Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sopiyatul Marwa
Abstrak :
Meloksikam adalah salah satu obat anti inflamasi non-steroid (AINS) yang memiliki kelarutan rendah dan menyebabkan terjadinya iritasi lambung. Oleh karena itu, untuk menghindari efek tersebut meloksikam dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan transdermal. penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan mikroemulsi yang stabil serta mengetahui pengaruh konsentrasi mentol terhadap jumlah kumulatif meloksikam yang terpenetrasi. konsentrasi mentol yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2,5-5%. Kemampuan penetrasi sediaan mikroemulsi melalui kulit diuji secara in-vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus galur Sparague-Dawley. Dari hasil uji jumlah kumulatif meloksikam yang terpenetrasi selama 8 jam dari sediaan mikroemulsi formula 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 67,7600 µg/cm2 ± 15,0743%, 126,6567 µg/cm2 ± 25,8984% dan 130,5000 µg/cm2 ± 25,0126%. Sedangkan jumlah fluks meloksikam dalam sediaan mikroemulsi formula 1, 2 dan 3 berturut-turut adalah 23,2043 µg/cm2.jam ± 43,6386, 40,1221 µg/cm2.jam ± 31,7465% dan 41,2888 µg/cm2.jam ± 32,0791%. Dari hasil uji penetrasi dapat disimpulkan bahwa penambahan mentol 2,5% dan 5% dapat berpengaruh pada jumlah kumulatif dan jumlah fluks meloksikam dalam sediaan. ......Meloxicam is a non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) which has low solubility and causes gastric irritation. Therefore, to avoid this effect, meloxicam can be formulated in a transdermal dosage form. This study aims to make a stable microemulsion preparation and to determine the effect of menthol concentration on the cumulative amount of meloxicam penetrated. The concentration of menthol used in this study was 2.5-5%. Penetration ability through skin was examined by in-vitro Franz diffusion cell test using Sprague-Dawley rat abdomen skin. From the test results, the cumulative amount of meloxicam that penetrated for 8 hours from the microemulsion formulations formulas 1, 2 and 3 were 67.7600 g/cm2 ± 15.0743%, 126.6567 g/cm2 ± 25.8984% and 130.5000 g/cm2 ± 25.0126%. Meanwhile, the amount of meloxicam flux in the microemulsion formula 1, 2 and 3 was 23.2043 g/cm2.hour ± 43.6386, 40.1221 g/cm2.hour ± 31.7465% and 41.2888 g/cm2.hours ± 32.0791%. From the results of the penetration test, it can be concluded that the addition of menthol 2.5% and 5% can affect the cumulative amount and the amount of meloxicam flux in the preparation.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sopiyatul Marwa
Abstrak :
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan frekuensi buang air besar (lebih dari tiga kali sehari) dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus individu normal. Diare akut merupakan diare yang berlangsung selama 14 hari atau kurang, diare yang berlangsung lebih dari 30 hari disebut diare kronis serta diare yang berlangsung 15 sampai 30 hari disebut sebagai diare persisten. Diare merupakan suatu penyakit yang menjadi masalah di seluruh dunia baik negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia, karena angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) yang masih tinggi. Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi diare di Indonesia menurut diagnosis tenaga kesehatan untuk seluruh kelompok umur adalah 6,8% sedangkan pada balita sebanyak 11%. Pada penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, biasanya lebih sering menggunakan obat antibiotik. Antibiotik yang dipilih atau digunakan pada diare akut infeksius harus rasional. Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan. Masalah ini dijumpai di unit-unit pelayanan kesehatan misalnya di Puskesmas. Pemberian antibiotik terhadap pasien Diare di Puskesmas Kecamatan Cengkareng berdasarkan himbauan dari Dinas Kesehatan haruslah berjumlah kurang dari 8% untuk mencegah resistensi antibiotik. ......Diarrhea is a disease characterized by an increase in the frequency of bowel movements (more than three times a day) and a decrease in the consistency of the stool discharge compared to the normal individual's bowel pattern. Acute diarrhea is diarrhea that lasts 14 days or less, diarrhea that lasts more than 30 days is called chronic diarrhea and diarrhea that lasts 15 to 30 days is called persistent diarrhea. Diarrhea is a disease that is a problem throughout the world in both developed and developing countries such as Indonesia, due to the high morbidity and mortality rates. Based on the 2018 Riskesdas the prevalence of diarrhea in Indonesia according to the diagnosis of health workers for all age groups is 6.8% while for toddlers it is 11%. In infectious diseases caused by bacteria, antibiotics are usually used more often. Antibiotics are selected or used in acute infectious diarrhea must be rational. The use of drugs that are inappropriate, ineffective, unsafe, and also uneconomical has now become a problem in health services. This problem is found in health service units, for example in the Puskesmas. Administration of antibiotics to Diarrhea patients at the Cengkareng Sub-District Health Center based on an appeal from the Health Office must amount to less than 8% to prevent antibiotic resistance.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sopiyatul Marwa
Abstrak :
