Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Soenarto
Abstrak :
ABSTRAK Arus urbanisasi yang masuk ke kota Jakarta dalam tiga dasawarsa terakhir ini dirasakan meningkat dengan pesat.. Sedangkan perencanaan kota Jakarta belum secara rinci tertata, di samping itu perangkat pengawasan pembangunan kota juga masih dirasakan kurang memadai. Ketiga hal tadi mengakibatkan tumbuhnya banyak kawasan tak terencana (unplanned area). Kawasan ini kekurangan fasilitas umum namun padat penduduknya, sehingga menjadi kawasan kumuh dan telah melampaui batas daya dukung lingkungannya. Program perbaikan Kampung Proyek Muhamad Husni Thamrin merupakan upaya Pemerintah dalam menaikkan kualitas lingkungan yang telah cenderung menurun akhir-akhir ini serta meningkatkan pembangunan manusia seutuhnya. Dalam bidang sanitasi lingkungan, Pemerintah telah banyak membangun MCK. Tujuannya adalah untuk mengkomunalkan sarana mandi, cuci, dan kakus agar limbahnya mudah dikendalikan dan pencemaran lingkungan dapat dibatasi, serta memudahkan pengadaan air bersih (PAM).Di samping itu juga untuk melestarikan budaya mandi bersama, seperti di daerah asal mereka. Kawasan yang padat penduduknya, umumnya luas rumah di bawah luas hunian baku per jiwa. Hal ini mengakibatkan sulitnya mencari ruang untuk lokasi sumur maupun kakus. Kawasan itu terutama dihuni oleh warga masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang cenderung tidak dapat menyisihkan sebagian pendapatannya untuk membangun kakus atau kamar mandi sendiri. Apalagi mereka belum mendapatkan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan, yang mempunyai kaitan erat dengan kualitas air tanah. Penelitian ini bersifat deskriptif, dilakukan pengamatan dan wawancara yang terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui seberapa jauh pemanfaatan sarana komunal pembuangan tinja dan kaitannya dengan kepadatan, pendapatan, pembuangan limbah sabun serta pola penggunaan air. Masalah pokok dalam penelitian ini adalah : (i) Bagaimana warga masyarakat mengelola MCK untuk mencapai sasaran pembangunannya ? (ii) Apakah MCK yang dimaksud telah sesuai dengan upaya untuk peningkatan kesejahteraan warga masyarakat ? Untuk itu dirumuskan suatu hipotesis bahwa 1. Pola pemanfaatan sarana komunal pembuangan tinja akan bermanfaat apabila berada di tengah lingkungan permukiman yang padat dan masyarakat berpenghasilan rendah. 2. Pola pembuangan limbah sabun tidak akan berbeda antara sebelum dengan setelah pembangunan MCK. 3. Pola pengambilan air tanah dangkal oleh penduduk akan berbeda antara sebelum dengan setelah pembangunan MCK. Hipotesis dimaksud perlu diuji dan dianalisis secara statistik.dengan menggunakan Chi-square, guna membuktikan kebenaran hipotesis dimaksud. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (i) dari 19 MCK yang diteliti telah dapat dimanfaatkan oleh warga masyarakat; (ii) tingkat kepadatan, tingkat pendapatan serta tingkat pendidikan warga masyarakat di sekeliling MCK mempengaruhi pemanfaatan aarana komunal pembuangan tinja; (iii) tingkat pendidikan dan penghasilan warga masyarakat mempengaruhi pengambilan air tanah dangkal, tetapi tidak berpengaruh terhadap kebutuhan akan kakus perorangan; (iv) adanya MCK tidak mempengaruhi pengadaan sumur pampa disekelilingnya serta tidak mengurangi pencemaran air permukaan akibat pembuangan limbah sabun. Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa pembuatan MCK telah menunjukkan hasilguna walaupun belum berdayaguna secara optimal. Untuk mendapatkan dayaguna yang optimal dirasakan perlu untuk meninjau kembali rancang bangun MCK dan mengajak masyarakat ikut berperan serta dalam rekayasanya. Selain itu perlu dilakukan penelitian tentang rekayasa tangki terpadu untuk menampung limbah sabun dan tinja. Upaya ini bertujuan mencari alternatif mengurangi dan menghilangkan pencemarannya terhadap air permukaan dan lingkungan hidup.
