Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudaryati
"ABSTRAK
Anak sebagai penerus cita-cita bangsa, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mentalnya.. Dalam upaya pembinaan dan perlindungan terhadap anak, seringkali terjadi pelanggaran hukum dan anak terpaksa hams berada di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja tanpa mengenal status sosial dan ekonomi.
Penempatan seorang anak di dalam Lembaga Pemasyarakatan menghadapkan anak pada sejumlah masalah. Anak tidak hanya sekedar kehilngan kemerdekaan tetapi juga rentan terhadap berbagai eksploitasi dan stigmatisasi. Untuk itu selama berada di dal am Lapas, anak perlu mendapatkan perawatan rohani dan jasmani secara terns menerus agar anak tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. lingkungan sebaiknya tetap terjaga agar anak merasa tentram dan aman sehingga terwujud suatu kondisi Lapas Anak yang "Ramah Anak"
Upaya-upaya pemenuhan perawatan rohani dan jasmani anak didik di Lapas Anak Wanita Tangerang dilakukan melalui berbagai program pembinaan yaitu program pembinaan kepribadian dan program pembinaan kemandirian. Namun di dalam pelaksanaannya banyak kendala yang dihadapi antara lain dalam bidang manajeman organisasi, keterbatan saran dan prasarana, Sumber Daya Manusia, peran serta masyarakat dan partisipasi anak.
Pelaksanaan pemenuhan hak perawatan rohani dan jasmani anak didik di Lapas anak Wanita belum maksimal, sehingga perlu peningkatan di berbagai bidang.

ABSTRACT
Child is the next generation for nation, that needs the building and protecting to guarantee the growth and development both physically and mentally. In building and protecting the child, it has been happened the law break frequently, so then it forces child stays in correction institution. It happens to anybody without considerating social or economic status.
Placing a child in correction institution makes some problems occur. Child not only losses of freedom but also closes to any exploitation and stigma. For this reason, during staying in the correctional institution, child needs mental and physic care continuosly for growing and developing well. It hopes that environtment can keep the child feels comfort and safe, so the juvenile correctional institution condition that "Friendly for children" could be created.
The effortsto fullfil the mental and physic care for juvenile in female juvenile correctional institution in Tangerang could be done by doing some building programs. They are character building program and independence building program. We face some obstacles in doing these, for example, problems in organization management, limited infrastructures, human resources problem, and the involvement of society and child participate.
The program implementation to fullfil the juvenile rights for mental and physic care in Tangerang-Female Juvenile Correctional Institution does not maximize yet, so that it needs some improvements in all aspects.
"
2007
T20805
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudaryati
"Pencegahan burnout menggunakan gaya kepemimpinan transformasional kepala ruangan di unit intensif. Ruang intensif merupakan ruangan yang memerlukan keterampilan khusus dengan keputusan klinis yang cepat dalam tindakan keperawatan pada pasien kritis. Perawat di ruang perawatan intensif berpotensi mengalami burnout di lingkungan kerja. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh gaya kepemimpinan kepala perawat terhadap persepsi perawat terhadap burnout yang dialami perawat di ruang intensif. Metode penelitian menggunakan desain cross sectional. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling, sampel sebanyak 201 perawat di ruang intensif Rumah Sakit X Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia (p-value 0,001), gaya kepemimpinan transaksional kepala ruangan menurut persepsi perawat berhubungan dengan burnout (p-value 0,035). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan transformasional kepala ruangan menurut persepsi perawat (p-value 0,211). Kesimpulan penelitian adalah ada hubungan antara gaya kepemimpinan transaksional kepala ruangan yang dirasakan perawat pelaksana dengan burnout pada perawat di ruang rawat intensif. Rekomendasi: kepala unit perawatan intensif harus menyesuaikan gaya kepemimpinannya menjadi lebih transformasional untuk mengurangi burnout perawat.
......Prevention of burnout using transformational leadership style of head nurse in the intensive unit. The intensive room is a room that requires special skills with rapid clinical decisions in nursing actions for critically ill patients. Nurses in intensive care have the potential to experience burnout at work enviroment. The purpose of the study was to determine the effect of the leadership style of the head nurse according to the nurse's perception of burnout experienced by nurses in the intensive room. The research method used a cross-sectional design. Sampling with total sampling technique, a sample of 201 nurses in the intensive room X Hospital in Jakarta. The results showed that there was a significant relationship between age (p-value 0.001), the transactional leadership style of the head of the room according to the nurse's perception was related to burnout (p-value 0.035). There was no significant relationship between the transformational leadership style of the head of the room according to the nurse's perception (p-value 0.211). The conclusion of the study was that there was a relationship between the transactional leadership style of the head of the room perceived by the implementing nurse and burnout in the nurse in the intensive care room. Recommendation: the head of the intensive care unit should adjust his leadership style to be more transformational to reduce nurse burnout."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etti Sudaryati
"The Sufficiency and The Quality of Family Food Consumption in Backward Village and Non Backward Village Kabupaten Simalungun North Sumatera in The Year 1995The causes of the emerge of this nutrition problem depend on the level of nutrition sufficiency. For that reason, the quality and quantity of food and nutrition are the important matter to pay attention. Food consumed has to be balanced in both the quantity and the type. Generally, the energy contribution of rice is still greater than the other foods energy contribution, namely 64.3 a for Simalungun. In the mean time, the calorie consumption for North Sumatera in 1993 is still 1976.37 cal with the quality score 69.3. The real information of food consumption, with in counting the family composition, is not available. Besides, the food consumption related to many factors, some of than are economy, production, and social factor. The poverty is a description of the lack of and the low of population socio-economy condition. One of the program alleviated the poverty has been made by the government by means of IDT program. IDT program described that there is backward village , include in Kabupaten Simalungun. For the reason, the problem of family food consumption, both the quality and the quantity based on backward village and non backward village , is an interesting matter to investigate.