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Di rumah sakit terdapat berbagai macam obat dengan berbagai jenis tenaga profesi dan non profesi yang siap memberikan pelayanan kepada pasien 24 jam terus menerus. Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik dapat terjadi medication error. Salah satu faktor penyebab terjadinya medication error adalah kesalahan dalam proses pemberian obat (dispensing error). Dispensing error dapat membahayakan pasien dan akan lebih berbahaya lagi jika diberikan adalah obat-obat high alert. Berdasarkan penelitian Pitoyo (2016), dispensing error terjadi disebabkan oleh sistem layanan dan penyimpanan obat yang tidak tepat. Sebagaimana dijelaskan bahwa kejadian medication error pada dispensing error sebanyak 3.66% dan penyebab kesalahan dispensing error yang disebabkan oleh LASA (Look Alike Sound Alike) sebanyak 8.5%. ......Hospital is a health service institution that organizes complete individual health services that provide inpatient, outpatient and emergency services. In the hospital there are various kinds of drugs with various types of professional and non-professional staff who are ready to provide services to patients 24 hours continuously. The diversity and routine of these services, if not managed properly, can lead to medication errors. One of the factors that causes medication errors is errors in the process of administering drugs (dispensing errors). Dispensing errors can endanger the patient and will be even more dangerous if high alert drugs are administered. Based on research by Pitoyo (2016), dispensing errors occur due to inappropriate drug storage and service systems. As explained, the incidence of medication errors in dispensing errors was 3.66% and the cause of dispensing errors caused by LASA (Look Alike Sound Alike) was 8.5%.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sopiyatul Marwa
Abstrak :
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1148/MENKES/PER/VI/2011, pedagang besar farmasi (PBF) merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai dengan ketentuan dan standar yang terdapat dalam cara distribusi obat yang baik (CDOB). PBF Kimia Farma Trading and Distribution merupakan perusahaan milik negara, namun sebagai pelaku ekonomi KFTD tidak dapat lepas dari kondisi globalisasi ekonomi. Era globalisasi akan meningkatkan persaingan-persaingan diantara perusahaan sehingga perlu adanya kebijakan yang menyangkut efisiensi untuk menjaga keberlangsungan hidup dari PBF. Menghadapi hal ini, berbagai kebijakan dan strategi terus diterapkan dan ditingkatkan. Kebijakan yang ditempuh manajemen antara lain meningkatkan pengawasan dalam perusahaan melalui pengendalian intern. Adapun kegiatan pengendalian persediaan yang dilakukan oleh KFTD yaitu melalui stock opname yang dilakukan empat kali dalam setahun dan uji petik yang dilakukan setiap hari. Uji petik merupakan pengecekan kesesuaian antara stok fisik dengan komputer dengan cara melakukan sampling setiap hari. ......According to Government Regulation Number 51 of 2009, pharmaceutical work is manufacturing including quality control of pharmaceutical preparations, security, procurement, storage and distribution or distribution of drugs, drug management, drug services on doctor's prescription, drug information services, and development of drugs, medicinal materials and drugs. traditional. Based on the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia No.1148/MENKES/PER/VI/2011, pharmaceutical wholesalers (PBF) are companies in the form of legal entities that have permits for the procurement, storage, distribution of drugs and/or medicinal ingredients in large quantities in accordance with the provisions and standards contained in good drug distribution practices (CDOB). PBF Kimia Farma Trading and Distribution is a state-owned company, but as an economic actor, KFTD cannot be separated from the conditions of economic globalization. The era of globalization will increase competition between companies so that it is necessary to have policies related to efficiency to maintain the survival of PBF. Facing this, various policies and strategies are continuously implemented and improved. The policies pursued by management include increasing supervision within the company through internal control. The inventory control activities carried out by KFTD are through stock taking which is carried out four times a year and picking tests which are carried out every day. The picking test is a conformity check between the physical stock and the computer by means of sampling every day.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sopiyatul Marwa
Abstrak :
Kesehatan merupakan salah unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagai bagian dari hak asasi manusia. Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan untuk memenuhi hak masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan adalah apotek. Apotek adalah sarana pelayanan kesehatan tempat dilakukannya praktik kerja kefarmasiaan oleh apoteker. Dalam menjalankan tugasnya, seorang apoteker harus berdasarkan standar pelayanan kefarmasian. Hal ini dilakukan dengan maksud agar pelayanan kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang diberikan selalu aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau untuk masyarakat. Sejak adanya kebijakan physical distancing akibat pandemi COVID-19 dan seiring dengan berkembang pesatnya teknologi, muncul pendekatan pelayanan kesehatan dan kefarmasian berbasis digital melalui telefarmasi. Sehingga hal ini mendukung adanya shifting atau peralihan transaksi dari offline ke online. ......Health is one of the elements of welfare that must be realized in accordance with the ideals of the Indonesian nation, as part of human rights. One of the health service facilities to fulfill people's right to obtain health services is a pharmacy. Pharmacy is a health service facility where pharmacists practice pharmaceutical work. In carrying out their duties, a pharmacist must be based on pharmaceutical service standards. This is done with the intention that the health services, pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials provided are always safe, efficacious/beneficial, of high quality, and affordable for the community. Since the existence of the physical distancing policy due to the COVID-19 pandemic and along with the rapid development of technology, a digital-based approach to health and pharmaceutical services has emerged through telepharmacy. So that this supports shifting or switching transactions from offline to online.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library