Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini
Abstrak :
ABSTRAK
Keracunan Pb merupakan masalah kesehatan dunia dan environmental disease utama. Untuk mengatasi akumulasi Pb dalam tubuh, pengurangan nefrotoksisitas Pb sangat penting dilakukan. Penelitian ini bertujuan mempelajari kemungkinan penggunaan bawang putih rancangan acak lengkap, terhadap 20 ekor tikus putih jantan, galur Wistar. Digunakan bawang merah (Allium ascalonicum) sebagai pembanding. Kelompok kontrol (I). diberi 1 mL aquades/100 g BB/hari selama 31 hari; Kelompok II diberi air dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16 hari. Kelompok II dan IV, masing-masing diberi sari bawang merah dan sari bawang putih, 1 g/100 g BB/hari selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sesudahnya diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB/hari selama 16. Kadar ureum dan kreatinin plasma sebagai parameter fungsi ginjal.

Kadar ureun plasma antar kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05). Sebaliknya, kadar kreatinin plasma keompok II meningkat bermakna (P<0,05), kelompok III dan IV menurun bermakna (p<0,05). Dengan demikian, bawang merah dan bawang putih berpotensi mengurangi nefrotoksisi Pb.

Pada nefrotoksisin Pb, Pb ginjal meningkat dan terjadi stres oksidatif. Bawang putih digunakan secara luas sebagai bahan alam dan berkhasiat obat, sehingga dipelajari potensi dan mekanisme proteksinya terhadap nefrotksisitas Pb. Desain penelitian, jumlah, dan jenis tikus sama.

Kelompok kontrol (I), diberi 0,1 mg CMC/100 g BB/hari, selama 31 hari. Kelompok II, diberi CMC dengan jumlah yang sama selama 15 hari, dan pada hari ke 16 diberi Pb asetat 20 mg/100 g BB / hari selama 16 hari. kelompok III dan IV, masing-masing diberi sari bawang putih dalam fraksi semi polar dna polar, 1 g/100 g BB/hari, selama 15 hari, dan pada hari ke 16, 30 menit sebelumnya diberi Pb asesat 20 mg/100 g BB/hari selama 16.
Mekanisme proteksi bawang putih diteliti dengan mengukur kandungan Pb, senyawa bergugus SH, MDA dan OH jaringan ginjal.

Pada kelompok II, kandungan Pb meningkat bermakna (p<0,05) mengakibatkan penurunan kadar senyawa bergugus SH bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA meningkat bermakna (p<0,05). Sebaliknya kelompok III dan IV, kadar Pb menurun bermakna (p< 0,05) dan kadar senyawa bergugus SH meningkat bermakna (p<0,05). Sementara itu, kadar OH dan MDA menurun bermakna (p<0,05). Pengurangan nefrotoksisitas Pb terlihat dari penurunan bermakna kadar kreatinin plasa (p<0,05). Hasil uji in vitro, daya khelat senyawa bergugus SH sari bawang putih sebanding dengan kadar senyawa bergugus SH.
Dengan demikian, terbukti potensi antioksidan fraksi sei polar dan polar sari bawang putih mengurangi nefrotoksisitas PB.
2006
D639
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini
Abstrak :
Penelitian ini memeriksa keterkaitan antara kualitas pelaporan keuangan daerah yang diproksikan dengan opini audit dan pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) kabupaten, serta tingkat korupsi di INdonesia. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dan menggunakan metode analisis is (konten) untuk mengolah data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelaporan laporan keuangan semakin meningkat yang ditunjukkan dengan membaiknya opini audit atas LKPD Kabupaten di Indonesia. Temuan kedua menunjukkan tidak terdapa kaitan antara pengungkapan laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten dengan opini yang diberikan oleh BPK. Temuan ketiga memperlihatkan perkembangan kasus korupsi di Indonesia semakin bertambah. Temuan keempat, pengungkapan laporan keuangan daerah kabupaten dan opini audit memilki keterkaitan dengan tingkat korupsi di Indonesia.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2014
330 JETIK 13:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Daru Setyo Rini
Abstrak :
Kali Surabaya adalah sumber air baku PDAM Surabaya yang mengalir sepanjang 41 km melewati wilayah Mojokerto, Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya. Kegiatan manusia di sekitar sungai dan konversi lahan sempadan sungai telah memberikan dampak buruk pada ekosistem sungai. Pemanfaatan lahan sempadan Kali Surabaya telah mengkonversi sebagian besar wilayah sempadan menjadi kawasan terbangun dan menghilangkan fungsinya sebagai penyangga ekosistem Kali Surabaya. Konversi tanah sempadan ini disebabkan oleh lemahnya pengawasan pemerintah (Gubemur, DPU Pengairan Propinsi Jawa Timur, dan Perum Jasa Tirta) pada penggunaan daerah sempadan Kali Surabaya. Lemahnya pemantauan dan pengawasan pada pembuangan limbah menyebabkan industri terus membuang limbahnya yang tidak diolah ke Kali Surabaya. Selama ini tidak ada tindak lanjut pada hasil pemantauan rutin, sehingga industri yang limbahnya terpantau jauh melampaui ambang batas, tetap melanggar baku mutu limbah cair pada pemantauan bulan berikutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan kualitas air dan keanekaragaman makroinvertebrata bentos Kali