Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Singh, Gurmeet
Abstrak :
ABSTRAK Latar Belakang: Kejadian penyakit jamur invasif saat ini sedang meningkat di seluruh dunia dalam 2 hingga 3 dekade terakhir. Kelompok pasien sakit kritis lebih rentan terhadap kejadian penyakit jamur invasif, dimana penyakit ini merupakan kejadian yang mengkhawatirkan pada pasien perawatan di Intensive Care Unit (ICU). Diagnosis dan terapi dini sangat penting untuk mendapatkan hasil akhir lebih baik, yang disertai dengan penurunan morbiditas dan mortalitas. Tujuan: Mengetahui faktor ? faktor yang memengaruhi kejadian penyakit jamur invasif dini pada pasien sakit kritis di RSCM. Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif pada pasien sakit kritis yang dirawat di RSCM (Maret 2015 ? September 2015). Jumlah subjek pada penelitian ini diambil berdasarkan jumlah subjek terbanyak dari salah satu faktor yaitu 74 subjek. Pada hari perawatan ke-5-7, dilakukan pengambilan spesimen sesuai dengan standar operasional Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah Sakit (PPIRS). Analisis multivariat dengan metode regresi logistik dilakukan pada variabel faktor yang pada analisis bivariat memberikan hasil nilai ?p?<0.25. Hasil: Dua ratus enam pasien diikutsertakan pada penelitian ini. Pada 74 subjek dengan penyakit jamur invasif, mayorits subjek laki-laki (52,7%), usia rerata 58 tahun (rentang 18 ? 79), rerata Skor Leon 3 (rentang skor 2 ? 5), populasi terbanyak pada kelompok non bedah atau non trauma (72,9%) dan rerata isolasi jamur positif pada hari ke- 5. Spesies jamur yang paling banyak menyebabkan infeksi adalah Kandida sp ( 92,2%). Kultur urin merupakan spesimen dengan isolat jamur terbanyak (70,1%). Angka mortalitas sebesar 50%. Pada analisis multivariat, diabetes mellitus (?p? 0,018, OR 2,078, IK 95% 1,135 ? 3,803) merupakan faktor independen terhadap kejadian penyakit jamur invasif dini pada pasien sakit kritis.
ABSTRACT Background: The incidence of Invasive Fungal Disease (IFD) is increasing worldwide in the past 2 to 3 decades. Critically ill patients in Intensive Care Units (ICU) are more vulnerable to fungal infection. Early detection and treatment are important to decrease morbidity and mortality in critically ill patients. Objective: Our study aimed to asses factors associated with early IFD in critically ill patients at Cipto Mangunkusumo Hospital. Method: Prospective cohort study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital in criticallyl ill patients, within March 2015 - September 2015. Total number of subject (74) in this study was drawn based on one of the risk factor (HIV). Specimen were collected on day 5 to 7 of hospitalization. Multivariate analysis with logistic regression were performed for factors with 'p' <0:25 in bivariate analysis. Results: Two hundred and six patients were enrolled in this study. Seventy four subjects with IFD, majority were males (52.7%), mean age 58 years (range 18-79), mean Leon?s Scores 3 (score range 2-5), majority group non-surgical /non- trauma (72.9%) and mean fungal isolation positive on day 5th. Candida sp (92.2%) as the most isolated fungal. Urine culture yields the highest fungal isolates (70.1%). Mortality rate in this study was 50%. In multivariate analysis, diabetes mellitus ( ?p? 0,018, OR 2.078, 95% CI 1.135 to 3.803) was found as an independent factor associated with early IFD critically ill patients. Conclusion: Diabetes mellitus is a significant factor for the incidence of early IFD in critically ill patients at Cipto Mangunkusumo Hospital.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, Gurmeet
Abstrak :
Pneumonia merupakan penyebab kedua terbanyak perawatan di rumah sakit yaitu 600,000 pasien setiap tahun di dunia dengan mortalitas tinggi pada pneumonia berat (50%). Di Indonesia, mortalitas community-acquired pneumonia (CAP) CURB skor ≥ 3 tinggi (60,8%) dengan penyebab tersering gagal ekstubasi. Imunopatologi lokal yang mendasari kegagalan ekstubasi belum diketahui dengan pasti. Oleh karena itu diperlukan penelitian untuk menganalisis respons imunopatologi lokal pada pneumonia berat yang mengalami kematian akibat gagal ekstubasi. Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif pada pasien pnemonia berat yang masuk instalasi gawat darurat (IGD) dan intensive care unit (ICU) RS dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan November 2020–Januari 2021. Pasien yang memenuhi kriteria penelitian diambil sebagai subjek dengan consecutive sampling. Dilakukan pengambilan cairan bronchoalveolar lavage (BAL) untuk pemeriksaan sTREM, makrofag alveolar, IL-6, IL-17, CD4, Treg Foxp3+, surfactant protein-A, dan caspase-3. Status ekstubasi dievaluasi pada hari ke-20 dan mortalitas pada hari ke-28. Data dianalisis dengan uji Mann-Whitney dan uji t tidak berpasangan sedangkan hubungan antar parameter dianalisis dengan uji Fisher. Terdapat 40 pasien pneumonia berat yang menjadi subjek penelitian saat pandemi COVID-19. Proporsi cedera paru berat 70% di paru kanan, proporsi gagal ekstubasi hari ke-20 sebanyak 80% dan mortalitas hari ke-28 adalah 75%. Kadar CD4 paru kanan lebih rendah secara bermakna dibandingkan paru kiri (uji Mann Whitney, p = 0,003). Kadar CD4 cedera paru berat lebih rendah pada pasien gagal ekstubasi (uji Mann Whitney, p = 0,010) dan status mortalitas (uji Mann Whitney, p = 0,004). Terdapat perbedaan bermakna pada makrofag alveolar fungsional, IL-6, dan CD4; namun tidak ada perbedaan bermakna pada kadar sTREM, IL-17, Treg Foxp3+, jumlah makrofag alveolar, surfactant