Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rohadatul Aisy Afla
Abstrak :
Komposisi sampah makanan Indonesia paling tinggi dibandingkan dengan lainnya. Pengelolaan sampah makanan yang tepat telah menjadi tantangan, karena kebiasaan pemilahan di tingkat rumah tangga masih rendah. Pengomposan menjadi opsi pengelolaan dari sumber dengan teknologi yang mudah dioperasikan, namun penggunaannya masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi strategi pengelolaan sampah makanan skala rumah tangga berbasis pengomposan dengan elaborasi dari: pengelolaan sampah makanan yang dipakai, analisis perilaku masyarakat dengan theory of planned behavior, dan evaluasi kegiatan pengomposan rumah tangga. Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis statistika, deskriptif, dan SWOT. Pengelolaan sampah makanan di Perumahan Batan Indah dan Kelurahan Lengkong Gudang belum dilaksanakan. Norma subjektif dan kontrol perilaku mempengaruhi perilaku masyarakat, sedangkan sikap tidak mempengaruhi perilaku masyarakat pada kegiatan pengomposan. Evaluasi kegiatan menunjukkan kendala operasional dan pembiayaan, sehingga mayoritas pelaksanaan pengomposan berhenti. Strategi pengelolaan sampah makanan dapat diwujudkan dari elaborasi tersebut dengan pendekatan sosial, lingkungan, dan ekonomi untuk meningkatkan keberlangsungan pengomposan pada kedua lokasi. ......The composition of Indonesia's food waste is the highest compared to others. Proper food waste management has become a challenge because the habit of segregation at the household level is still low. Composting is a management option from sources with technology that is easy to operate, but its use still needs to be improved. This study aims to provide recommendations for composting-based household-scale waste management strategies with the elaboration on used food waste management, analysis of community behavior with the theory of planned behavior, and evaluation of household composting activities. The approach used is quantitative with statistical, descriptive, and SWOT analysis. Food management in the Batan Indah housing complex and Lengkong Gudang sub-district has yet to be implemented. Subjective norms and behavioral control influence community behavior, while attitudes do not affect community behavior in composting activities. Evaluation of the activities revealed operational and financial constraints, so most composting activities stopped. Food waste management strategies can be realized from this elaboration with social, environmental and economic approaches to increase the sustainability of composting at both locations.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rohadatul Aisy Afla
Abstrak :
Kualitas udara pada ruang rawat inap merupakan poin penting yang perlu diperhatikan untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan yang dapat tersebar melalui udara. Indikator bioaerosol dalam ruangan yang dipakai adalah bakteri dan jamur. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel bakteri dan jamur pada Gedung A RSCM adalah EMS dan media kultur TSA serta MEA. Sampel bakteri diinkubasi pada suhu ±37oC selama ±24 jam, sedangkan jamur diinkubasi pada suhu ±27oC selama ±48 jam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP dan menganalisis faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi keberadaan bioaerosol dalam ruangan. Dari penelitian yang telah dilakukan, hasil uji perbedaan konsentrasi bakteri pada ruang rawat inap yang diperoleh adalah 0,02 dengan tingkat signifikansi (α) 0,05 dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis, sedangkan untuk jamur sebesar 0,002. Sehingga ada perbedaan konsentrasi bakteri dan jamur pada ruang perawatan kelas 1, VIP, dan VVIP. Suhu dan kelembaban diketahui sebagian besar tidak memiliki hubungan dengan kualitas bioaerosol dalam ruang rawat inap. Hasil uji korelasi Spearman untuk suhu dan bakteri adalah 0,085; 0,567; 0,000, sedangkan untuk suhu dan jamur adalah 0,058; 0,168; 0,05. Uji korelasi Spearman untuk kelembaban dan bakteri 0,095; 0,688; 0,320, sedangkan untuk kelembaban dan jamur adalah 0,399; 0,008; 0,920. Dari data tersebut dapat dijelaskan bahwa pada beberapa ruangan rawat inap tidak ada hubungan antara faktor lingkungan dengan konsentrasi bakteri dan jamur. ......Air quality in the patient room is an notable point that need to be considered to avoid risk and some health problems that can be spread through the air. Bioaerosol indicator for indoor air pollutants are bacteria and fungi. Air samples were taken by EMS with TSA and MEA culture media. This research was taken in Gedung A RSCM. Bacteria sampel would be incubated at 37oC for 24 hours, while fungi would be incubated at ±27oC for ±48 hours. This research wanted to know the difference between bacteria and fungi concentration at kelas 1, VIP, and VVIP inpatient rooms. The results showed that there is a difference of bacteria and jamur concentration between the class of inpatient rooms, because the level significant of Kruskal-Wallis (α = 0,05) for bacteria concentration is 0,02 and 0,002 for fungi concentration. Temperature and humidity mainly did not have any specific relation with bioaerosol quality in inpatient rooms. The results for Spearman’s corelation for humidity and bacteria are 0,085; 0,567; 0,000. Meanwhile, for temperature and bacteria area 0,095; 0,688; 0,320 and for humidity and fungi are 0,399; 0,008; 0,920. From those data known that some of the inpatient rooms were not had relation between environment factors with bacteria and fungi concentration.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library