Surabaya di sekitar sempadan bagian hulu dengan kegiatan utama pertanian, bagian tengah dengan kegiatan utama industri dan bagian hilir dengan kegiatan utama permukiman. Penelitian ini juga mengkaji pelaksanaan kebijakan pengelolaan bahan sempadan dan pengendalian pencemaran air Kali Surabaya oleh Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dan pengambilan sampel dilakukan pada dua waktu pemantauan yaitu 25 Mei 2002 yang mewakili akhir musim hujan dan 21 Agustus 2002 yang mewakili akhir musim kemarau. Sampel air dan makroinvertebrata diambil dari 7 stasiun pengambilan sampel yaitu Sumberame dan Sumengko (Kali Surabaya bagian hulu), Driyorejo, Kali Tengah dan Karang Pilang (Kali Surabaya bagian tengah), serta Pereng dan Jambangan (Kali Surabaya bagian hilir). Nilai Indeks Canberra yang mengindikasikan tingkat kesamaan kualitas air memperlihatkan adanya 3 kelompok kualitas air. Pada 25 Mei 2002 kelompok kualitas air terburuk ditemukan di Kali Tengah dan Jambangan, kualitas air menengah ditemukan di Karang Pilang dan Pereng dan kualitas air yang masih baik ditemukan di Sumberame, Sumengko, dan Driyorejo. Pada 21 Agustus 2002 kelompok kualitas air terburuk ditemukan di Kali Tengah, kualitas air menengah ditemukan di Karang Pilang dan Jambangan, sedangkan kualitas air yang masih baik ditemukan di Sumberame, Sumengko, Driyorejo, dan Pereng. Analisis statistika dengan uji Mann-Whitney dengan a 0,05 memberikan kesimpulan bahwa jumlah bahan pencemar organik (nilai BOD dan COD) pada Kali Surabaya bagian hulu berbeda nyata dengan jumlah bahan organik pada Kali Surabaya bagian tengah dan permukiman, sedangkan jumlah bahan pencemar organik pada Kali Surabaya bagian tengah tidak berbeda nyata dengan jumlah bahan organik pads Kali Surabaya bagian hilir. Meskipun pengukuran fisika kimia memperlihatkan kualitas air pada Kali Surabaya bagian hulu masih baik, nilai indeks diversitas makroinvertebrata menandakan kualitas air Kali Surabaya bagian hulu telah mengalami tingkat pencemaran ringan. Hal ini berarti bahwa makroinvertebrata memberikan respon yang lebih peka dibandingkan pengukuran parameter fisika kimia, sehingga dapat dijadikan indikator untuk menilai kualitas air. Pada pemantauan 25 Mei 2002, indeks diversitas makroinvertebrata terendah dijumpai di Jambangan, sedangkan pada pemantauan 21 Agustus 2002, indeks diversitas terendah dijumpai di Kali Tengah. Analisis statistik dengan uji korelasi Spearman Rank memberikan kesimpulan bahwa indeks diversitas memiliki korelasi negatif yang cukup kuat dengan BOD (nilai koefisien korelasi -0,653) dan korelasi negatif lemah dengan COD (nilai koefisien korelasi -0,339). Komunitas makroinvertebrata pada Kali Surabaya bagian hulu dicirikan oleh tingginya persentase species tidak toleran pada pencemaran organik dari jenis larva serangga, keong (gastropoda) prosobranchia, kerang dan udang air tawar. Pada Kali Surabaya bagian tengah terjadi penurunan persentase species tidak toleran dan kenaikan persentase species toleran yaitu cacing Tubifex lubifex, Lumbriculus variegalus dan Chironomus sp. Pada Kali Surabaya bagian hilir persentase species toleran sangat tinggi dan hampir tidak dijumpai jenis makroinvertebrata tidak toleran. Species toleran yang banyak dijumpai adalah cacing Tubifex lubifex. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air dan pemantauan makroinvertebrata bentos dapat disimpulkan bahwa tingkat pencemaran air Kali Surabaya berkisar antara tercemar ringan hingga tercemar berat dengan pencemaran terberat dijumpai di Kali Tengah (Kali Surabaya bagian tengah). Kegiatan industri di sempadan sungai dan pembuangan limbah industri ke Kali Surabaya perlu mendapat prioritas dalam pengendalian dan pengawasan pencemaran air di Kali Surabaya, terutama di Kali Tengah yang memberikan beban pencemaran terberat. Untuk memulihkan ekosistem Kali Surabaya dari kerusakan, pemerintah harus memperketat pengawasan pada industri khususnya di Kali Tengah dan mewajibkan semua industri untuk mengolah limbahnya hingga memenuhi baku mutu limbah cair. Disamping itu perlu dilakukan penertiban bangunan liar di sempadan sungai yang melanggar ketentuan dan mengembalikan peruntukannya sebagai kawasan lindung. Upaya penertiban harus dilakukan secara manusiawi dan didahului dengan sosialisasi kepada semua masyarakat pengguna lahan sempadan yang akan ditertibkan. Pemerintah perlu memikirkan solusi untuk menyediakan lahan pengganti bagi permukiman penduduk sempadan sungai atau membangun sistem pengolahan limbah terpadu untuk mengolah limbah industri dan domestik sebelum dibuang ke Kali Surabaya. Pembersihan bangunan liar di sempadan harus disertai dengan rehabilitasi tanah sempadan untuk dilanjutkan dengan kegiatan reboisasi dan membuat hutan kota yang dapat dijadikan wahana ekowisata dan sarana pendidikan lingkungan bagi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian masyarakat agar ikut partisipasi aktif dalam melestarikan fungsi Kali Surabaya sebagai sumber air baku untuk air minum warga Surabaya.