The objective of this research is to understand the description and difference in the quantity of family food consumption, based on the average of energy consumption and the level of energy consumption sufficiency, and to under-stand the quality of food family consumption based on the score of food quality in backward village and non backward village.
This research is an analysis of Nutrition Consumption Survey data held by Ministry of Health, Republic of Indonesia. Design used is cross sectional with the number of sample is 1876 house-hold. Analysis are univariat and bivariat analysis, by using Epi Info version 6.0 and SPSS for windos release 6.0.
The result from the analysis is that there is no significant difference (p > 0.05) between the average of energy consumption, the level of energy consumption sufficiency and the score of food quality among family in back-ward village and non backward village.
From the research result, it is suggested to reconsider the determination of backward village which is held for this time. More over, it is suggested to consider the family composition in counting the average of energy consumption. It is also suggested to formulate the policy for the group of family which consume food greater than the sufficiency level or in balanced food, so that the family behave to consume balanced food. Besides it is suggested to carry out the advanced research about the trend of dietary pattern changing related to some possibilities which related to nutrition disorder. And the last, the implementation of the Nutrition Consumption Survey should have used 'food models'.

Penyebab timbulnya masalah gizi tidak terlepas dari tingkat kecukupan gizi, oleh karena itu kualitas dan kuantitas pangan dan gizi merupakan masalah penting yang harus diperhatikan. Pangan yang dikonsumsi harus seimbang balk jumlah maupun jenisnya. Umumnya sumbangan energi dari beras masih lebih banyak dari sumbangan energi pangan lainnya, yaitu 64,3 persen di Kab. Simalungun. Sementara itu konsumsi kalori untuk Sumatera Utara tahun 1993 masih 1976,37 kalori dengan skor mutu 69,3. Informasi konsumsi pangan yang sebenarnya, dengan memperhitungkan komposisi keluarga, belum tersedia: Disamping -itu konsumsi pangan berkaitan dengan banyak faktor, diantaranya faktor ekonomi, produksi, dan sosial. Kemiskinan merupakan gambaran dari serba kekurangan dan rendahnya keadaan sosial ekonomi penduduk, untuk itu keadaan ini harus diatasi. Salah satu program mengurangi kemiskinan telah diupayakan pemerintah melalui program IDT (Inpres Desa Tertinggal). Program IDT menggambarkan masih adanya desa tertinggal, termasuk di Kai. Simalungun. Untuk itu masalah konsumsi pangan keluarga, baik kualitas maupun kuantitas yang dilihat di desa tertinggal dan desa tidak tertinggal merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti.
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran dan perbedaan konsumsi pangan keluarga yang dilihat dari rata-rata konsumsi energi dan tingkat kecukupan konsumsi energi, serta kualitas konsumsi pangan keluarga yang dilihat dari skor mutu pangan di desa tertinggal dengan di desa tidak tertinggal.
Penelitian ini merupakan analisa terhadap data Survei Konsumsi Gizi Tahun 1995 yang dilaksanakan oleh Depkes RI. Disain yang digunakan cross sectional, dengan jumlah sampel 1876 rumah tangga. Analisis ini dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat, menggunakan bantuan 'Epi Info' dan 'SPSS for Windows release 6.0.
Dari hasil analisa didapat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0.05) antara rata-rata konsumsi energi, tingkat kecukupan konsumsi energi dan skor mutu pangan keluarga yang tinggal di desa tertinggal dengan keluarga di desa tidak tertinggal.
Disarankan dari hasil penelitian ini, untuk meninjau ulang kembali penentuan desa tertinggal yang selama ini dilakukan. Disamping itu disarankan untuk mempertimbangkan komposisi keluarga dalam perhitungan rata-rata konsumsi energi. Disarankan pula untuk menentukan kebijaksanaan bagi kelompok keluarga yang mengkonsumsi melebihi dari kecukupan atau mengkonsumsi pangan belum seimbang, agar berperilaku konsumsi makanan yang seimbang. Selain itu disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kecenderungan perubahan pola makan dalam kaitannya dengan berbagai kemungkinan kelainan gizi. Selanjutnya bagi pelaksanaan Survei Konsumsi Gizi agar menggunakan food models."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T8412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library