Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Saraswati
Abstrak :
Latar belakang: Malnutrisi berhubungan dengan patologi struktural dan fungsional di otak yang dapat mengganggu maturitas sistem saraf pusat (SSP). Hal ini dapat menyebabkan gangguan belajar dan mempengaruhi kecerdasan anak. Salah satu instrumen untuk menilai maturitas SSP adalah dengan pemeriksaan soft sign neurology yang dapat menilai kelainan motorik atau sensorik tanpa adanya lesi struktural di SSP. Tujuan: Melihat perbandingan neurodevelopment anak dengan gangguan gizi dan anak gizi normal. Metode: Penelitian potong lintang secara konsekutif nonrandom sampling pada anak usia 5-18 tahun dengan gizi normal dan ganguan gizi di wilayah Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, dilakukan wawancara dengan orang tua, recall makanan, dan pemeriksaan soft sign neurology dengan instrumen Physical and Neurological Examination for Soft Sign (PANESS). PANESS terdiri dari 43 aitem untuk menilai gerakan motorik, graphesthesia, stereognosis, keseimbangan, gerakan berkelanjutan, gerakan bergantian dan string test. Hasil: Dari 170 subyek didapatkan soft sign neurology pada 135 subyek (79,4%) terdiri dari 72 laki-laki (53,3%) dan 63 perempuan (46,7%); 70 subyek (77,8%) kelompok gizi normal dan 65 subyek (81,2%) kelompok gangguan gizi. Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kelompok gizi normal dengan kelompok gangguan gizi usia 5-12 tahun pada penilaian total graphesthesia, total keseimbangan, dan total PANESS (p<0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik antara kelompok gizi normal dengan kelompok gangguan gizi usia 13-18 tahun pada penilaian gerakan bergantian (p=0,047). Kesimpulan: Terdapat perbedaan soft sign neurology yang bermakna antara kelompok anak gizi normal dengan kelompok anak gangguan gizi terutama pada kelompok usia 5-12 tahun. Hal ini menunjukkan keterlambatan dalam maturitas SSP.
Background: Malnutrition is associated with structural and functional pathology of the brain, which can disrupt maturity of central nervous system (CNS). Furthermore, this condition will cause learning disability and influence child intellegency. One of instrument to assess maturity of the CNS by using Neurological soft signs (NSSs) which can assess abnormal of motor and sensory findings without a structural lesion in the CNS. Aim: This study is aimed to assess association of neurodevelopment between malnutrition and normal nutrition children. Method: This cross-sectional study used consecutive non-randomized sampling by enrolled to children range between 5-18 years old within normal nutrition and undernutrition based at Jakarta regions which had met with inclusion and exclusion criteria, and had undergone interview with their parents, 24 hours recall nutrition, and NSSs examination using Physical and Neurological Examination for Soft Sign (PANESS) instrument. PANESS consist of 43 items was used for the assesment of motor movement, graphestesia, stereognosis, balance, continuity of movement, alternating movement and string test. Result: From total of 170 subjects, there were 135 subjects (79.4%) have NSSs, consist of 72 boys (53.3%) and 63 girls (46.7%). In normal nutrition group there were found 70 subjects (77.8%) have NSSs and at malnutrition group there were found 65 subjects (81.2%) have NSSs. It showed that there was significant difference between normal nutrition between 5-12 years old compared to malnutrition group in total assessment of graphesthesia, total balance, and total score of PANESS (P<0.05). There were significant difference between normal nutrition group of 13-18 years old with malnutrition group at alternating movement (P=0.047). Conclusion: There is significant difference of NSSs between normal nutrition and malnutrition especially for children between 5-12 years old. This finding showed delay of the CNS maturity.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Saraswati
Abstrak :
Lars von Trier mengangkat demokrasi Amerika melalui film Dogville dan Manderlay. Keduanya menggunakan latar yang menverupai panggung Water yang berfungsi sebagai mikrokosmos untuk Amerika. Hipotesis penulis, kedua tiIm itu memperlihatkan konflik yang muncul aid hat ketegangan antara komunitas dan individu dalam demokrasi. Penelitian dengan hegitu akan membahas citraan mengenai demokrasi Amerika dalam kedua film dan problematika di dalamnya. Penelitian menggunakan teori Jacques Lacan mengenai Real, Imaginar dan Symbolic Order serta konsep demokrasi milik Slavoj %i%ek. Penelitian menemukan bahwa kedua Iilm menawarkan tantangan untuk demokrasi Amerika. dan dalam perspektif psikoanalisis, demokrasi dapat menjadi sehuah struktur yang memberikan ruing untuk kekerasan dan libido.