The Impact of Human Activity at Riparian Area on Water Quality and Benthic Macro-invertebrate Diversity of Surabaya RiverSurabaya River is a source of raw water supply for local potable water company (PDAM) in Surabaya. It flows along 41 km from Mojokerto passes through Gresik, Sidoarjo and Surabaya to the Strait of Madura. The utilization of riparian land of Surabaya River seems to be uncontrolled, most part of the riparian land has been converted into a developed area and its function as a buffer of Surabaya River ecosystem have been gradually destroyed. The increase in riparian land conversion was largely caused by lack of control from the provincial government (East Java Governor, Provincial Office of Public Work Department for Water and Irrigation, and Perum Jasa Tirta I). The present study aims to assess water quality and diversity of benthic macro-invertebrate community of Surabaya River near the riparian area that is being used as agricultural, industrial and residential land. The present study also aims to assess the effectiveness of local government policy on the riparian land management and water quality control. The study was an analytical descriptive research. Water and substrate samples were collected from Surabaya River on 25th May 2002 represented the end of rainy season and 215 August 2002 represented the end of dry season. Water samples and macro-invertebrates were collected from seven sampling stations along Surabaya River i.e. Sumberame and Sumengko (up-stream section of Surabaya River), Driyorejo, Kali Tengah, and Karang Pilang (middle section), Pereng and Jambangan (down-stream section). The management of Surabaya River is conducted separately by governments of 4 municipalities along the river. There is lack of coordination and there is no integrated planning in the Surabaya River management. The local government control to the utilization of riparian zone and water pollution control in Surabaya River is still ineffective. Therefore, the improper uses of riparian land were still increasing and the water quality was declining. This condition threatens the sustainability of river function as source of raw water for drinking water company. The houses built on the riparian land were also not safe for the inhabitants, since the land is labil and some houses on the riparian land have collapsed lately. The monitoring program seems to be only formality without any evaluation and follow-up action to the wastewater and water quality monitoring results. The industrial wastewaters that exceed the wastewater standard will still exceed the standard on the next monitoring results. There is no sufficient control to the wastewater disposal into Surabaya River. The water assessment results showed that on 25th May 2002, the worst water quality of Surabaya River were found in Kali Tengah (middle section of Surabaya River) and Jambangan (down-stream of Surabaya River). On that day, presumably there were no waste disposal activity in Kali Tengah, hence the water quality in Kali Tengah was quite good and almost the same with water quality in Jambangan. On 2151 August 2002, it was presumed that there were waste disposal activities in Kali Tengah so that the water quality in Kali Tengah was the worst as compared to other stations in Surabaya River. The worst water quality was indicated by high values of BOD, COD, TOC, TSS and DHL in Kali Tengah on 21" August 2002. The water quality of up-stream section of Surabaya River complied with the water quality standard of Class 1 according to PP No.81/2001 (can be used as raw water for drinking water), while the water quality at middle and down-stream section of Surabaya River exceeded that water quality standard. The Mann-Whitney Test result with a 0,05 showed that the organic content (measured as BOD and COD) at up-stream section of Surabaya River was significantly different from those at the middle and down-stream section of Surabaya River. In contrast, the organic content at middle section of Surabaya River was not different significantly from that at and down-stream section. Although the measurement of physical and chemical parameters of water sampled showed that the water quality at up-stream section of Surabaya River was still in good condition and complied the water quality standard of class 1, the biodiversity index of benthic macro-invertebrate community indicated the occurrence of mild water pollution. The result suggests that benthic community monitoring is more sensitive than the physical and chemical measurement. It can be used as bio-indicator of water quality in the habitat. On 25th May 2002, the lowest diversity index was found at Jambangan while on 21s` August 2002 the lowest diversity index was found at Kali Tengah. The correlation coefficient index of Spearman rank showed a significant relation of diversity index to BOD and COD concentration. The diversity index has a moderately strong negative correlation with BOD content (coefficient correlation - 0,653) and it has a weak negative correlation with COD content (coefficient correlation - 0,339). Macro-invertebrate community at up-stream section of Surabaya River was characterized by the high percentage of sensitive species such as insect larva, prosobranchia gastropod, mussels and decapods. At middle section of Surabaya River, the percentage of sensitive species decreased and the percentage of tolerant species, such as