Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudarto
"Penelitian ini berjudul "Representasi Pengetahuan Sistem Klasifikasi DDC-21 Bidang Ilmu Pendidikan ke dalam Sistem Berbasis Pengetahuan dengan Menggunakan "Kaidah Produksi." Penelitian dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mengaplikasikan teknik representasi pengetahuan "Kaidah Produksi," terhadap Bagan Klasifikasi DDC-21 ke dalam Sistem Berbasis-pengetahuan. Tujuan penelitian adalah untuk membuat representasi pengetahuan tentang Sistem Klasifikasi DDC-21 Bidang Ilmu Pendidikan. Permasalahan utama adalah Bagaimana merepresentasikan Sistem Klasifikasi DDC-21 Bidang Ilmu Pendidikan ke dalam Sistem Berbasis-pengetahuan, yang dapat memberikan solusi terhadap pembentukan nomor kelas subyek bahan pustaka, yang terdiri dari nomor utama dan nomor sekunder klasifikasi.
Metode penelitian menggunakan pendekatan Systems Development Life Cycle (SDLC) dengan menerapkan konsep model linear Expert Systems Development Life Cycle (ESDLC) pads tahap pengembangan front-end. Teknik representasi pengetahuan yang digunakan adalah "K.aidah Produksi," dengan format kaidah IF-THEN-ELSE. Pembuatan representasi pengetahuan dilakukan dengan menggunakan bantuan instnunen Diagram Pohon (Decision tree) dan dilakukan secara Modular.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik representasi pengetahuan "Kaidah Produksi," dapat dan cocok digunakan untuk: 1) merepresentasikan Sistem Klasifikasi DDC-21 Bidang limu Pendidikan ke dalam Sistem Berbasis-pengetahuan. 2) memberikan solusi terhadap pembentukan nomor utarna (kelas utama, divisi, seksi dan turunannya), serta pembentukan nomor sekunder, benipa penambahan notasi dari bagian lain Bagan, Tabel-1 (Subdivisi Standar), Tabel 2 (khusus wilayah Asia, Asia Timur dan Timur Jauh), Tabel-2 perluasan untuk wilayah Indonesia, dan Tabel-5 (Ras, suku bangsa dan kebangsaan).

Knowledge Representation for Field of Education Science from DDC-21 Classification System to Knowledge-based System with Production RuleThis research about "Knowledge Representation for Field of Education. Science from DDC-21 Classification System to Knowledge-based System use Production Rule Technique_" Background of research is the need to application "Production Rule," as Knowledge Representation technique to Schedule-of DDC-21 Classification System. The purpose of this study is building knowledge representation about Field of Education Science from DDC-21 Classification System. The problem is how to representing Field of Education Science from DDC-21 Classification System to Knowledge-based systems, that can give solution for number building with primary and secondary number classification for material subject.
The approach for research method is Systems Development Life Cycle (SDLC) and apply front-end stage from linear concept Expert Systems Development Life Cycle (ESDLC)_ The knowledge representation technique for build knowledge-base is Production Rule. Rule formatted in IF-THEN-ELSE, with assisted by Decision tree instrument. Production Rule arranged with modularity concept to break the problems classification.
The results of research supporting the hypothesis that DDC-21 Classification System is Knowledge Domain for Knowledge-based systems. It's can represented and available to implementing to Knowledge-based systems with use Production Rule technique. Production rule can represent solutions for problems in classification, such as number building for subject classification. This research have represented basic number (main class, division, section and subsection), and secondary number; Table-1 (Standard Subdivisions), Table-2 (Asia, Orient and Far East), Table-2 extension for Indonesia areas and Table-5 (Racial, Ethnic and National Groups), and number adding from the other part of Schedul.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T7967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"Pengelolaan suatu proyek selalu dihadapkan pada suatu harapan keberhasilan, namun tidak sedikit yang mengalami kegagalan baik secara finansial maupun mutu dan waktu. Seringkali kegagalan disebabkan pada pengelolaan Sumber daya Manusia yang kurang mampu dalam menangani proyek tersebut.
