Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Saibani
"Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh kebijakan moneter di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi pada tahun 1985-1993, dengan menggunakan model Ekspektasi Rasional (RATE]{). Seberapa besar pengaruh pertumbuhan kapasitas output dan kebijakan moneter yang tidak dapat diantisipasi, merupakan hasil dari penelitian ini. Selain itu, pada penelitian ini juga diuji validitas model RATEX.
Landasan teori penelitian ini adalah teori ekonomi makro yang memuat perbedaan pandangan kelompok-kelompok ekonom tentang pengaruh kebijakan moneter terhadap perekonomian. Adapun perbedaan pandangan tersebut, disebabkan oleh perbedaan masing-masing kelompok ekonom dalam menggunakan asumsi bentuk ekspektasi yang digunakan oleh para pelaku ekonomi, khususnya tenaga kerja, dalam mengantisipasi perubahan variabel ekonomi.
Ada tiga bentuk ekspektasi yang biasa dikenal, yaitu Ekspektasi Naif atau Naive Expectations (NAEX), Ekspektasi Adaptif atau Adaptive Expectation (ADEX), dan Ekspektasi Rasional atau Rational Expectation (RATE}[). Masing-masing bentuk ekspektasi memberikan pengaruh yang berbeda terhadap bentuk Kurva Penawaran Agregat (Kurva AS). Akibatnya, kebijakan moneter pemerintah akan memberikan dampak yang berbeda terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi, tergantung pada bentuk ekspektasi yang digunakan oleh pelaku ekonomi.
Secara sederhana, pengaruh kebijakan moneter dengan menggunakan asumsi masing-masing bentuk ekspektasi adalah sebagai berikut. Dengan menggunakan NAEX dan ADEX, kebijakan moneter berpengaruh terhadap tingkat output dan tingkat inflasi. Namun, keduanya mempunyai perbedaan. Kebijakan moneter, dengan menggunakan bentuk ekspektasi NAEX, memberikan pengaruh lebih besar terhadap tingkat output dibandingkan bila menggunakan bentuk ekspektasi ADEK. Hal yang sebaliknya terjadi pada pengaruh kebijakan moneter terhadap tingkat inflasi. Kebijakan moneter, dengan bentuk ekspektasi RATEX, hanya perpengaruh terhadap tingkat inflasi, dan tidak berpengaruh terhadap tingkat output.
Namun, tidak berpengaruhnya kebijakan moneter terhadap tingkat output, hanya terjadi apabila pelaku.ekonomi yang rasional, secara sempurna mampu memperkirakan bentuk kebijakan moneter. Dalam kenyataannya, ada dua macam bentuk kebijakan moneter, apabila ditinjau dari sudut kemampuan pelaku ekonomi membuat perkiraan terhadap kebijakan moneter tersebut. Adapun kedua bentuk kebijakan moneter tersebut adalah kebijakan moneter yang dapat diantisipasi (anticigated monetary policy) dan yang tidak dapat diantisipasi (unanticipated monetary policy). Kebijakan moneter yang unanticipated tersebut dapat mempengaruhi tingkat output.
Sejak tahun 1963, pemerintah telah mengeluarkan paket-paket deregulasi dalam rangka mengantisipasi perkembangan perekonomian Indonesia. Dua diantaranya yang populer adalah deregulasi di bidang perbankan tahun 1923 dan 1920.
Deregulasi besar tahun 1988, atau biasa disebut PAKTO 1980, disamping berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia, juga telah menimbulkan ketegangan-ketegangan dalam iklim perbankan di Indonesia yang meningkatkan unsur risiko dan ketidakpastian. Selain itu PAKTO 1988 tersebut menyebabkan perekonomian menjadi panas, atau biasa disebut dengan overheated economy.
Di samping itu, dalam kurun waktu 1905-1993, sektor keuangan dan perbankan di Indonesia diwarnai oleh dua kali kebijakan, yang oleh banyak pakar ekonomi disebut dengan kebijakan yang bersifat gebrakan.
Dengan penilaian terhadap kondisi perekonomian seperti tersebut di atas, khususnya di bidang keuangan maka muncul pertanyaan tentang tingkat pengaruh kebijakan moneter di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Bagaimanakah pengaruh kebijakan moneter tersebut jika masyarakat hanya dapat mengantisipasi sebagian kebijakan moneter tersebut?
Hasil penelitian ini menjawab pertanyaan di atas. Hanya kebijakan moneter yang tidak dapat diantisipasi saja yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, pengaruh kebijakan moneter yang tidak dapat diantisipasi tersebut hanya memberikan pengaruh yang relatif lebih kecil dibandingkan.pengaruh pertumbuhan kapasitas output."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Fatih Saibani
"Penelitian ini menginvestigasi pengaruh modifikasi Polyether Polyurethane Dispersion (PUD) terhadap sifat-sifat membran bitumen untuk aplikasi waterproofing di iklim tropis. Bitumen dasar dimodifikasi dengan PUD pada konsentrasi 5%, 10%, dan 15% melalui metode pencampuran panas (hot mix) pada 160°C. Karakterisasi material mencakup analisis sifat mekanik (penetrasi dan daktilitas), termal (TGA), hidrofobisitas (sessile drop), dan morfologi (mikroskop optik). Hasil menunjukkan bahwa penambahan PUD secara signifikan meningkatkan kelembutan (penetrasi) dan hidrofobisitas permukaan bitumen. Namun, terjadi penurunan daktilitas yang drastis pada konsentrasi di atas 5%. Analisis morfologi mengonfirmasi bahwa penurunan ini berkorelasi kuat dengan meningkatnya aglomerasi aspalten. Secara termal, bitumen termodifikasi menunjukkan stabilitas awal yang sedikit lebih baik. Dengan mempertimbangkan keseimbangan antara peningkatan hidrofobisitas dan penurunan sifat mekanik, konsentrasi 5% PUD diidentifikasi sebagai rasio modifikasi yang paling optimum.

This study investigates the effect of Polyether Polyurethane Dispersion (PUD) modification on the properties of bitumen membranes for waterproofing applications in tropical climates. The base bitumen was modified with PUD at concentrations of 5%, 10%, and 15% via a hot mix method at 160°C. Material characterization included the analysis of mechanical properties (penetration and ductility), thermal behavior (TGA), hydrophobicity (sessile drop), and morphology (optical microscopy). The results indicate that the addition of PUD significantly increased the material's softness (penetration) and surface hydrophobicity. However, a drastic decrease in ductility was observed at concentrations above 5%. Morphological analysis confirmed that this decline strongly correlated with increased asphaltene agglomeration. Thermally, the modified bitumen exhibited slightly better initial stability. Considering the trade-off between enhanced hydrophobicity and diminished mechanical properties, a 5% PUD concentration was identified as the optimal modification ratio.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library