Tubifex tub fex, Lumbriculus variegatus and Chironamus sp. increased. At down-stream section of Surabaya River, the tolerant species were predominant so high and only few sensitive species were found in this area. The most abundant tolerant species was Tubifex lubifex. In order to restore the ecosystem of Surabaya River, the government should increase the wastewater disposal control and command all industries to treat their wastewater. The illegal uses of the riparian zone should be terminated and the illegal buildings should be cleared from that protected area. The riparian land then should be rehabilitated and replanted with local vegetation species and a plan to convert the zone into a city riparian forest as a public park should be initiated. The city riparian forest should be supported by Surabaya River information centre as a facility to environmental education program. This centre will act as training facility to increase the understanding and awareness of the people in conserving the Surabaya River Ecosystem as a whole unit that interfered by their activity so that the river function as a source of raw water for drinking water will keep in sustainability.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T 11063
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umi Sapta Rini
Abstrak :
Pertumbuhan penduduk memberi dampak ikutan, antara lain meningkatnya kebutuhan dasar manusia dan konsumsi di segala bidang, termasuk air dan bahan pembersih. Air merupakan sumberdaya yang amat penting bagi kehidupan semua species. Namun terhadap sumberdaya penting ini manusia masih belum berupaya maksimal untuk melindunginya. Salah satu bukti adalah, kadar surfaktan di perairan Jakarta telah melampaui baku mutu yang diperkenankan, yaitu 1,45 mg/L dengan baku mutu 1,0 mg/L (Prokasih 1999/2000). Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa beberapa produk deterjen sintetis menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Di Indonesia produk ini telah digunakan hingga ke pelosok wilayah, sehingga dampaknya pun akan meluas. Pola pemilihan produk ini yang tidak didasari pengetahuan serta pola penggunaan yang berlebihan, akan menimbulkan dampak yang menjadi semakin berat. Beberapa surfaktan yang merupakan bahan aktif produk deterjen dapat dengan mudah terbiodegradasi, yang dikenal sebagai alkilat lunak seperti linear alkil benzen sulfonat (LAS). Namun ada yang sulit terbiodegradasi yang dikenal sebagai alkilat keras seperti alkil benzen sulfonat dengan rantai cabang (ABS). Saat ini alkilat keras masih diproduksi dalam jumlah lebih besar dad alkilat lunak sebagai bahan baku produk deterjen di Indonesia. Sebetulnya beberapa peraturan untuk produksi dan distribusi produk deterjen telah berlaku, tetapi peraturan-peraturan tersebut kurang dipahami, baik oleh petugas penegak hukum, produsen maupun konsumen. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: bila dilihat dari hirarki peraturan yang berlaku di Indonesia, peraturan-peraturan tersebut bersifat lokal sehingga kedudukannya lemah; tidak disosialisasikan kepada instansi yang terkait, koordinasi yang lemah dari berbagai instansi untuk bersama-sama memikirkan masalah lingkungan, tidak memahami ilmu lingkungan, pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan yang kurang efektif, memberi toleransi kepada pelanggar, dan lain-lain. Kondisi ini membawa konsumen pada situasi tidak dapat menentukan pilihan manakah produk yang ramah lingkungan, karena penandaan produk tidak memberikan informasi yang cukup. Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Belum diketahui secara pasti apakah produk deterjen yang beredar di Jakarta mudah atau sulit terbiodegradasi. 2. Belum diketahui secara pasti apakah penandaan produk deterjen yang beredar di Jakarta telah memenuhi peraturan yang berlaku. 3. Belum diketahui secara pasti apakah petugas/pejabat yang menangani pendaftaran produk dalam rangka memberikan ijin edar telah memahami peraturannya, melaksanakan peraturannya dan bagaimana sikapnya terhadap peraturan tersebut. Dari beberapa permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk memastikan kondisi-kondisi yang saat ini berlangsung, yaitu: 1. Untuk mengetahui apakah produk deterjen yang beredar di pasaran Jakarta dapat dengan mudah terbiodegradasi. 2. Untuk mengetahui kesesuaian antara penandaan produk deterjen dengan peraturan yang berlaku. 3. Untuk mengetahui apakah para petugas/pejabat penilai pemberi ijin edar mempunyai pemahaman terhadap peraturan-peraturan tentang produk deterjen, bagaimana melaksanakan peraturan tersebut dan bagaimana sikap terhadap peraturan tersebut. Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Deterjen yang beredar di pasaran Jakarta dengan label 'ramah lingkungan' atau 'menggunakan bahan aktif LAS' atau tanpa menyebutkan bahan aktifnya sama sekali, masih sulit terbiodegradasi (biodegradabilitasnya kurang dari 80%) 2. Penandaan produk deterjen tidak sesuai dengan peraturan mengenai Penandaan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) dan tidak memberikan informasi yang memadai bagi konsumen. 