protein-A, dan caspase-3 terhadap keberhasilan ekstubasi. Disimpulkan gagal ekstubasi dan mortalitas berhubungan dengan kadar CD4 rendah cairan BAL di cedera paru berat. Keberhasilan ekstubasi berhubungan dengan makrofag alveolar fungsional rendah, kadar IL-6 rendah, dan kadar CD4 tinggi di cedera paru berat. ......Pneumonia is the second leading cause for hospitalization with 600,000 patients annually and mortality rate. In Indonesia, community-acquired pneumonia (CAP) with high CURB score ≥ represents 60,8% of mortality due to extubation failure. The explanation of severe pneumonia pathophysiology that underlying immunopathology causing extubation failure is still insufficient. Therefore, the analysis of lungs’ local immunopathology in severe pneumonia patients with mortality due to extubation failure is required. This is a prospective cohort study. Subject recruitments were conducted in the resuscitation emergency unit (REU) and intensive care unit (ICU) ward, Cipto Mangunkusumo Hospital, from November 2020 to January 2021. Bronchoalveolar lavage fluid (BALF) was performed to investigate sTREM, alveolar macrophage (amount and functional), IL-6, IL-17, CD4, Foxp3+ Tregs, surfactant protein-A, and caspase-3. Data was analyzed using Mann-Whitney and unpaired t test, while fisher test was used to analyze parameter associations. A total of 40 severe pneumonia patients were enrolled as the study subjects during COVID-19 pandemic. Study results showed the proportion of severe lung injury was 70% in the right lung, the proportion of 20-days extubation failure was 80%, and the 28-days mortality rate was 75%. Levels of CD4 BAL in the right was lower than the left lung (p = 0,003). There was a significant difference of CD4 BAL on 20-days extubation (Mann Whitney test, p = 0,010) and 28-days mortality (Mann Whitney test, p = 0,004). There were an association of functional alveolar macrophage, IL-6, and CD4 in severely affected lungs with extubation success; There were no association of sTREM, IL-17, Foxp3+ Tregs, amount and functional alveolar macrophage, surfactant protein-A, dan caspase-3 in severely affected lungs with extubation success. In summary, extubation failure and mortality are associated with low BALF CD4 in severely affected lungs. Extubation success is associated with low functional alveolar macrophage, low IL-6, and high CD4 levels in severe pneumonia patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, Gurmeet
Abstrak :
Cytomegalovirus (CMV) is a double-stranded DNA virus and a member of the Herpesviridae family. Cytomegalo- virus infection is one of the important causes of mortality and morbidity in immunocompromised patients. This is a case report of 72 year-old immunocompromised male patient with worsening cough needing an intubation despite previous adequate antibiotic administration. Further examination showed positive CMV infection. The patient showed improvement after administration of ganciclovir.
Bandung : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran, [date of publication not identified]
CHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, Gurmeet
Abstrak :
Cytomegalovirus (CMV) merupakan suatu virus DNA rantai ganda, yang termasuk dalam famili Herpesviridae. Infeksi CMV merupakan salah satu penyebab penting mortalitas dan morbiditas pada pasien-pasien imunokompromais. Tulisan ini melaporkan kasus seorang pasien pria imunokompromais berusia 72 tahun dengan batuk yang semakin memburuk hingga perlu dilakukan intubasi, meskipun sebelumnya telah diberikan terapi antibiotik yang adekuat. Pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan adanya positif infeksi CMV. Pasien menunjukkan adanya perbaikan setelah pemberian ganciclovir.
Jakarta: Department of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-IJCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Singh, Gurmeet
Abstrak :
Insidens penyakit jamur invasif semakin meningkat di seluruh dunia dalam 2-3 dekade terakhir. Penyakit ini perlu mendapat perhatian, khususnya pada pasien yang dirawat di Intensive Care Unit (ICU) karena kelompok tersebut lebih rentan. Diagnosis dan terapi dini sangat penting untuk mendapatkan hasil akhir yang lebih baik, ditandai dengan penurunan angka morbiditas dan mortalitas. Tujuan: Mengetahui profil pasien sakit kritis akibat penyakit jamur invasif yang didiagnosis secara dini, Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif pada pasien sakit kritis yang dirawat di RSCM selama periode Maret 2015-September 2015. Jumlah subjek pada penelitian ini diambil berdasarkan jumlah subjek terbanyak dari salah satu faktor (HIV), yaitu 74 subjek. Pada perawatan hari ke-5 hingga 7, dilakukan pengambilan spesimen sesuai dengan standar operasional Pengendalian dan Pencegahan Infeksi Rumah Sakit (PPIRS). Hasil: Sejumlah 206 pasien diikutsertakan pada penelitian ini. Pada 74 subjek dengan penyakit jamur invasif, mayoritas subjek adalah laki-laki (52,7%), usia rerata 58 tahun (rentang 18-79), rerata skor Leon 3 (rentang skor 2-5), subjek terbanyak pada kelompok non-bedah atau non-trauma (72,9&), dengan rerata isolasi jamur positif pada hari ke-5. Spesies jamur yang paling banyak menyebabkan infeksi adalah spesies Kandida (92,2%). Kultur urin merupakan spesimen dengan isolat jamur terbanyak (70,1%) dengan angka mortalitas sebesar 50%. Kesimpulan: Kejadian penyakit jamur invasif yang didiagnosis secara dini banyak didapatkan pada pasien sakit kritis dengan angka mortalitas yang tinggi.
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library