ABSTRACT The very rapid growth of the Jakarta population within the last three decades necessitates solutions to accommodate them in the form of decent settlement including infrastructure and new employments. However, appropriate detailed city planning is not yet available. Those factors led to unplanned accommodations in areas lacking in public facilities. Hence, it became densely populated areas and finally degraded into slum area that had exceeded its carrying capacity. The Jakarta city government had introduced Kampung Improvement Program (KIP), as one of a number of activities for improving the deteriorating environmental quality in the slum areas and for the improvement of total human development. In the sector of environmental sanitation, a lot of public latrines (MCK's) have already been built, both by the Municipal Government of DKI Jakarta and by self-help of the community. The objectives of these MCKs is to communalize public bathing, washing and toilet facilities under one roof and also localizing human and detergent waste disposal to mini mite ground water and soil pollution. The MCK's have been provided with treated water and also used as a place for communication with one another by all users of the facility. At the densely populated slum area, the floors of most of the houses are below the standard. That is why it is hard to find an open space to build a sanitary latrine and to install a shallow well pump. This slum area is inhabited by the low-income people, so they are not able to save part of their income to build a toilet, and also unable to install a private shallow well pump. They have not got any health education concerning environmental sanitation including ground water quality. This research was done to gather information on the correlation between usage of communal human waste disposal and the population characteristics, level of spatial density, income and formal education, detergent waste and pattern of water usage by the people_ Main research problems investigated are: (i) how the slum dwellers manage the MCKs in order to achieve the objective? (ii) Whether the MCK are appropriate for the improvement welfare of the slum dwellers ? Based on those problems, the research hypotheses were formulated as follows: 1. Usage of the MCKs can be obtained and optimal zed, if the MCKs were placed around houses of those with low income. 2. There is no difference in the condition of deter-gent waste, before and after the MCKs were built. 3. There were differences concerning the pattern of surface water use by the slum dwellers before and after the MCKs were built. This research is designed as a descriptive research. Primary data were gathered using structured questionnaire from those people who are using the 19 MCKs located in Kelurahan Petamburan, the administrative area of Central Jakarta. Analysis were done statistically using the Chi-square methods to test the above mentioned hypotheses. Several important results of the analysis, were as follows: 1. The 19 MCKs had fulfilled their objective, based on the answers from the majority of respondents, who had expressed satisfaction in using the MCKs. 2. The level of MCK's usage was affect by the spatial density and their level of formal education and in-come. 3. Exploitation of groundwater was affect by the level of income and formal education of the slum dwellers. 4. Needs for private toilets were not affect by the level of income and formal education of the dwellers. 5. The existence of the MCKs had not affected the building of the well around the MCKs. 6. The existence of the MCKs didn't affect groundwater pollution caused by detergent waste. In general, the results of the research analysis indicated that the MCK was very useful for the slum dweller. To obtain the optimum results, the MCK still needs improvement in its design. In this matter, more involvement of the slum dwellers as MCK`s users is required in the design phase which would be a helpful input. To seek other alternatives in order to eliminate the groundwater pollution, further research is needed in the future on the design of tanks for both the detergent waste and human feces container.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Y. Soenarto
Abstrak :
Telah didapatkan kesesuaian hasil perhitungan teoritis energi ikat total atom (-β) antara metode Thomas-Fermi terkoreksi dan metode Hartree-Fock untuk atom-atom netral dari Z = 2 sampai Z= 102. Kesesuaian paling nyata ditemukan pada atom-atom kompleks yang memiliki nomor atom Z besar dengan perbedaan sekitar 0,1 %, sementara untuk atom dengan Z kecil perbedaannya sekitar 5 %. Dibandingkan dengan data eksperimen, kedua metode pendekatan tersebut memberikan kesesuaian yang besar untuk atom yang mempunyai nomor atom Z besar dengan perbedaan sekitar 1,4 % untuk metode Thomas-Fermi terkoreksi dan perbedaan sekitar 1,5 % untuk metode Hartree-Fock, dan hasil perhitungan metode Hartree-Fock lebih mendekati nilai eksperimen dengan perbedaan 1,3 % sementara metode Thomas-Fermi terkoreksi memberikan perbedaan 6,3 %, untuk nomor atom Z= 2.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azimat W. S. Soenarto