3. Petugas/pejabat Pemerintah yang menangani pendaftaran produk dalam rangka memberikan ijin edar kurang memahami peraturan-peraturan yang menyangkut produk deterjen yang berhubungan dengan pelestarian fungsi lingkungan. Penelitian ini dikhususkan terhadap deterjen bubuk karena paling banyak digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan survei lapangan dan uji laboratorium. Parameter dalam penelitian ini adalah peraturan-peraturan yang menyangkut produksi dan distribusi produk deterjen , produk deterjen , dan pered aran produk deterjen. Sampel diambil dari pasar swalayan di Jakarta. Dari 21 merek yang beredar dilakukan pengamatan terhadap penandaan, sedang uji biodegradabilitas dilakukan terhadap 11 merek. Penentuan 11 merek ini berdasarkan pada pengamatan pendahuluan terhadap penandaan, yaitu yang menyatakan produknya mengandung bahan aktif surfaktan yang dapat terbiodegradasi dan yang tidak menyatakan bahan aktifnya sama sekali. Analisis biodegradabilitas dilakukan oleh Laboratorium Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia di Bandung. Wawancara mendalam dengan kuesioner dilakukan terhadap petugas/pejabat pemerintah yang menangani ijin edar. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tidak satu pun dari 11 merek deterjen bubuk yang dianalisis memenuhi persyaratan biodegradabilitas yang disebutkan dalam Standard Nasional Indonesia, yaitu harus lebih besar dari 80%. Bila merujuk kepada Crites & Tehobanoglous dalam Small and Desentralized Waste Management System (McGraw Hill, 1998) yang menyebutkan bahwa bahan dapat mudah terbiodegradasi bila 50% dapat terurai secara biologis, maka 27% (3 dari 11) merek yang beredar dapat mudah terbiodegradasi. 2. Hanya 2 dari 21 (9,5%) merek mengikuti peraturan penandaan dengan benar. Sedangkan sebagian besar produk deterjen tidak mengikuti peraturan yang diberlakukan oleh departemen yang menangani peredaran produk jenis ini dengan berbagai tingkat pelanggaran petugas/pejabat yang bertanggung jawab dalam pemberian ijin edar produk tidak mengetahui adanya Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 391 Tahun 1977 tentang Larangan Penggunaan Alkilat (Alkylate) Keras (Hard Type) sebagai Bahan Baku dalam Pembuatan Detergent atau Hasil Industri Bahan Pembersih Lainnya yang Sejenis. Dalam penilaiannya tidak memperhatikan peraturan-peraturan mengenai pelestarian fungsi lingkungan, meskipun produk yang diberi ijin edar akan memberi dampak pada lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Membuat peraturan atau meningkatkan status peraturan yang bersifat lokal (Kep.Gubemur DKI No. 391 dan 420 Tahun 1977), menjadi berlaku secara nasional. Untuk itu dapat dilakukan dengan memasukkan alkilat keras ke dalam daftar bahan berbahaya pada Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun. 2. Mensosialisasikan peraturan-peraturan tersebut kepada pihak terkait, seperti pihak memberi ijin edar produk deterjen, pengawas peredaran deterjen, produsen bahan baku dan produk deterjen serta Lembaga Swadaya Masyarakat seperti Yayasan Lembaga Konsumen (YLKI). 3. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan peraturan dan pengawasannya dengan semua pihak terkait, seperti Kementenan Lingkungan Hidup, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Departemen Kesehatan, Badan Pengawasan Obat dan Makanan dan Pemerintah Daerah. 4. Kementerian Lingkungan Hidup agar menjadi bagian dalam pemberian ijin edar produk deterjen dengan memberikan sertifikat ramah lingkungan. 5. Produsen agar menerapkan produksi bersih: a. Menggunakan bahan baku yang kurang atau tidak mencemari, seperti LAS, mencari alternatif sebagai pengganti fosfat, tidak menggunakan bahan tambahan secara berlebihan. b. Melakukan pemantauan terhadap seluruh daur hidup produk deterjen. c. Mentaati peraturan yang menyangkut produksi dan peredaran deterjen dan memberi informasi kepada konsumen mengenai produk yang dihasilkannya dengan benar. d. Menampilkan ikian produknya dengan tujuan mendidik konsumen agar memilih produk deterjen yang ramah lingkungan. 6. Pemerintah memberikan subsidi atau pembebasan pajak bagi produsen bahan baku bahan baku surfaktan maupun produk deterjen yang menggunakan bahan ramah lingkungan dan tegas-tegas melarang penggunaan alkilat keras atau mengenakan pajak berganda bagi yang menggunakan bahan ini. 7. Melindungi perairan dan pencemaran limbah deterjen, dengan jalan: a. Bagi institusi yang membuang air limbahnya ke perairan harus mengolahnya dan harus memenuhi baku mutu. b. Tidak membuang air limbah rumah tangga langsung ke perairan. Pemukiman agar mempunyai unit pengolah limbah rumah tangga. c. Mencegah terjadinya reaksi sinergistik yang mungkin terjadi pada beberapa bahan pencemar sehingga akan dihasilkan cemaran yang lebih beracun. 8. Perorangan dan atau rumah tangga agar memperhatikan pemilihan produk deterjen tidak berlebihan dalam menggunakannya. 9. Menggunakan sumberdaya air dengan cara yang bijaksana dan seefisien mungkin. Daftar Kepustakaan: 50 (1977-2003)
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T11378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irena Sakura Rini
Abstrak :