Oleh karena itu Kinerja Manajer Proyek sangatlah penting artinya dalam pengelolaan suatu proyek, khususnya pada proyek konstruksi, karena keberhasilan Manager Proyek dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data dari 50 sample untuk melihat adanya hubungan secara kuantitatif & kualitatif melalui analisasi regresi berganda Pengaruh Kualitas Manajer Proyek Tehhadap Tingkat Imbalan Manajer Proyek.
Melalui Simulasi Monte Carlo telah memberi peluang untuk mengkaji stabilitas dari model terhadap segala kemungkinan di lapangan. Dari salah satu perusahaan diperoleh sample tambahan yang dijadikan studi kasus untuk mengetahui resiko imbalan terhadap keuntungan perusahaan jangka panjang dengan menggunakan metode Risk Monte Carlo Simulation Optimization Modeling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"
ABSTRAK
Selama mesa 4 iompat; tahun. mari tanun 1939 sampai
denqan 1992 teroapat 32 emiten vang melakukan akuisisi, 9
akuisisi eksternal dan 23 akuisisi internal. Hal ini menun~
Jukhan nahwa necenderungan akuisisi di Indonesia adalah
internal. Oleh karena itu hanva diteliti akuisisi internal
selama rantang wantu tahun 1991 dan 1992, mengingat selama
rentang waktu ini dikeluarhan dua reuulasi yaitu Surat
edaran BAFEFAM No. S-456/PM/1991 tanggal 12 April 1991
tentang "Fembelian Saham atau Eenvertaan Pada Perusahaan
Lain" dan surat kenutusan Nu. Hep-O1!PN/1993 tangqal 29
Januari 1993 tentang "Benturan Kepentingan Transaksi Ter-
tentu".
Fenelitian dilakukan terhadap akuisisi industri yang
tidah terhait (ATT) Dan sebagai variabel kontrol adalah
akuisisi terkait RAT). ATT hanva terjadi nada suatu indu-
stri yang memnunyai peftumbuhan Dermintaan relatii rendah
[ihdU5tFl telah )enuh) mengahuisisi lndustri lain yanu
mempunyai percumbunan permlntaan tinggi. Industri denaan
tingkat pertumbuhan DEFmlKtB&U tinqqi merarti oertumbunan
Déhjualan Cepat berartl Quia memmunyai profit tinqgi. Hal
ini memungkinkan perusahaan dalam industri tersebut mudah
memperoleh dana hutang. Hasil penelitian menungukkan bahwa pengakuisisi
ATT menqakulsisi perusahaan yang mempunyai EF, ROE dan debt
ratio lebih tinggi. Hal lni dapat dilihat Setelah adanya
penyeeuaian laporan keuangan maeing-masing meningkat seba-
sar 2.578Z. 2.732Z namun tldak eignifikan secara statistlk
sedang debt ratio naik 31.3131 yang signifikan pada tingkat
75Z. Hal tersebut tidak terjadi pads pengakuieisi AT yaitu
mereka mengakuisisi perusahaan yang mempunyai EP, NPN, ROE
leb1h rendah atau menurun 1E.471Z, 1.594Z, 10.5112 dan
leverage lebih tinggi yaitu meningkat 1l.BO4Z.
Temuan ini mengimplikasikan bahwa kekayaan pemegang
saham pada ATT meningkat namun realisasinya tergantung dari
biaya ahuisisi yang dikeluarkan. Demikian juga strategi
pembiayaan akuisisi dalam usaha mempertahankan kondisi
leverage keuangan mu1a'mula."
1994
Tpdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"Penelitian ini ditujukan untuk memahami persepsi etnik Papua terhadap diri dan kaitannya dengan kelompok bangsa sebagai akibat perluasan jaringan sosialnya, dengan pokok permasalahan "Persepsi Etnik Papua sebagai bangsa dalam kerangka NKRI", maka penelitian akan dipusatkan pada alam pikiran masyarakat atau penduduk etnik Papua sebagai populasi.
Penelitian inl bertujuan untuk mengungkap apa yang menjadi landasan pemikiran etnik Papua bergabung sebagai satu bangsa dalam NKRI dan apa yang mendorong etnik Papua sekarang ingin memisahkan diri dari NKRI serta untuk mengetahui harapan etnik Papua akan sejahtera didalam NKRI. Sumber data primer adalah masyarakat etnik Papua yang tinggal di Jakarta, yang diperoleh dengan kuesioner dan wawancara. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, referensi-referensi dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. ldealnya sumber data adalah masyarakat suku-suku asli yang tinggal di Papua, karena Iebih representatif dan valid untuk pengambilan keputusan.