Abstrak :
Salah satu permasalahan yang terjadi dalam penjualan secara lelang, khususnya pada tanah dan/atau bangunan, adalah mengenai kepastian hukum. Kepastian hukum adalah suatu perwujudan dari tujuan hukum yang seharusnya diterima oleh setiap orang yang terlibat dalam perbuatan hukum. Perlindungan dalam memperoleh kepastian hukum adalah adanya suatu aturan tertulis yang diterapkan secara baik dan dilaksanakan secara konsisten, sehingga masyarakat sebagai subyek hukum dapat merasakannya. Permasalahan yang diteliti adalah kejadian yang dapat dialami oleh pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan lelang. Dalam hal ini, kepastian hukum menjadi pertanyaan. Adanya aturan positif dalam peraturan perundang-undangan tidak selalu menjamin adanya kepastian hukum, karena kurangnya pemahaman terhadap peraturan dan hukum itu sendiri. Penelitian ini dilakukan dengan metode normatif dengan pendekatan eksploratoris, dengan tujuan pemecahan permasalahan. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, dengan menggunakan bahan hukum primer, sekunder, dan tertier. Konstruksi analisis dilakukan secara kualitatif. Dari penelitian, ditemukan fakta bahwa masih terdapat kendala dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan akibat keterbatasan pengetahuan dari aparat dan masyarakat. Kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah perlunya pembaruan atau pengubahan mendasar terhadap peraturan-peraturan yang ada, baik mengenai pendaftaran tanah maupun peraturan lelang, untuk mengatasi perbedaan yang timbul dan memastikan kepastian hukum. Selanjutnya, masing-masing instansi yang terkait juga perlu meningkatkan pengetahuan hukum pada sumber daya manusianya.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T25111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Farida Soenarto
Abstrak :
Latar belakang: Halotan, anestetika inhalasi yang poten semakin banyak ditinggalkan karena efek aritmogeniknya. Penelitian di tingkat selular kebanyakan dilakukan pada penyandang hipertermia maligna (MH), membuktikan bahwa halotan mengaktivasi reseptor ryanodin (RyR) pada otot rangka, menyebabkan penglepasan berlebihan Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik (SR) ke sitosol, memicu hiperkontraktur otot rangka. Diasumsikan halotan mempunyai efek serupa pada otot jantung. Belum banyak penelitian mengenai efek pemberian Mg2+ terhadap perubahan konsentrasi Ca2+ akibat halotan, meskipun Mg2+ dikenal sebagai obat antiaritmik. Mg2+ diduga menurunkan konsentrasi Ca2+ sitosol dengan cara meningkatkan ambilan kembali ke dalam SR melalui aktivitas SERCA. Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental in vitro, dengan subjek sel kultur miosit jantung tikus. Miosit yang dimuat dengan indikator Indo1 dibagi menjadi lima kelompok. Sel kontrol tidak dipajankan dengan halotan. Kelompok sel lainnya dipajankan dengan halotan berkonsentrasi 2 mM (setara dengan 1 - 3 MAC) selama 5 menit. Pada kelompok 1, setelah dipajankan dengan halotan, pajanan dihentikan dan diperiksa besar emisinya (penghentian menit ke- 0). Selanjutnya pemeriksaan emisi dilakukan setelah penghentian pajanan diteruskan selama 5, 10, 15 dan 20 menit. Sel kelompok 2 dan 3 diberi MgSO4 11 M dan 22 mM setelah pajanan halotan, kelompok 4 dan 5 diberi MgSO4 11 mM dan 22 mM sebelum pajanan halotan. Perubahan konsentrasi Ca2+ sitosol diketahui dengan pemindaian laser menggunakan mikroskop konfokal, dihitung dari perubahan besar emisi pada sel terpajan dengan analisis pixel. Hasil: Halotan meningkatkan konsentrasi Ca2+ sitosol jantung secara bermakna. Pemberian MgSO4 sebelum pajanan halotan tidak mencegah peningkatan konsentrasi Ca2+ sitosol. Pemberian MgSO4 setelah pajanan halotan tidak bermakna menurunkan konsentrasi Ca2+ sitosol, namun ditemukan kecenderungan turunnya konsentrasi Ca2+ sitosol dengan penambahan dosis MgSO4, setara dengan efek penghentian pajanan halotan selama 10 menit. Lima belas menit setelah penghentian pajanan halotan, konsentrasi Ca2+ turun secara bermakna. Dua puluh menit setelah pajanan halotan dihentikan, konsentrasi Ca2+ sitosol telah kembali ke nilai awal. Simpulan: Halotan meningkatkan konsentrasi Ca2+ sitosol jantung. Mg2+ tidak bermakna menurunkan konsentrasi Ca2+ sitosol jantung dan tidak mencegah peningkatan konsentrasi Ca2+ sitosol jantung akibat pajanan halotan. Setelah penghentian pajanan halotan selama 15 menit, konsentrasi Ca2+ sitosol turun secara bermakna.
