerals contained within the copper concentrate.
The objective of this research is to evaluate whether the scope of Contract of Work of copper mining could be optimized by evaluating the potential of other minerals contained in the copper concentrate. The result of the analysis to explain the reasons to levy royalty from other minerals, this study also estimates the potential royalty that could be derived from other minerals of copper mining for year 2003 - 2007.
To achieve those goals, the qualitative and quantitative approaches are used, the technique of collecting data through study of literatures and survey, and the technique forecasting has been used to estimate of other minerals contained within the copper concentrate. The study employs moving average method and simple linear regression analysis.
The result shows that most of minerals from the copper mining can be used and sold. According to the principle of user charges as stated in the Law No. 20/1997 about PNBP, the extraction and usage of natural resources must be levied to royalty. Thus, all minerals from the copper mining should also be levied to royalty. Base on this research, it is recommanded to revise the Article 13th in the Contract of Work, which states that the scope of Contract of Work related to royalty is narrower than the principle of that user charges.

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang bersumber dari pertambangan umum merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat potensial, namun belum dikelola secara optimal. Dalam Kontrak Karya (KK) pengusahaan pertambangan tembaga, kontraktor hanya menyetorkan royalti atas mineral emas, perak dan tembaga sedangkan mineral ikutan lainnya tidak dikenakan royalti.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cakupan KK pengusahaan pertambangan tembaga, menentukan alasan yang dapat digunakan untuk mengenakan royalti atas mineral ikutan pertambangan tembaga dan perkiraan potensi royalti dari mineral ikutan pertambangan tembaga untuk periode 2003 - 2007.
Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif, teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan hasil survei, dan untuk memperkirakan besarnya kandungan mineral ikutan yang berada di luar sampel digunakan teknis forecasting menggunakan metode rata-rata dan analisis regresi linier sederhana.
Hasil analisis menunjukan bahwa hampir seluruh mineral ikutan pertambangan tembaga dapat dimanfaatkan dan mempunyai nilai jual. Sesuai dengan prinsip PNBP yang ditegaskan dalam UU No.20/1997 tentang PNBP bahwa semua pemanfaatan sumber daya alam harus membayar royalti. Demikian juga dengan mineral ikutan pertambangan tembaga sudah semestinya dikenakan royalti. Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan untuk merevisi Pasal 13 kontrak karya yang kurang menguntungkan pihak Pemerintah RI, dimana cakupan KK mengenai royalti lebih sempit dibandingkan dengan prinsip PNBP tersebut."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T28771
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sudiarto
"Salah satu penyebab terjadinya gangguan pada generator sinkran adalah terjadinya sparkover antara lilitan stator, kasus ini terjadi pada generator unit satu PLTA Cirara. di mana dengan adanya gangguan tersebut generator gaga/ menyalurkan daya ke sistem interkoneksi Jawa-Bali. Tugas akhir ini berisi analisis terhadap penyebah terjadinya sparkover pada Jilitan stator dan analisis daerah penyebaran hotspot akibat arus lebih yang dihasilkan oleh adanya hubung singkat altfara lilitan stator setelah lerjadinya spark-over. Penurunan daya isolasi antara /ilium stator (terdiri dari isolasi penutup sambungan batang lilitan dan isolasi udara sejauh 5 em) menjadi sebuah alasan mengapa sparkover dopa/ terjadi pada lilitan stator generator sinkron PLTA Cirata. dengan adanya penunman daya isolasi, Isolator antara li/itan stator tidak mampu mcnahan gradien tegangan yang timbul. Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya sparkover ini dapal diketahui dari pengamatan ftsik stator di lapangart dan pengujfan kegagalan isolasi dari sampei Isolator penutup sambungan barang /ilium stator Generator PLTA Cirata yang dilakukan di Laboratorium Tegangan tinggi Sparkover mengakibatkan terjadinya hubung singkot anrara lilitan stator yang berbeda fasa, di mana hubung singkat akan menimbulkan arus yang mengalir."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S39743
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alpha Agustinus; Budi Sudiarto
"Perusahaan tambang sangat tergantung pada bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan listrik dan kegiatan
pertambangan seperti penggunaan alat berat. Oleh karena itu, emisi gas rumah kaca akibat pembakaran bahan
bakar fosil ini telah menjadi isu utama terkait dampak terhadap lingkungan akibat kegiatan pertambagan. Energi
terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dapat menjadi solusi alternatif untuk mengatasi
masalah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bauran PLTS yang optimal pada pabrik pengolahan
mineral di tambang emas Newmont Suriname. Perangkat lunak HOMER digunakan untuk mendesain bauran
PLTS paling optimal. Perangkat lunak ETAP digunakan untuk menvalidasi desain secara teknis teknis melalui
analisis aliran daya dan analisis arus hubung singkat.

Mining companies are highly dependent on fossil fuels to meet their electricity needs and mining activities such
as the use of heavy equipment. Therefore, the greenhouse gas emissions due to burning of fossil fuels have become
a major issue related to the impact on the environment due to mining activities. Renewable energy such as
Photovoltaic (PV) can be an alternative solution to overcome this problem. This study aims to examine the optimal
penetration of Photovoltaic (PV) at Processing Plant Newmont Suriname gold mine. HOMER software is used to
design the most optimal Photovoltaic (PV) penetration. ETAP software is used for technical validation through
load flow and short-circuit analysis.
"
Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan, 2023
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library