Analisa data berdasarkan kualitatif maupun kuantitatif, dengan teknik analisis tabel dan untuk pengambilan keputusan menggunakan Analytical Hierarchy Process. Kesimpulan dari analisis adalah etnik Papua masih setuju tetap integrasi kedalam NKRI, mereka masih merasa bangga sebagai bangsa Indonesia dan mengakui simbol-simbol negara Indonesia maupun Pancasila sebagai dasar negara. Tetapi disisi lain masih adanya persepsi generasi bare etnik Papua yang masih terinspirasi dengan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1514, yang menuntut diadakan referendum, pembentukan negara federal atau merdeka. Sedangkan Papua akan Iebih sejahtera dimasa depart apabila putra daerah diberi kesempatan untuk maju dan memimpin daerahnya sendiri, dengan jalan melaksanakan pemekaran propinsi dengan status otonomi daerah.
Untuk kepentingan pembangunan Papua dimasa mendatang, Pemerintah Pusat disarankan membuat sejarah integrasi Papua dengan benar dan jujur, dengan harapan agar generasi muda etnik Papua mengerti dan memahami sejarah integrasi Papua yang sebenamya serta untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa nasionalisme generasi muda untuk mendukung keberhasilan pembangunan di Papua. Disamping itu juga disarankan melaksanakan penelitian tentang OPM, pelaksanaan Otonomi Khusus, pelaksanaan Otonomi Daerah, pelaksanaan Pemekaran propinsi dan Penelitian tentang kehidupan dan karakteristik suku-suku etnik Papua.

This research is address to comprehend ethnic perception of Papua to self and his bearing with nation group. With problems 'Ethnic Perception of Papua as nation in NKRI, hence research will be concentrated on society mind nature or ethnic resident of Papua as population.
This research aim to to express what the basis for ethnic idea of Papua as nation integration in NKRI and what pushing is ethnic of Papua now wish to independence from NKRI and also to know ethnic expectation of Papua will be prosperous in NKRI. Source of primary data is ethnic society of Papua who live in Jakarta, obtained with interviews and questionaire. While source of data of sekunder obtained from books, research result and references. Ideally the source of data is original terms society who live in Papua, because more representatif and valid for decision making.
Data analysis pursuant to qualitative and quantitative, with technique analyse tables and for decision making to use Analytical Hierarchy Process. Conclusion of analysis is ethnic of Papua still agree remain to integrate into NKRI, they still feel proud as Indonesian nation and confess Indonesia state symbols and also Five Principles as state s philosophy. But on the other side there is still his perception of ethnic new generation of Papua which still inspiration with Resolution of United Nations Number 1514, claiming to be performed by referendum, forming of federal states or independence. While Papua will be more be prosperous is future if putra daerah given by opportunity to go forward and lead its Papua, by way of executing advance of province with autonomy status.
The future to development of Papua, Central Government suggested to make history integrate Papua truly and honesty, on the hope to be ethnic the new generation of Papua understand and comprehend history integrate Papua which in fact and also to build and develop to nationalism. Beside that is also suggested to execute research about OPM, execution of Special Autonomy, execution of advance province and ethnic terms characteristic and life of Papua research.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
Bandung: Alumni, 2007
345 SUD h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa adanya ketertiban di suatu pasar
umumnya ditunjukkan oleh keteraturan pada pedagang yang berdagang di
dalam pasar. Disamping itu, ketertiban pasar juga ditunjukkan oleh
keteraturan parkir kendaraan, dan yang tak kalah penting adalah ditunjukkan
oleh rendahnya tingkat tindak kriminalitas.
Dalam pada itu kondisi yang tertib dan terkendali di tempat-tempat umum
merupakan tanggung jawab kepolisian dalam hal ini Polri. Tidak saja menjadi
tugas polisi, namun juga kondisi yang tertib akan mempermudah polisi dan
pihak-pihak yang terkait dalam menjalankan tugasnya. Lebih jauh, dengan
adanya lingkungan yang teratur Polsek akan dapat melakukan deteksi dini
atas kemungkinan gangguan keamanan, mengantisipasi terjadinya berbagai
tindak kriminal lalu kemudian mengupayakan pencegahannya.