The films Dogville and Manderlay by Lars von Trier depict the issue of American democracy through a stage-like setting that acts as microcosm for America. My hyphothesis is that the films show tension between community and the sell' that come into surface when practicing democracy. The thesis therefore analyzes the image of democracy as represented in both films, along with problems offered by von Trier. Applying Jacques Lacan's concepts of Real, Imaginary, and Symbolic Order along with Slavoj Zikk's concepts of democracy, the thesis finds that both films offer challenge to American democracy., and from the perspective of psychoanalysis, democracy may turn into a structure for violence and libido.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T37552
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Saraswati
Abstrak :
The Cat in the Hat dan sekuelnya, The Cat in the Hat Comes Back, adalah cerita anak karya Theodore Seuss Giesel, atau yang lebih dikenal dengan Dr. Seuss. Kedua buku ini mengangkat isu kesenangan (`fun) dan memiliki urutan kejadian yang serupa, yaitu tentang dua tokoh anak, I dan Sally, yang ketika ditinggal di rumah oleh ibu mereka (Mother) didatangi seekor kucing bertopi yang selalu bersenang-senang (Cat in the Hat atau Cat). Yang dianalisis dalam skripsi ini adalah struktur penokohan dan interaksi antar tokoh sehingga dapat diketahui pesan apa yang terkandung dalam cerita, khususnya dalam kaitannya dengan tema kesenangan. Analisis dilakukan dengan menggunakan skema struktural Greimas dan teori psikoanalisis Freud. Analisis Greimas merupakan analisis tahap naratif yang berguna untuk membuka struktur penokohan dalam cerita sekaligus mengantar pada tahap analisis berikutnya yang menggunakan teori psikoanalisis Freud. Sementara analisis yang menggunakan teori Freud akan mengintrepretasi dinamika penokohan yang sudah dihasilkan analisis Greimas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap tokoh dalam cerita mempunyai fungsi masing-_masing. Hal ini menimbulkan konflik yang secara struktural tampak lewat dinamika perpindahan posisi aktan dalam skema aktansial Greimas. Selain itu, juga ditemukan bahwa kesenangan menurut Cat berbeda dengan kesenangan Mother - kesenangan Cat adalah kesenangan yang sepenuhnya bebas dan tidak mengenal peraturan, sebaliknya, kesenangan Mother adalah kesenangan di dalam bingkai keteraturan. Di tengah keinginan mereka yang sama-sama tidak realistis, Mother dan Cat menempatkan I dan Sally sebagai pihak yang harus mengakomodasi keinginan-keinginan tersebut, padahal kedua anak ini juga harus tetap mengutamakan prinsip keselamatan diri (self-preservation). Walau pada akhirnya I dan Sally berkembang menjadi anak-anak yang sepenuhnya mematuhi peraturan Mother, cerita ini tetap menunjukkan bahwa di tengah lingkup rumah yang penuh dengan pilar keteraturan, keinginan bersenang-senang akan selalu berusaha muncul.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13472
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Saraswati
Abstrak :
Manusia pada dasarnya selalu memiliki kebutuhan. Untuk itu nanusia dalam hidupnya perlu berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungannya. Kebutuhan dan keinginan tersebut dapat dipenuhi dan dicapai dengan berbagai cara, antara lain melalui media massa. Media yang dipakai dalam skripsi ini, adalah majalah wanita Femina. Majalah ini merupakan pelopor majalah wanita yang isinya cukup baik dan berbobot, sehingga Femina sejak mula-mula terbit mampu merebut hati banyak pembacanya. Berbeda dengan majalah-majalah wanita lain yang muncul sesudahnya. isi majalah Femina lebih lengkap dai bervariasi, dengan menampilkan rubrik-rubrik yang praktis dan berguna untuk keperluan wanita, baik itu urusan rumah tangga ataupun keperluan wanita yang aktif bekerja. Sehubungan dengan hal di atas, naka tujuan skripsi ini melihat bagainana motivasi khalayak untuk nenbaca isi rubrik Fenina, serta untuk