Siregar, Meison Amir
Abstrak :
Cinta dan Tasawuf Rumi. (Di bawah bimbingan Zainuddin Mansyur S.S.) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1988. Puisi adalah salah satu sarana yang biasa diguna_kan oleh para sufi untuk mengungkapkan keadaan batin mereka. Para sufi yang biasa melakukan hal tersebut adalah Rabiah al Adawiyah, Yahya ibn Mu'adzal, Razi al Halaj, Umar ibn al Farid dan Jalaluddin Rumi. Jalaluddin Rumi dan Umar ibn al Farid berpendapat bahwa puisi adalah sarana paling tepat untuk mengung_kapkan realitas secara sentimentil. Skripsi penulis ini mengungkapkan tasawuf cinta Jalaluddin Rumi, sufi besar dari Persia. Untuk menge_tahui hal ini, kita perlu mengetahui sumber-sumber dan konsepsi tasawuf yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunah Rasul. Tinjauan analitis terhadap tasawuf, menunjuk_kan kehidupan para sufi dengan berbagai aliran yang dianutnya, yang memiliki konsepsi jalan menuju Allah SWT. Jalan ini dimulai dengan latihan-latihan rohaniah, lalu secara bertahap menempuh berbagai fase, yang dikenal dengan tingkatan dan keadaan, yang be_rakhir pada makrifat. Untuk sampai pada makrifat, seorang sufi harus melalui fase-fase tertentu. Fase- fase ini dikatakan juga sebagai ilmu, yaitu syarifat, tarikat, hakekat dan makrifat. Dalam etika sufi, cinta adalah prinsip tertinggi yang merupakan tujuan utama dalam hidup sufi. Cinta adalah satu-satunya cara dalam mendekatkan diri ke_pada Tuhan. Dalam hal ini, Allah telah menandakan dalam Al-Qur'an surat 2: 165, Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah._ Menurut Jalaluddin Rumi, cinta mempunyai tiga tahap perkembangan. Pertama, memuja segala hal, yaitu orang, wanita, anak, uang, pangkat dan tanah. Kedua, memuja Allah. Ketiga, cinta mistis, yaitu seseorang tidak mengatakan is mencintai. Allah atau tidak. Lebih lanjut Rumi menyatakan cinta ibarat air butuh peran_tara agar panas, yaitu priuk dan api. Cinta yang dimaksud disini termasuk lenyapnya kedirian. Tiada diri, yang menjadi hakikat dari cinta kesufian adalah terjemahan mistis dan kreatif dari sabda Rasul yang berbunyi : Hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan wafat_kanlah aku dalam kemiskinan pula. Cinta yang diagungkan Rumi memiliki tiga tahapan yang harus dilalui seorang sufi. Cinta ini akan lebih jelas kita melihatnya dari konsepsi tasawuf. Dalam konsepsi Rumi tidak dibedakan antara hakikat dan makri_fat, karena keduanya bersumber pada cinta sang kekasih. Seorang sufi yang telah sampai pada tingkat hakikat atau makrifat, akan mengalami cinta mistis yang membawanya kepada keadaan fana, yaitu seseorang telah kehilangan kesadaran akan dirinya sendiri dan yang ada hanyalah Allah SWT. Rumi kini telah tiada, namun kebesarannya masih diperbincangkan. Ini adalah sebuah bukti bahwa karya--karyanya masih dibaca orang. Beberapa karya Rumi yang masih tertinggal dan menjadi telaah para ahli sastra kebudayaan Timur adalah Maqolat'i Syams-i Tabriz, Divan-i Syams-i Tabriz, Masnawi, Rubaiyat dan Fihi ma Fihi.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library