Terciptanya kondisi tertib akan memberikan manfaat bagi masyarakat luas
dan lebih khusus bagi akan bermanfaat bagi pedagang informal. Pedagang
I informal memerlukan kondisi aman, nyaman, dan tentram dalam beraktivitas
tanpa diliputi perasaan was-was terhadap timbulnya gangguan keamanan.
Dalam pada itu Pasar Angso Duo merupakan pasar tradisional terbesar dan
merupakan salah satu urat na"dTperekonomian di kota Jambi pada khususnya
dan di Propinsi Jambi pada umumnya. Arti penting pasar tersebut menuntut
terciptanya kondisi ketertiban sehingga dapat memungkinkan
berlangsungnya aktivitas pasar dengan lancar, tertib, dan tidak aman. Akan
tetapi sejak lama lingkungan pasar ini dikenal kurang aman, dan kurang
tertib, meskipun di sana terdapat unit tugas Polsek. Upaya-upaya untuk mengatur ketertiban Pasar Angso Duo oleh pihak yang
berwenang (Polsek, Dinas Pasar Angso Duo, dan instansi terkait) yang
selama ini dilakukan dinilai tidak berhasil. Hal ini berarti Polsek sebagai salah
satu pihak yang memiliki kewenangan dalam mengatur ketertiban belum
dapat menunjukkan perannya secara maksimal, bahkan timbul kesan bahwa
Polsek selama ini tidak bekerja semestinya.
Untuk mengatasi semakin semrawutnya Pasar Angso Duo, dan terlebih lagi
untuk mengendalikan para pedagang sektor informal, pihak pengelola pasar,
pada awal tahun 2000 telah membentuk suatu unit tugas yang diberi nama
Satuan Tugas Penertiban Pasar disingkat Satgastibsar. Satgastibsar
beranggotakan para pedagang sektor informal dan secara informal berada di
bawah pembinaan Pemda dan Polsek setempat. Diluar perkiraan, setelah
beroperasinya Satgastibsar, lingkungan pasar menjadi jauh lebih tertib dan
aman. Para pedagang sektor informal yang selama ini merupakan sumber
kesemrawutan justeru dapat dikendalikan dan terbukti mematuhi penempatan
mereka di los/kios yang disediakan oleh Pemda.
Dari kerangka diatas, maka perlu diketahui dan dipahami bagaimanakah
peran Polsek dan kemudian bagaimana pula peran Satgastibsar di dalam
mewujudkan ketertiban di Pasar Angso Duo. Secara formal pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Polsek dan
Satgastibsar dalam perannya masing-masing mengelola dan mengatur
ketertiban di lingkungan Pasar Angso Duo.
Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa kegiatan sektor informal
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap aktivitas pasar,
termasuk pula dalam hal ini di Pasar Angso Duo Jambi. Aktivitas pedagang
informal sebagaimana pada umumnya kerap melanggar aturan dan
menganggu kelancaran lalu lintas.
Selanjutnya peran polisi, dalam hal ini Polsek Pasar Angso Duo cenderung
tidak terlihat. Hal ini disebabkan oleh sejumlah hal, antara lain rendahnya
kapasitas unit tugas yang beroperasi dan terbatasnya fasilitas pelaksanaan
tugas. Hasil survey memperlihatkan bahwa ada indikasi personil Polsek
Angso Duo masih belum memenuhi harapan masyarakat khususnya
responden.
Lebih lanjut, adanya peran Satgastibsar yang mengelola kegiatan sektor
informal ini dirasakan oleh banyak pihak. Satu hal yang berpengaruh adalah
partisipasi dan inisiatif pedagang informal untuk menciptakan ketertiban
adalah dengan mendaftar dan berperan sebagai petugas Satgastibsar. Kemudian, dalam penelitian ini ditemukan pula bahwa penga to an ketertiban
pedagang informal di Pasar Angso Duo telah terpola secara informal di luar
jangkauarr^emantauan^Eols^k,- Dinas^PasaTKota^Jambi, maupun instansi
lain yang terkait sebagi pengawas Satgastibsar. Sifat pengaturan ketertiban
pedagang informal di Pasar Angso Duo pada hakekatnya di tentukan oleh
adanya satu keinginan, kepentingan, kebutuhan dan__ merupakan
jDemberdayaarTstmkTur-struktur sosiaTyang bersifat informaLsepeiinkatah_
patron klien, ikatan etnis se-asallian jugaliubungan,pertemanan. Semua ini
pada ~ciasarnya diluar jangKSuan kapasitas? Polsek Pasar Angso Duo.