nengetahui bagainana adalah untuk kepuasan yang diperoleh penbaca dari isi rubrik-rubrik tersebut. Selain itu juga untuk nengetahui apakah rubrikrubrik dalan Fenina dapat nenenuhi kebutuhan nereka. User and Gratifications adalah pendekatan yang dipakai dalan skripsi ini. Pendekatan ini necpersoalkan khalayak aktif dalan nenggunakan nedia untuk nenenuhi kebutuhannya dan memperoleh kepuasan. Dalan pendekatan ini yang yang nenjadi fokus perhatian adalah khalayak, yaitu apa yang dilakukan khalayak terhadap nedia untuk kepentingannya. Kaitannya dengan skripsi adalah bagainana notivasi khalayak untuk nenbaca Fenina, bagainana kepuasan yang diperoleh, dan apakah isi rubrik Fenina mi nenenuhi kebutuhan mereka. Penelitian ini bersifat Deskriptif Analitis, karena hanya akan menggambarkan bagainana hasil-hasil yang didapat dari data. Sampel diambil adalah dengan cara purposive sampling, yaitu pelanggan Fenina di wilayah Jakarta Pusat, sebanyak 80 orang dengan teknik penarikan sampel randon sederhana. Data diperoleh dari daftar pertanyaan, wawancara dan studi kepustakaan. Dari data-data yang diperoleh, ternyata bahwa motivasi pembaca mengkonsumsi majalah Feinina lebih banyak karena informasi dan pengetahuan tentang dunia daripada hanya sebagai media hiburan. Melihat isi pembaca tidak menyenangi dan tidak mementingkan iklan, dan sebaliknya rubrik konsultasi adalah rubrik favorit, karena rubrik ini dianggap penting dan untuk mendapatkan wanita. Femina, rubrik memenuhi kebutuhan. Pembaca cenderung merasa puas pada rubrik-rubrik yang dirasa bermanfaat langsung, yaitu semua rubrik, kecuali pada rubrik iklan dan sayembara. Dalam hal pemenuhan kebutuhan, rubrik yang paling memenuhi kebutuhan pembaca adalah konsultasi kesehatan. Rubrik yang kadang-kadang memenuhi kebutuhan adalah mode dan yang tidak memenuhi kebutuhan adalah sayembara.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S3964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Saraswati
Abstrak :
The urban space offers more challenges to the female self. Two motion pictures, Lost in translation (2003) and The good girl (2002), depict the issue of gender and space by conveying the city as prison for the female characters. This article analyses the urban space and argues that in the two movies, the female characters struggle and eventually create meaning in the urban room. Applying feminism and urban geography in analysing the position of female characters within the city, the paper finds that the two films offer their perception on, and solutions to, the imprisonment of women by the urban environment which is stereotypically masculine.
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Saraswati
Abstrak :
The media play a pivotal role in the democratization process in Indonesia and this is among others apparent in the surge of films, both fiction and documentaries that have been produced after the end Suharto?s decades of control over the media. It is important to note, however, that compared with fiction films, the documentary genre remains rather unpopular in Indonesia. Indonesian documentary films struggle to depict stories of the subaltern and those living in the ?periphery? in order for them to be seen and heard by the greater masses and by those in power ? the ones in the ?centre? or Jakarta. This paper discusses the connection between urban and rural voices and its impact in the documentary films Nona nyonya? (Miss mrs?, 2008) and Untuk apa? (What?s the point?, 2008) produced by Kalyana Shira Films, an organization well-known for its work on gender issues using film as medium. Departing from the notion that the film industry itself is still largely Jakarta-centred, this article focuses on the way urban settings and voices are used to create rhetoric, and the impact of the domination of these urban voices over the rural ones.
Depok: Faculty of Humanities University of Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library