Sampai saat ini belum banyak masyarakat yang mengetahui keberadaan Rumah Sakit Kanker Dharmais dan memanfaatkan kemampuannya. Jumlah kunjungan pasien untuk pelayanan diagnostik secara keseluruhan memperlihatkan pola yang datar dari tahun ke tahun. Meskipun RSKD adalah rumah sakit khusus milik pemerintah dan berstatus non profit, namun dalam operasionalnya tetap memerlukan pembiayaan. Tujuan penelitian adalah agar diperoleh suatu disain perencanaan manajemen pemasaran untuk rumah sakit khusus/spesialistik, serta memperoleh gambaran mengenai mekanisame kerja dari komponen yang ada pada setiap sistem dalam manajemen pemasaran, melalui permasalahan yang dihadapi bagian pelayanan diagnostik. Untuk memperoleh model yang sesuai dilakukan perbandingan antara manajemen pemasaran dari rumah sakit swasta yang berorientasi profit dan rumah sakit khusus milik sebuah yayasan yang telah menerapkan manajemen pemasaran sejak beberapa tahun lalu. Metode penelitian yang dipakai adalah disain studi kasus dan datanya dianalisa dengan metode kualitatif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa RSKD memerlukan model pemasaran tersendiri karena memiliki berbagai karakteristik selaku rumah sakit khusus. Untuk itu diusulkan beberapa alternatif dari organisasi dan pengembangan sistem pemasaran. Hasil akhir dari model yang ada merupakan gabungan dan model-model pembanding dan analisa kebutuhan dari pihak yang berkepentingan yaitu pihak direksi selaku sumber konsep, Instalasi Radiodiagnostik, Patologi klinik dan Prosedur Diagnostik selaku pemberi jasa serta Tim Kerja Kanker selaku pemakai jasa. Pemasaran internal terutama bagi tenaga dokter perlu mendapat perhatian khusus, selain didukung oleh sistem informasi yang baik untuk pengambilan keputusan manajemen pemasaran. Implementasi dari sistem pemasaran yang dikembangkan diharapkan dapat menjadi acuan bagi RSKD untuk meningkatkan kinerja pelayanannya, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. ......The Development of a Marketing Plan for the Diagnostic Services of Rumah Sakit Kanker Dharmais (Dharmais Cancer Hospital) At this point in time, not many people know about the existence of Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD) nor have many people utilized it's services and capabilities. Over the past few years, the total number of patients utilizing RSKD's diagnostic services has not shown any significant growth. Even though RSKD is a non-profit government owned cancer hospital, significant revenues are still required to fund it's operations. The objective of this research is to design a marketing plan that addresses the challenges faced by specialist hospitals and to identify the procedures that must be performed within the various marketing functions. This marketing plan was developed by studying the challenges and problems faced by the Diagnostic Services Section at RSKD. In developing an appropriate marketing model for RSKD, comparisons were made between the marketing strategies of profit oriented privately owned hospitals and the marketing strategies of specialist hospitals owned by foundations. The method of research utilized in this thesis is the design of case studies and qualitative analysis of the data. Based on the results of this research, it has been determined that due to the unique characteristics of a specialist hospital, RSKD requires a unique marketing model. Several alternatives for how RSKD's marketing organization should be structured and developed are presented. The resulting marketing model has been based on the merging of applicable concepts from several comparative marketing models and an analysis of the requirements of the key stakeholders including: the Board of Directors - as the conceptualizes; the Radiology Section, the Pathology Section, and the Diagnostic Procedure Section - as the service providers; and the Cancer Team - as the user of the marketing services. Internal marketing, especially for the physicians, requires special attention and must be supported by proper management information systems that can support the marketing function in decision-making. Through the implementation of the marketing plan developed here, it is hoped that RSKD will be able to improve the quality of services it provides to it's patients and thereby can assist the organization in achieving its goals and objectives.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Kartika Rini
Abstrak :
Krisis moneter yang diikuti dengan krisis ekonomi di Indonesia beberapa tahun yang Ialu sangat memberikan dampak yang tragis bagl dunia industri di Indonesia khususnya industri PI'OD?l`U secara umum. Bagi sebagian besar perusahaan pengembang berskala besar yang menggunakan dana pinjaman untuk operasional usahanya yang berasal dari bank sangat merasakan akibatnya. Hanya sekitar 1.056 Perusahaan Pengembang dari 2.434 perusahaan yang maslh dapat bertahan pada akhir Oktober 1999, dan dari 1.056 perusahaan pengembang itu sebagian besar (sekitar 80%) adalah merupakan Perusahaan Pengembang Perumahan RS/RSS, dan Perumahan berskala kecil dan menengah di seiuruh Indonesia. Demand (permintaan) untuk pengadaan rumah sederhana RS/RSS masih sangat besar saat inl, hal tersebut dikarenakan segmen pasar industri ini adalah kalangan menengah kebawah yang merupakan porsi terbesar penduduk Indonesia. Tetapi kendala terbesar yang dihadapi oleh perusahaan pengembang rumah sederhana RS/RSS dalam memasarkan produk perumahannya adalah selain karena kurangnya daya beli calon konsumen juga karena ada faktor-faktor Iain yang merupakan salah satu komponen dalam kegiatan pemasaran suatu perusahaan. Penulisan tesis ini didasari oleh adanya kegagalan pemasaran dari sebuah perusahaan pengernbang khusus pengadaan rumah sederhana RS/RSS 'Griya Tajur Halang', yaitu PT. Catur Partial Fastindo yang menyebabkan tidak tercapainya target sa/es (penjualan) unit rumah yang diproduksi dan target profit (keuntungan) perusahaan. Kegagalan pemasaran ini disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia yang menangani kegiatan pemasaran di perusahaan tersebut sehingga menyebabkan tidak adanya konsentrasi pihak manajemen untuk menginformasikan keberadaan perusahaan dan produk perusahaan kepada calon konsumen melalui proses komunikasi pemasaran. Tesis ini bertujuan untuk mengevaluasi strategi komunikasi pemasaran apa saja yang sudah dijalankan oleh PT. Catur Partiai Fastindo selama ini dilihat dari efektifitas kegiatan tersebut berdasarkan analisa teori komunikasi pemasaran 'The Decision Sequence Framework' (Rothschild L. Michael- 1987), berdasarkan data-data penelitjan yang diperoleh melalui proses wawancara mendalam (in-depth interview) dengan menggunakan metode pendekatan secara kualitatif dan metode analisa deskriptif. Hasil temuan yang diperoleh penulis pada saat penelitian menunjukkan bahwa memang benar di perusahaan tersebut tidak mempunyai divisi pemasaran secara khusus, seluruh kegialan pemasaran dilaksanakan bersama-sama dengan kegiatan operasional proyek yang dipimpin oleh seorang direktur operasional yang Udak mempunyai pengalaman dibidang pemasaran. Selain itu juga karena ada beberapa strategi komunikasi pemasaran yang kurang dimaksimalkan aktivitasnya bahkan ada yang tidak dijalankan sama sekali. Misalnya setelah melakukan strategi pemasaran segmentasi pasar, perusahaan tidak melakukan kegiamn targeting dan positioning, selain itu juga perusahaan sama sekali tidak melakukan aklivitas komunikasi pemasaran berupa penayangan iklan, baik di media cetak maupun eleiclronik. Sesuai dengan tujuan peneliljan di awal bahwa penulisan tais ini harus disertai dengan rekomendasi berupa altematif perbaikan dari kondisi yang menyebabkan terjadinya kegagalan pemasaran tersebut. Oleh karena itu penulis mengusulkan bebcrapa rekomendasi praktis atau teknis dan rekomendasi akademis, salah satunya adalah dengan membuat sebuah video presentasi yang merupakan salah satu media komunikasl yang bersifat multimedia. Sedangkan rekomendasi akademisnya adalah bahwa sebaiknya dilakukan peneiitian ianjutan yang dapat melihat adanya kemungkinan munculnya faktor-faktor Iain yang menjadi penyebab kegagalan pemasaran mengingat pangsa pasar industri properti yang dinamis dan selalu berubah.
Monetary crises Followed by economic crises in Indonesia a couple of years ago still bears a tragic impact to Indonesla?s property business. Most of the big players who relied on bank loans to run their businesses suffered a lot. Only 1,056 out of 2,434 property developers survived by the end of October 1999, and most of the survivors (around 80%) were RS/RSS (Lower cost houses) Developers and small-and-medium-scaled Property Developers. Demand for RS/RSS is still high nowadays, because the market segment of the business is the middlelower dass which is the majority of the Indonesia?s population. However, the biggest obstacle for RS/RSS developers to market their products is lack of buying power of potential customers, not mentioning other factors related to the marketing activities of a company. The author wrote the thesis based on the marketing failure of PT. Catur Partial Fastindo, an RS/RSS developer who built ?Griya Tajur Halang" which was unable to reach its sales target including profit target. The marketing failure was caused by lack of human resources for the company's marketing activities leading to a lack of information from the management about the existence of the company and the products to potential customers through a marketing communications process The objective of the thesis is to evaluate the marketing communications strategy of PT. Catur Partial Fastindo and its effectiveness based on "The Declslon Sequence Framework" theory (Rothschild, 1987), based on data from indepth interviews using qualitative approach and descriptive analysis method. The author came to a conclusion that the company did not have a dedicated marketing division, and all the marketing activities were conducted along with the operational activities leaded by an operation director who did not have any experience in marketing. Moreover, some basic marketing communications activities were missing such as targeting and positioning alter the segmenting process, not mentioning advertising in print or electronic media. The objective of the research is to provide improvement solution of the failure condition. Therefore, the author suggests some technical recommendation and academic recommendation, one of which is to produce a presentation video which is a multimedia communication feature. For academic recommendation, the author suggests a further research to observe otl1er factors of marketing failure keeping in mind that the property market ls always dynamic.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T6517
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Septia Rini
Abstrak :