Sehingga peran pembinaan yang dijalankan oleh Polsek terhadap bekerjanya
Satgastibsar tidak terlihat secara nyata, karenanya keberhasilan dari
^Satgastibsar dalam menjalankan tugasnya ditentukan__oleh (a), pola
hubungan keteraturacLsosial, yang teriadi~antafa. patron dan klien serta (b).
adanya hubungan pertemanan antara pedagang informal dengan petugas
Satgastibsar. _
Secara formal, peran Polsek adalah sebagai pembina tugas Satgastibsar.
Namun keseluruhan tugas teknis penertiban sepenuhnya dilakukan oleh
Satgastibsar. Kemudian, peran Dinas Pasar adalah sebagai pengawas
terhadap tugas yang dibebankan kepada Satgastibsar dalam menjalankan
tugas dalam mengatur ketertiban pedagang informal berada di bawah
pembinaan Polsek.
Efektifnya Satgastibsar dalam mengatur ketertiban menurut responden dalam
penelitian ini telah dirasakan manfaatnya. Baik pedagang informal, pedagang
formal, dan juga pengguna pasar lainnya (pembeli/pengunjung). Mereka
dapat bekerja lebih aman, nyaman, dan leluasa serta terhindar dari perasaan
was-was terhadap timbulnya berbagai macam tindak/gangguan keamanan.
Terlibatnya warga masyarakat membantu aparat dalam mewujudkan
ketertiban pedagang informal Pasar Angso Duo di satu pihak merupakan hal
yang positif akan tetapi di lain pihak keberhasilan Satgastibsar ini justeru
menimbulkan penilaian negatif atas kinerjanya Pospol dan Babinkamtibmas.
Satgastibsar menjadi sarana pemberdayaan patron dalam menciptakan
pengaturan ketertiban memberikan peluang kepada mereka untuk
menetapkkan aturan aturan khususnya yang berkenaan dengan
penanggulangan tindak kejahatan."
2000
T36462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"Among the approximately 25,000 described fish species, 40% occur mostly in fresh water (Nelson, 1994). The majority of the World?s freshwater fish biodiversity is located in the tropical areas (Lowe-McConnell, 1987; Kottelat et al., 1993; Kottelat &. Whitten, 1996). South-east Asia has the highest number of freshwater fish families. In this area, Indonesia displays the highest number of species with more than 1300 (Kottelat & Whitten, 1996).
World-wide freshwater fish species occur in only 0.01% of the Blue Planet's water and therefore are being threatened (Stiassny, 1996). Numerous recent publications from many countries clearly demonstrated this current crisis of freshwater fish diversity (Miller efal., 1989; Bianco, 1990; Mamyama &. Hiratsuka, 1992; Witte et ai., 1992; Moyle, 1994; Warren, &.Burr, 1994; Wilcove & Bean, 1994; Bruton, 1995; Elvira, 1996;.Lelek, 1996; Cambray, 11997; Stiassny, 1998; Cambray Bc Bianco, 1998). The rapid human population growth coupled with technological advances have 'released a "lethal cocktail oft hreats" against the freshwater ecosystems (Cambray & Bianco, 1998) The set of human disturbances is constituted by overexploitation, introductions of alien species, genetic contamination of native genes pools, environmental pollution, habitat degradation, hydrological manipulations and global effects as climatic changes. The compilers of the IUCN Red List of Threatened Animals point out that the major causes of threats are essentially the introduction of non-native fish species and the habitat modifications (Groombridge, 1993-1994). In Southeast Asia, particularly in Indonesia, threats of aquatic biodiversity above all, include loss of forest cover, pollution, exotic introductions and over-fishing, either for food or for aquarium trade (Kottelat ez al., 1993; Kottelat & Whitten, 1996)."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
D1256
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"ABSTRAK
Kondlsl lingklungan pemukiman jika tidak dnkelola dengan baik akan berdampak buruk terhadap derajat kesehatan masyaxakat, Salah satu jenis penyakit yang erat kaitanya dengan kondlsi lingkungan adalan infeksi cacingan. Penyakit cacingan yang proses penularanya melalui perantara tanah masih mempakan masalah kesehatan masyarakat khususnya pada anak-anal: ban-L di daerah pedesaan maupun pcrkotaan. Anak sebagal calon generasi penerus bangsa merupakan aset yang perlu mendapatkan perhatian, karcna mereka akan menentukan nasib suatu bangsa/negara. Dilain pihak_ anak dengan segala keterbatasanya masih rentan terhadap suatu penyakit yang dapat menggangu pcrtumbuhan dan perlcembanganya.
