Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rury Fuadhilah
"ABSTRAK
Sampah merupakan permasalahan yang tak kunjung selesai sampai hari ini di Indonesia, khususnya di kota-kota pendukung ibukota seperti pada Kota Tangerang Selatan. Kecamatan Serpong, Serpong Utara, dan Setu merupakan bagian dari Kota Tangerang Selatan yang memiliki karakteristik khusus yaitu sebagai daerah industri di Tangerang Selatan. Pelayanan persampahan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan baru mencapai 23% di tahun 2011. Sementara timbulan sampah akan meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, dan komposisi sampah mengalami perubahan setiap tahun akibat adanya perubahan pada pola hidup dan tingkat ekonomi masyarakat. Paradigma pengelolaan sampah yang ada masih konvensional sehingga jumlah timbulan yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir masih cukup besar. Tangerang Selatan merupakan salah satu kota yang memiliki timbulan sampah cukup besar yaitu sebesar 3.919 m3/hari pada tahun 2010.
Penelitian ini mengukur timbulan dan komposisi sampah di Kecamatan Serpong, Serpong Utara, dan Setu meliputi perumahan, pertokoan, industri, pasar, perkantoran dan sekolah. Penelitian ini bersifat kuantitatif dan menjadi dasar usulan desain pengelolaan persampahan. Untuk memperoleh data kuantitatif tersebut perlu dilakukan studi timbulan dan komposisi sampah terlebih dahulu dengan cara melakukan pengambilan dan pengukuran sampel (sampling) pada masing-masing sumber sampah. Untuk merencanakan sistem persampahan dibutuhkan data timbulan sampah pada 20 tahun mendatang maka dilakukan proyeksi timbulan sampah pada tahun 2031 di Kecamatan Serpong, Serpong Utara, dan Setu adalah 305,11 ton/hari, 193,38 ton/hari dan 251,47 ton/hari atau 3597 m3/hari, 1747,22 m3/hari, dan 3623,74 m3/hari. Sehingga didapatkan kebutuhan sarana pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, serta pembuangan akhir. Adapun proses pengolahan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah pemilahan, daur ulang, dan komposting.

ABSTRACT
Solid waste is an unstoppable problem in Indonesia, especially in suburban city such as Kota Tangerang Selatan. Serpong, Serpong Utara and Setu Sub-District is part of South Tangerang city that has special characteristic as the industrial area in Tangerang Selatan. Waste services that was performed by the Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman Kota Tangerang Selatan has only reached 23% in 2011. While waste generation will increase by the increasing of population. Moreover, waste composition changes each year due to lifestyle and the change of economic levels in society. There is only conventional waste management paradigm so the amount of generation coming into the final disposal is still quite large. Tangerang Selatan is a city that has a pretty big waste that is equal to 3919 m3/day in 2010.
This study measures the generation and composition of waste in the Serpong, Serpong Utara and Setu Sub-District include housing, shops, industries, markets, offices and schools. This study is a quantitative and for basis design of the proposed solid waste management. To obtain quantitative data, it is necessary to study the generation and waste composition in advance by means of sample collection and measurement (sampling) on each source of waste. To plan for solid waste systems, requires data on the 20-year solid waste carried out projections of future waste generation in the year 2031 in Serpong, Serpong Utara and Setu Sub- District is 305,11 tons/day, 193,38 tons/day and 251,47 tons/day or 3597 m3/day, 1747,22 m3/day, and 3623,74 m3/day. So we get the means storage, collection, transportation, processing, and final disposal needs. The treatment process at the Integrated Waste Sites (TPST) is the sorting, recycling, and composting."
2012
S42148
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rury Fuadhilah
"Pemerintah dimandatkan untuk mewujudkan 100% akses air minum yang aman bagi masyarakat di tahun 2019 sebagai salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs). Sayangnya, cakupan akses air minum tahun 2016 baru sebesar 71,14%. Salah satu hambatan yang dialami oleh PDAM adalah kebocoran air. Terdapat hubungan dari faktor sosio-ekonomi yang mengarah kepada praktik ilegal dalam kebocoran yaitu pencurian air sebagai respon penduduk terhadap harga air yang tidak terjangkau. Data yang digunakan adalah data kinerja 380 PDAM periode tahun 2013-2017. Metode yang digunakan adalah metode regresi data panel dengan Arellano-Bond Estimator. Penelitian ini menemukan bahwa penurunan harga air mampu menekan tingkat kebocoran air. Setiap seribu rupiah penurunan harga air rata-rata, kebocoran dapat diturunkan sebesar 1.1%, ceteris paribus. Temuan lain dari penelitian ini adalah berdasarkan analisis perhitungan manfaat merumuskan bahwa potensi pendapatan yang dihasilkan dari upaya mengatasi kebocoran air lebih kecil dibandingkan penurunan pendapatan akibat penurunan biaya air. Maka pengendalian harga air tidak dapat menjadi alternatif utama untuk mengatasi kebocoran air. Intervensi lain dapat berupa revitalisasi BPPSPAM sebagai organisasi yang mengawasi serta mengontrol kinerja PDAM.

The government is mandated to realize 100% access to safe drinking water for the community in 2019 as one of the targets of the Sustainable Development Goals (SDGs). Unfortunately, the 2016 drinking water access coverage is only 71.14%. One of the obstacles experienced by PDAM is water leakage. There is a relationship of socio-economic factors that lead to illegal practices in leakage, namely illegal connections and water theft as a response of the population to the price of unreachable water. The data used is 380 PDAM performance data for the period 2013-2017. The method used is the panel data regression method with the Arellano-Bond Estimator. This study found that the decline in water prices could reduce the level of water leakage. Every thousand rupiahs decreases the average water price, leakage can be reduced by 1.1%, ceteris paribus. Another finding from this study is that based on the benefit calculation analysis it was formulated that the potential income generated from efforts to overcome water leakage was smaller than the decrease in income due to a decrease in water costs. Furthemore, controlling water prices cannot be the main alternative to overcome water leakage. Other interventions can be revitalizing BPPSPAM as an organization that oversees and controls PDAM performance."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T51766
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library