Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2001
155.5 SAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
Jakarta: Balai Pustaka, 1999
302 SAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
"Pada tahun 1979 pernah diterbitkan sebuah buku oleh BKMC/BAKIN (Badan Koordinasi Masalah Cina/Badan Koordinsi Intelijen Negara) yang berjudul RRC. Buku itu membicarakan mengenai politik dalam negeri dan luar negeri RRC, Angkatan Bersenjata RRC, keadaan perekonomian RRC, hubungan RRC dengan. Uni. Sovyet dan,Indocina, doktrin-doktrin politik RRC dan-strategi pemerintah RRC terhadap Cina Perantauan. Semuanya itu dihubungkan dengan strategi dan politik Hankam bangsa Indonesia, khususnya untuk menghadapi ancaman yang datang dari "Utara". Pendapat yang sangat.populer pada waktu itu adalah yang dikenal dengan-nama teori "Domino", yaitu dengan jatuhnya Vietnam Selatan ke tangan Vietnam Utara, maka berturut-turut akan berjatuhan pula negara-negara lainnya seperti Kamboja, Muangthai, Malaysia, Singapura dan akhimya Indonesia (BKMC, 1979).

Akan tetapi sejarah telah membuktikan bahwa hampir semua teori dan ramalan yang diuraikan dalam buku tsb. di atas tidak berlaku lagi sekarang. Alih-alih Indonesia jatuh ke tangan komunisme, malahan Indonesia telah berhasil memprakarsai perdamaian di Kamboja. Unit Sovyet, Jerman Timur melebur dengan Jarman Barat, Albania beralih ke pemerintahan non-komunis, perang dingin antar negara-negara adi-kuasa berakhir. Di satu pihak perkembangan politik dunia ini menggembirakan, tetapi di pihak lain juga membingungkan karena berbagai masalah seperti kemiskinan, pelanggaran hak 'asasi manusia, "perang-perang teritorial, dan terorisme masih berlangsung terus sementara kerangka pikir yang selama ini dipakai sebagai acuan sudah tidak berlaku lagi. Akibatnya, seperti yang dikatakan oleh Jendr. TIN (Pum.) Sumitro (1991), era pasta Perang Dingin irti dipandang sebagai masa yang penuh dengan perubahan cepat dan tidak dapat diramalkan.

Pekerjaan ramal-meramal ini terjadi juga dalam bidang perekonomian. Tahun 1970-1980 adalah masa yang penuh optimisme sehubungan dengan "oil boom" yang memberi pengaruh sangat positif terhadap perekonomian Indonesia. Bahkan optimisme itu masih nampak hingga tahun 1990, seperti yang tercermin dalam ungkapan Dr Dorodjatun Kuntjarajakti dalam salah satu .seminar pada: tahun 1990 tentang perekonomian Indonesia. Dikatakannya bahwa optimisme tentang perekonomian Indonesia tsb adalah karena: lewat berbagai kebijaksanaan ekonomi yang mendasar, ekonomi Indonesia mulai secara tegas melepaskan diri dari ketergantungan kepada sektor migas, mulai beranjak dari sektor pertanian ke industri manufaktur dan berpaling dari pajak yang terkait migas ke pajak langsung dan tak langsung (Kuntjarajakti, 1990: 2).

Akan tetapi hanya lebih dari setahun sesudah itu, pandangan para pakar tentang perekonomian Indonesia berubah 180 derajat. Perang Teluk dan resesi dunia jelas bukannya tidak berpengaruh pada perekonomian Indonesia. sehingga Drs. Kwik Kian Gie, Drs Frans Seda dan Dr Marie Pangestu, dalam scbuah seminar tentang Prospek Perekonomian Indonesia 1992/1993, sama-sama menyatakan keprihatinan mereka tentang masa depan perekonomian Indonesia. Mereka mengamati berbagai gejala yang terjadi di tahun 1991 seperti Tight Money Policy, tingginya suku bunga, dll."
Jakarta: UI-Press, 1992
PGB 0507
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
"PENDAHULUAN
Empat pembicara dalam simposium Etnopsikologi : Menjawab Tantangan Konflik Etnik, memberikan masukan yang saling melengkapi bagi pemahaman mengenai peran etnopsikologi dalam menjaga dan meningkatkan integrasi bangsa Indonesia.