Background: Halothane, a potent inhalational anesthetic, has been recognized to cause arrhythmia, probably due to activation of ryanodine receptor (RyR), triggering Ca2+ release from sarcoplasmic reticulum (SR) to the cytosol. The similar mechanism had been known in skeletal muscle of malignant hyperthermia (MH) patients. Mg2+ hypothetically prevents Ca2+ release by inhibition of RyR and increasing Ca2+ reuptake to SR by SERCA activity. Although Mg2+ had been used as an antiarrhythmic agent, the effect on reducing halothane-induced high intracellular Ca2+ concentration is not well studied. Method: This experimental in vitro study was done on cultured cell of rat cardiomyocytes. Cells divided into 6 groups. 5 groups were exposed to halothane for 5 minutes (at concentration of 2 mM, equal to 1-3 MAC) and one was not. Of the 5 halothane-exposed groups, group 1 received no additional treatment, but observed immediately after discontinuation of halothane exposure, then 5, 10, 15 and 20 minutes after discontinuation. Group 2 and 3 were given 11 mM and 22 mM MgSO4 after halothane exposure, respectively. Group 4 and 5 had the corresponding MgSO4 treatment prior to exposure. The change in cytosolic Ca2+ was observed by a confocal microscope and measured by pixel analysis for the emission. Results: Halothane increased cytosolic Ca2+ concentration in rat cardiac myocytes, in which was not substantially altered by MgSO4 given before or after the exposure. There was a trend of decreasing Ca2+ concentration with higher dose of Mg2+. MgSO4 of 22 mM decreased cytosolic Ca2+ concentration to the same extent as discontinuation of halothane for 10 minutes. The cytosolic Ca2+ concentration significantly decreased 15 minutes after discontinuation of halothane exposure and the cytosolic Ca2+ concentration returned to the basal level 20 minutes after discontinuation of halothane exposure. Conclusion: Halothane increases cytosolic Ca2+ concentration in rat cardiac myocytes. Neither pre- nor post-halothane exposure administration of MgSO4 substantially alters this phenomenon. Cytosolic Ca2+ concentration was significantly reduced 15 minutes after discontinuation of halothane exposure.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswahyudi Soenarto
Abstrak :
Di antara sekian banyak tokoh tragis Shakespeare, Othello adalah satu-satunya tokoh yang berkulit hitam. Kehitaman kulit Othello ini terlihat bukan hanya dijadikan sebagai masalah perbedaan fisik. Shakespeare juga mengkaitkan masalah ini dengan masalah yang berbau diskriminasi rasial. Pada zaman Shakespeare hidup, berlaku pandangan masyarakat yang merendahkan kehitaman kulit. Lelaki berkulit hitam dibebani prasangka sebagai orang yang mempunyai kecenderungan seksual yang besar (lusty) dan lebih pantas menjadi budak. Othello, sebagaimana tokoh tragis Shakespeare lainnya, dikisahkan mengalami kehancuran di akhir cerita. Sebagai penyebab kehancuran tokoh ini Shakespeare membuatkan kasus cemburu buta, sehingga secara sepintas pembaca drama ini dapat menduga bahwa Shakespeare seolah-olah membenarkan prasangka masyarakat pada masa itu bahwa lelaki berkulit hitam mempunyai kecenderungan seksual yang besar. Kedudukan Othello sebagai seorang panglima perang juga hancur karena kasus cemburu buta ini. Akan