Penyakit infcksi casing dalam tubuh manusia dapat menghisap darah dan unsur gizi yang diperlukan tubuh. Sehingga dapat memuunkan daya tahan tubuh dan produktivitas. Walaupun tidak berakibat fatal nam\m penyakit ini berdarnpak cukup Iuas pada anak-anak seperu; Anemia, malnuuisi, gangguan tungsl kognitip dan menurunkan prcstasi bciajar Sena produktifitas.
Penelltian mi bertujuan untuk mengetahui hublmgan antara kontammasx telur cacing di lingkungan pemukiman dengan kejadian infeksi cacingan pada anak usia 5-12 tahun di Kecamatan Baros Kabupatcn Serang, selain itu diteliti juga taktor nslko lamnya yang dapat rnempengaxuhi tcxjadinya infeksi cacing pada anak seperti sanitasi lingkungan yang terdiri dan jamban keiuarga, sarana air bcrsih, SEAL, pembuangan sampah dan jenis Iantai rumah. Faktor lainya dari kardkteristik keluarga yaitu pcrilaku sehat anak, tingkat pengetahuan 1bu dan anak, kondisi ekonomi kcluarga dan jenis kelamin anak.
Penelitian ini merupakan studi epidemiologi kesehatan lingkungan yang bersifat ODSCFVQSI dengan menggunalcan desam crossectional (potong lintang). Sampcl azialah anak usia 5-12 tahun yang ada di Kecamatzm Baros Kabupaten Serang, dengan jumlah sampel masing-masmg untuk anak 125 dan sampel linglnmgan (lanan) sebanyak 125. Pengumpulan data dilakukan dcngan pemcriksaan sampel tanah dan tinja anak serta dengan wawancara. Untuk uji hipotesis menggunakan chi-square.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi kasus infeksi cacingan pada anak usia 5-12 tahun dl kecamatan Baros Rabupatcn Serang sebcsar 40,8%. 1-lasil anaiisis menunjukan adanya hubungan yang bermakna antam tanah tcrkontarninasi telur cacing, Jamban Keluarga., sarana an bersih, sarana pembuangan an' limbah, tempat pembuangan sampah, jcnis Iautai, tingkat pengtahuan anak dan perilaku sehat anak dengan kejadian mieksi cacmgan pacia anak usla 5-12 tahun dengan tangkat kemaknaan P < U,U5. Hasnl analisis multivaxiat dengan negresi logistik ganda diperoleh model bahwa kejadian infeksi cacingan pada anak usia 5-12 tahun terbuktj bcrhubungan cral dengan kondisi jamban kcluarga, tanah yang terkontaminasi telur cacing, faktor perilaku anak, tingkat pengetahuan anak, tcmpat pcmbuangan sampah dan _|en1s lantal rumah.
Adanya pengamh variabel jamban terhadap tanah yang tcrccmar telur cacing dan pengetahuan anak serta taktor perllaku, menunjukan bahwa tezjadinya pencemaran tanah oleh telur cacing karena faktor kebemdaan jamban yang masih rninirn dan tidak saniter, dengan tingkat pengelahuan anak yang rendah sehingga penlakunya turut mendukung terjadinya kontaminasi telur cacing di tanah dengan cara defekasi/buang kotoranya tidak cn jamban, maka tanah terkontaminasi oleh telur cacing yang ada dalam unja sclungga menimbulkan kejadian infcksi cacingan.