Proses manajemen risiko meliputi identifikasi, perhitungan, pengawasan dan pengendalian risiko merupakan siklus yang bersinambungan yang diharapkan dapat memberikan antisipasi dini terhadap risiko yang mungkin terjadi. Perhitungan risiko kredit pembiayaan dengan skim murabahah bar bitharan ajil yang mendominasi sistem pembiayaan di BMT, menjadi panting demi kelangsungan hidup dan perkembangan BMT yang manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Antisipasi ini dapat dilakukan dengan memprediksi besarnya potensi kerugian yang akan dihadapi sebagai langkah awal. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimanakah manajemen risiko kredit dalam pembiayaan dengan sistem murabahah pada BMT At Tagwa. dan menghitung besarnya potensi kerugian maksimum dari debitur macet dengan metode creditrisk+portofolio. Hasil penelitian yang divalidasi dengan backsesting menunjukkan metode ini cukup relavan diterapkan BMT dalam mempredlksi kerugian risiko kredit pembiayaannya. ......Risk Management process includes risk identification, calculation, supervision, and control which is a continuous cycle for early anticipation upon potential risk. Credit risk calculation on murabahah bai bitharnan ajil scheme dominating the credit system in BMT, is urgent for its sustainability and development. This anticipation will be achieved through prediction of potential loss as the first stage. The objectives of this research is to observe the credit risk management on murabahah system in BMT At-Taqwa, and to calculate its maximum potential loss of the default credit using creditrisk+ portofolio method. The result will be validated through back testing which indicates the relevance of this method for predicting BMT's probability of default.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14932
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irena Sakura Rini
Abstrak :
PENDAHLUAN : Terapi tekanan negatif pada luka adalah suatu metode memanfaatkan tekanan subatmosferik untuk menangani luka sulit sembuh. Berdasakan sistem yang ditemukan oleh pasangan Argenta dan Morykwas, kami mencoba membuat modifilcasi sederhana Sistem Vacuum-Assisted Closure (sistem VAC). Alat ini tidak menggunakan tenaga listrik untuk membentuk tekanan negatif sebagaimana pada VAC ash, tetapi spuit 50 cc yang dipasangi katup secara terbalik. Penelitian ini terdiri dari studi pendahuluan untuk memastikan alat modifikasi ini aman, dan penelitian experimental utnuk membandingkan efektifitas penggunaan alat ini dengan pemasangan balutan konvensional (tie-over) untuk mengamankan split- thickness skin graft (STSG) pada Iuka sulit sembuh. METODE : 18 luka esudatif yang terkontaminasi staphylococcus aureus pada 3 babi yorkshire dilakukan penutupan luka dengan STSG. Setiap luka pada kelompok acak diberi perlakuan berupa pemasangan alat modifikasi VAC dan balutan konvensional (tie-over), pada hari kedua, kelima dan ketujuh pasca skingraft dihitung juga yang takedengna Auto CAD Map. HASIL : Terdapat pengaruh yang sangat bermakna (p 0.000) antara perlakuan pemakaian alat modifilcasi sederhana sistem VAC dan pemasangan tie-over terhadap pengamanan STSG pada luka sulit sembuh. Berarti bahwa antara luka yang menggunakan that dengan yang tidak menggunakan alat terdapat perbedaan yang sangat bermakna (p =0.000). DISKUSI : Luas graft yang take serta kualitas graft pada pemakaian alat cukup signifikan. Setiap bagian dad alai ini dapat diperoleh dalam kehidupan sehari-hari disekitar kita Semua komponen disusun secara konsisten sesuai standar mekanis dan memperoleh manfaat yang sama dengan prinsip pada sistem VAC berlisensi. KESIMPULAN : Modifikasi sederhana sistem VAC dapat meningkatkan keberhasilan skin graft pada luka yang eksudatif. Aplikasi sederhana, pemakaian lebih mudah, biaya murah dan dapat dibawa kemana-mana. Masih membutuhkan penelitian lebih lanjut ditingkat klinis.
INTRODUCTION : A Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) is well known method for using subatmospheric pressure to promote difficult wound healing. On the basis of the system by Argenta and Morykwas, we try to create a simple modified Vacuum Assisted Closure (VAC) system. The major difference between the original closure device is no power supply. A controlled reverse valve over a 50 cc disposable syringe, instead of the vacuum suction pump was used to apply negative pressure. This study consist of a preliminary study to elaborate whether this modified system is a safe device, and an experimental study to compare the effectiveness of a simple modified VAC system to conventional tie-over dressing for securing split- thickness skin graft (STSG)I difficult wound. METIIODE : 18 exudative burn wound contaminated of staphylococcus aureus in 3 yorkshire pig underwent STSG placement. Each wound randomized in group to receive either a conventional dressing or negative pressure dressing, then graft outcome assessed at second, fifth and seventh day postgrafting using AutoCAD Version Software. RESULT : There was significant differences in split-thickness skin graft (STSG) survival between a simple modified VAC system to convensional tie-over dressing method (p),0000). DISCUSSION :. The quantitative graft take in wound using negative pressure was significant and quality was subjectively determined to be better in all sample. Each part of device using readily available materials as easy to find in our daily live. All part of this device is consistent to standard mechanical action property with respect to encouraging result obtained with original device. CONCLUSION : This animal study have shown a good result in using negative pressure to improving skin graft survival. However a simple modified VAC system gives a promising result The application is simple, low cost, no technical difficulties, less skill needed. The device is small in size so that suitable for ambulatory candidate. Further research using randomized clinical trials is needed prospectively.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>