tetapi, setelah melalui penelitian lebih lanjut, ternyata Shakespeare sama sekali tidak dapat dikatakan menyetu_jui pandangan masyarakatnya, yang merendahkan kehitaman kulit. Dari analisis terhadap tokoh-tokoh lain di dalam drama ini, terlihat bahwa Othello adalah tokoh yang terjebak. Kehancuran Othello di dalam tragedi ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa ia mempunyai kecenderungan seksual yang besar atau tidak mempunyai kualitas sebagai seorang panglima. Justru sebaliknya, pembaca drama ini lebih mempunyai kemungkinan untuk jatuh simpati kepada Othello, jika melihat situasi yang menjerat Othello dan pelukisan Shakespeare terhadap sepak terjang dan karakter tokoh ini. Setelah menganalisis dan membandingkan beberapa tokoh Shakespeare yang tidak termasuk ras Kaukasia, dapat ditarik kesimpulan bahwa Shakespeare tidak menganggap perbedaan ras sebagai faktor yang membedakan kualitas mental seseorang.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14124
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arianto Soenarto
Abstrak :
Penulisan skripsi ini berusaha mengungkapkan permasalahan permasalahan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan eksekusi atas kekuatan eksekutorial ada grosse akta hipotik dan grosse akta pengakuan hutang. adapun yang dimaksud dengan kekuatan eksekutorial pada grosse akta, adalah pelaksanaan eksekusi grosse akta yang dipersamakan kekuatannya seperti suatu keputusan hakim yang telah memiliki kekuatan yang pasti atau tetap in kracht an gewijsde, oleh karena itu grosse akta memiliki ira-ira Demi keadiian berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa, sebagai tanda sifat eksekutorial yang, dimilikinya. Jadi pada grosse akta itu sendiri tidak dipersamakan seperti suatu akta keputusan hakim yang pasti atau tetap in kracht van gewijsde lanya pada cara pelaksanaannya saja eksekusi yang dipersamakan, dengan per; ataan lain bukan pada materi dari grosse akta itu yang memiliki kekuatan yang pasti atau tetap, tetapi pada cara pelaksanaannya eksekusi, maksud dari Mahkamah Agung. demikian- Tentu saja pembahasan harus juga dimulai dari pengertian grosse akta itu sendiri, bentuk dan isi dari grosse akta, pengertian-pengertian pokok dari jrosse akta, kedudukan dan fungsi dari grosse akta disamping tentunya masalah-masalah yang timbul dalam proses pelaksanaan eksekusi, kesemuanya itu berusaha mengungkapkan sebagian permasalahan dalam proses pelaksanaan eksekusi grosse akta. Perkembangan yang ada begitu cepat, dimana lembaga grosse akta begitu diutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat khususnya kalangan perbankan dan kalangan lembaga non Bank dalam upaya mengamankan assetnya. Namun ternyata harus diakui bahwa peraturan-peraturan yang ada yang mengaturnya tidak cukup materiel untuk memberikan legalitas yang seragam bagi para pihak yang terlibat didalamnya seperti jurisprudensi, surat-surat edaran dari Mahkamah Agung dan fatwa-fatwa dari Mahkamah Agung. Untuk itu perlu segera diciptakan peraturan legalisasi mengenai grosse ikta demi menjaga pemahaman yang saling bertentangan dan proses pelaksanaan eksekusi yang berlarut-larut akibat adanya penundaan dan non eksekutabel. tentu saja terciptanya peradilan yang cepat, murah dan sederhana menjadi hadapan kita semua.