1-1 ini terbutku dengan kondisi jamban yang tidal( samter bensxko 13,2 kah xmtuk tezjadinya infeksi cacingan, perilaku yang buruk berisiko 9,8 kali untuk anak mcndcrita cacmgan, tanah yang terkontaminasi telur cacing berisiko 9,9 kali, tingkat pengetahuan anak rendah berisiko 7,5 kali, tempat pembuangan sampah berisiko 6,5 kali untuk Ieqadinya inicksl cacingan dan _|en1s lantai rumah yang tidak saniter bensnko 5,9 Kali untuk terjadinya infeksi cacing.
Peneliti menyaranlcan adanya upaya-upaya yang lebih kongkmt untuk mencegah dan menycbamya kasus infeksi caoingan melalui pcnyediaan sarana sanitasi Iingkungan yang baik khususnya. dalarn penyediaan jamban Kcluarga atau MCR, dengan mehbatkan semua unsnr yang terkait untuk menciptakan kondisi lingkungan yang sehat. Sena dilakukan penyuluhan kepada anak-anak dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang kesehainn, sehingga mereka dapal rnenjaga dan meningkatkzm kondisi demjat kesehatanya dengan cara hidup di lmgkungan perumahan yang sehat dan menerapkan perilalcu hidup bcrsih dan sehat. Disamping itu harus dilakukan perneriksaan kebexsihan pribadi anak baik di sekolah maupun dirumah secara rutin oleh guru dan orang tua anak.

ABSTRACT
Settlement environment condition if not managed carefully will giving had impact toward public health level, one of diseases that related closely with environment condition is worrny infection. Wormy disease infecting nom soil was still become public health problems especially in children whether villages or urban. Children as next generation of the nation are assets that need a focus, because they will define destiny of a nation. On the other hand children with all of their limitation is still susceptible toward a disease that disturbing development and growth. Wormy infection disease in human body can absorb blood and nutrition substances that needed by body, thus decreasing body endurance and productivity. Although not fatal but this disease impact is quite wide on children such as anemia, malnutrition, cognitive iimction disturbance and decreasing studying performance and productivity.
This research purpose is to identify relation of worm egg in settlement environment with worrny infection cases on children years of 5 - 12 old ages at Baros Sub-district Serang Regency, besides also researched other risk factors that affecting womry infection on children as environment sanitation that consist of family toilet, sanitation, hygiene water, SPAL, trash can and house tile. Other factors from family characteristic are children healthy behavior, mother and her children education level, family economy condition and children gender.
This research is epidemiology study of environment health that has the character of observation with cross sectional design. Samples are children ages of 5 - 12 years old at Baros Sub-district Serang Regency, with total samples each for children 125 and environment samples (soil) 125. Data gathering performed by soil samples and children feces also interview. For hypothesis test is using chi-square.
This research shows that prevalence of wormy infection cases on children ages of 5 - 12 years old at Baros Sub-district Serang Regency is 40.8%. Analysis result shows significant relation between soil contaminated with worm egg, family toilet, tile style, children knowledge level and -children healthy behavior with wormy infection cases on children ages 5 - 12 years old with P value < 0.05. Multivariate analysis result with double logistic regression obtained model that wormy infection cases on children ages of 5 - 12 years old proved closely related with family toilet condition, contaminated soil with worm egg, children behavioral factor, children knowledge level, trash can and house tile style.
Toilet variable effect toward contaminated soil with worm egg and children knowledge as well as behavioral factors, shows that contaminated soil caused by minimal toilet and unsanitary, and low children knowledge level. So that their behavior supporting contamination of worm egg in soil by defaces not in toilet, then soil contaminated with worm egg that available in feces and causing wormy infection. In proved with toilet condition that unsanitary has risk 13.2 times of worrny infection, bad behavior has risk 9.8 times of children infected wormy, contaminated soil with worm egg risk 9.9 times, children low knowledge level risk 7.5 times, trash can risk 6.5 times of wonny disease and house tile style that unsan'ry risk 5.9 times of wormy infection.
Researcher suggested performing more solid efforts to prevent and spreading of wormy infection cases through supplying good environment sanitation medium especially in supplying family toilet or MCK, by entangling all related element to create healthy environment condition. Moreover, perfonned counseling toward children and public to increase health degree condition by living in healthy settlement and implementing hygienic and healthy behavior. Besides, performed children individual checkup, whether in schools or houses routinely, with teachers and parents.
"
2007
T34522
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>