DimuIai oleh Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono yang membahas mengenai Etnopsikologi. di Indonesia. Pada intinya beliau menggarisbawahi kekeliruan yang telah dilakukan pemerintah pada masa ORBA yang cenderung 'mengabaikan' keragaman dan memaksakan keseragaman. Hal ini, seperti diungkapkannya, terlihat dalam upaya pemerintah menyeragamkan tatanan pemerintahan desa yang otomatis mematikan tatanan perintahan adat. Contoh lain adalah tidak diakuinya agama Kong Hu Cu yang membuat penganut agama ini `kocar-kacir' pindah ke agama lain. Pada gilirannya sikap pemerintah yang kurang menerima keragaman ini justru menjadi bumerang bagi integrasi bangsa yang sesungguhnya menjadi tujuannya. Kondisi seragam dalam banyak hal menghilangkan eksitensi, yang pada gilirannya sangat mudah menyulutkan api konfik. Sumbernya satu: tidak adanya pengakuan akan eksitensi manusia. Hal ini dapat berdampak serius karena kebutuhan untuk diakui adalah termasuk kebutuhan dasar manuia.
Dalam tulisannya beliau juga menyebutkan bahwa dalam masa kolonial Belanda, sikap untuk menerima perbedaan bahkan sudah diterapkan., yaitu terlihat dalam menempatkan etnis tertentu dalam posisi tertentu dalam pemerintahan yang didasarkan pada studi etnopsikologi. Contohnya, pada saat itu mereka mengirirn antropolog Snouck Horgronje untuk mempelajari masyarakat Aceh dengan tujuan untuk dapat menaklukan Aceh.
Dengan demikian salah satu Cara yang harus ditempuh untuk menjaga integrasi bangsa ini adalah dengan mempelajari keragaman budaya yang ada, menerimanya dan tidak menutup-nutupinya dengan slogan `Bhineka Tunggal Ika". Untuk itu, diperlukan kajian etnipsikologi, yaitu suatu kajian yang merupakan cabang dan antropologi yang mengkhususkan diri pada usaha untuk memahami keadaan psikologi etniketnik tertentu.
Metodologi juga diuraikan dalam tulisan ini. Prof. Dr. James Danadjaja dalam tulisannya yang berjudul Relevansi Antropologi dalam Pengembangan Etnopsikologi juga menekankan pentingnya stereotipi yang berkembang di masyarakat. Karena menurut beliau stereotipi senantiasa selalu ada. Dengan demikian sikap yang mengabaikan stereotipi yang berkembang adalah tidak bijaksana, karena tidak membiasakan diri kita sendiri terhadap kenyataan yang ada, sehingga ketika konfik terjadi kita tidak slap apa-apa. Selain itu, beliau mengusulkan untuk menggunakan istilah antropologi psikologi daripada etnopsikologi, karena menurutnya cakupan etnopsikologi terlalu sempit karena hanya mengkonotasikan sukubangsa terpencil. Sedang antropologi psikologi meliputi kajian masyarakat desa dan juga kota-kota besar. Senada dengan Prof. Dr. Sarlito, beliau juga menekankan kekeliruan ORBA yang cenderung menekankan keseragaman.
Pembicara ketiga: Dharmayati Utoyo Lubis, PhD menguraikan pentingnya kajian psikologi lintas budaya bagi pemahaman kita mengenai psikologi individu dalam etnik-etnik yang berbeda. Bidang ilmu ini, menurutnya, dapat memberi masukan mengenai hal-hal yang sifatnya `etnic' atau `etic' adalah konstruk yang berkaitan dengan hal-hal universal. Dan tujuan dari kajian psikologi lintas budaya adalah mencari persamaan dan perbedaan dalam fungsi-fungsi psikologi dari berbagai kelompok etnik. Dengan demikian mempelajari psikologi lintas budaya pada masyarakat kita yang beraneka ragam etnik dapat meningkatkan pemahaman kita mengenai keunikan dan juga kemungkinan menemukan adanya kesamaan diantaranya.