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Th. Aq. Soenarto
Cibulan: Proyek Penelitian dan Penggalian Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977
930.1 SOE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ekananda Soenarto
Abstrak :
Makalah ini membahas hubungan kekuasaan dan dehumanisasi antara seorang sersan instruktur latihan dan seorang anggota baru dalam militer sebagaimana dijelaskan dalam lagu Psycho oleh Muse pada tahun 2015. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan kekuasaan dari kedua karakter dan membongkar konsep dehumanisasi dalam lagu tersebut, lalu menghubungkannya kepada kondisi dunia saat ini. Penelitian ini juga berdasa kepada kondisi terkini dimana banyak tentara kehilangan empati mereka setelah banyak melewati latihan dan peperangan. Maka dari itu, tujuan dari analisis ini adalah untuk menggali lebih banyak pemahaman mengenai bagaimana pelatihan dan peperangan mempengaruhi tentara. Karena itu, penelitian ini menerapkan teori analisis wacana kritis Van Dijk untuk memaparkan arti dari hubungan kekuasaan dan dehumanisasi yang terkandung di lirik dan video lagu tersebut. Analisis wacana menunjukkan bahwa hubungan kekuasaan antara sersan instruktur latihan dan anggota baru adalah metafora dari keserakahan manusia akan kekuatan/kekuasaan atas semua mahluk dengan cara apapun yang dibutuhkan, termasuk mengubah seseorang menjadi pembunuh gila. Lagu ini mengilustrasikan dehumanisasi dalam militer dimana urgensi untuk melatih anggota baru menjadi mesin pembunuh menjadi lebih penting daripada memikirkan tentang kemanusiaan dan psikologi mereka. Makalah ini dapat mengurai propaganda dibalik pelatihan militer sebagaimana digambarkan di lagu. Maka dari itu, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk masyarakat sebagai pertimbangan untuk memeriksa sistem pelatihan militer, terutama di Amerika Serikat. .......This paper deals with the power relations and dehumanization between a drill sergeant and a recruit in the military as described in the hit song Psycho by Muse in 2015. This paper aims to explain the power relations of the two characters. Then, uncover the concept of dehumanization in the song, relating it to the current condition of the world. This research is also based on the current condition where many soldiers lost their empathy after being exposed to training and war. Therefore, the purpose of this analysis is to gain more understanding regarding how training and war affects soldier. Accordingly, this study uses Van Dijk`s critical discourse analysis on the song in order to explain the meanings of power relation and dehumanization contained in the lyric and the video. The analysis on the discourse shows that the power relations between the drill sergeant and the recruit is a metaphor to human`s greed to gain more power over all beings by any means necessary, including turning someone into a psychotic killer. This song illustrates the dehumanization in the military where the urgency to train recruits until they become killing machines are far more important than concerning about their humanity and psychology. This paper could unravel the propaganda behind military training as depicted in the song. Therefore, the result could be used as reference for the society as consideration to inspect the military training system, especially in the U.S.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tirta Samudrajiwa Soenarto
Abstrak :
Pinokio merupakan sebuah karakter yang sangat dikenal dari bagaimana dia belajar menjadi anak laki-laki sungguhan. Ceritanya juga sangat terkenal dengan keunikan dari hidung tokoh utamanya yang dapat bertambah panjang ketika dia berbohong. Formula cerita ini secara terus menerus digunakan dan dapat ditemukan dengan mudah di seluruh adaptasi Pinokio. Namun, apakah cerita Pinokio hanya tentang menggambarkan hidung Pinokio? Film tentu menawarkan banyak aspek lain yang dapat dilihat. Guillermo del Toro's Pinocchio (2022) telah menunjukkan hal tersebut dengan membuat alur cerita yang tidak hanya semata-mata menghadirkan tentang bagaimana tokoh utama Pinokio menjadi anak laki-laki sungguhan. Meskipun Pinokio yang banyak dikenal sebagai tokoh terkenal dalam sastra anak, tulisan ini bertujuan untuk melihat penggambaran dari fasisme dan bagaimana hal tersebut dikritik lewat cerita Pinokio. Dengan demikian, penulisan ini membahas fasisme dalam sebuah film Hollywood dan bagaimana film tersebut menggambarkan paham tersebut. ......Pinocchio is a well-known character who is majorly recognized by how the wooden puppet learns to be a real boy. The story is also widely famous for the uniqueness of the main character when his nose grows longer as he lies. This same formula has been continuously used and can be easily found in every adaptation of Pinocchio. However, does it mean that the story of Pinocchio is only about depicting Pinocchio’s nose? Motion pictures certainly offer many aspects to be seen. Guillermo del Toro’s Pinocchio (2022) has stepped this notion up by creating storylines that do not simply present how the main character is portrayed to be a real boy. Even though Pinocchio is mostly known as a famous character in children's literature, this paper aims to see the portrayal of fascism and how it is criticized through the story of Pinocchio. Therefore, this paper deals with fascism in a Hollywood film and how it captures elements of fascism.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library