Yang terakhir adalah uraian dari Prof. Dr. Subyakto Atmosiswoyo, MPA yang menghadirkan tulisan dengan judul 'Acuan Yang Sifatnya Lintas Ilmu untuk Mencari Alternatif Mengatasi Konflik Etnis'. Dalam tulisannya ini beliau menyebutkan sebab-sebab terjadinya konflik etnik, yaitu adanya 'potential hostility', 'the tragedy of the commas', sikap `ethnocentrism', ataupun adanya kecurigaan etnis. Dalam tulisan beliau disebutkan berbagai reference yang dapat digunakan antar disiplin dalam mengkaji alternatif kebijakan yang bisa ditempuh untuk menghindarkan konflik etnis. Di akhir tulisan beliau menawarkan sejumlah alternatif cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi konflik etnis Diantaranya adalah menggalakkan program untuk merubah presepsi. Dengan adanya program ini diharapkan presepsi negatif mengenai sukubangsa lain dapat dikurangi. Tentu hal ini juga membutuhkan bukti nyata yang berasal dari suku bangsa yang bersangkutan itu sendiri, sehingga etnis lain dapat merubah persepsi negatifnya menjadi positif."
Universitas Indonesia,
Prosiding - Seminar  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
Jakarta: Restu Agung, 2005
150 SAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
"Sebagai seorang yang menaruh minat terhadap kegiatan-kegiatan kemahasiswaan dan sejak 1966 sampai saat ini telah melakukan pengamatan-pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan kemahasiswaan, saya memperoleh kesan bahwa mahasiswa dapat merupakan kekuatan sosial politik yang penting. Aksi-aksi mahasiswa tahun 1966 yang berakhir dengan lahirnya Pemerintah Orde Baru merupakan bukti yang jelas. Demikianpun aksi-aksi setelah 1966 (1971, 1974, 1977) walaupun tidak sampai kepada perubahan Pemerintahan, namun cukup besar pengaruhnya sehingga Pemerintah merasa perlu mengadakan reaksi baik secara langsung maupun tidak langsung, dan nyata beberapa perubahan sosial memang terjadi. Larangan impor mobil mewah dan anjuran "pola hidup sederhana" yang dikeluarkan Pemerintah setelah aksi-aksi mahasiswa 1974 dan pencabutan SK 028 pada 1 Juli 1977 merupakan bukti akan kuatnya pengaruh aksi-aksi mahasiswa ini sebagai kelompok sosial.
Tertarik akan kenyataan ini, saya telah melakukan beberapa studi tentang aksi-aksi kemahasiswaan yang beberapa diantaranya telah dipublikasikan. Setelah cukup lama saya mengamati gejala aksi-aksi mahasiswa ini, tidak saja yang terjadi di dalam negeri melainkan juga yang terjadi di luar negeri, saya melihat sifat yang universal dari gejala ini, yaitu rata rata aksi-aksi mahasiswa membawa perubahan sosial-politik tertentu. Kenyataan ini mendorong saya untuk mengadakan studi yang lebih mendalam, terutama mengenai gerakan-gerakan protes mahasiswa. Bertepatan dengan tumbuhnya hasrat saya untuk mengadakan studi pendalaman ini, saya memdapat tawaran untuk mengadakan suatu penelitian tentang kegiatan-kegiatan kemahasiswaan di Indonesia dari Direktorat iemahasiswaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Tawaran pada awal 1976 ini tentunya saya terima dan saya menfaatkan sebaik-baiknya dan dilaksanakanlah suatu penelitian mendalam di 20 kota universitas di Indonesia.
Dari hasil studi yang dilaksanakan pada akhir tahun 1976 dan awal 1977 inilah saya melihat penemuan-penemuan tertentu yang merangsang untuk diteliti lebih mendalam guna dijadikan thesis. Oleh karena itulah, setelah dilakukan konsultasi-konsultasi thesis ini diajukan. Adapun yang dimaksudkan dengan "gerakan protes mahasiswa" dalam studi ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa secara bersamasama atau sendiri-sendiri untuk menentang suatu kebijaksanaan yang dibuat oleh suatu otoritas (pimpinan universitas atau Pemerintah). Gerakan protes mahasiswa di sini tidak akin dipelajari sebagai gerakan organismik atau secara sosiologis, melainkan sebagai gejala psikologis dengan cara sosial tertentu ("socially determined")."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1978
D302
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
Jakarta: Restu Agung, 2003
150 SAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007
177.5 SAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
Depok: LPSP3, 2005
101 SAR b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sarlito Wirawan Sarwono
Semarang: Fakultas Hukum Univ. Diponogoro, 1993
351.735.98 Sar m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>